LAMB_01

118 17 4
                                    

"Jika kau tak ingin melihatnya terluka maka lindungilah selagi kau bisa melindunginya"

------***------

Seorang anak kecil terlihat sedang memperhatikan para pelayan yang sedari tadi mondar mandir di dalam rumahnya.

"Paman sedang apa ?" Tanya anak kecil itu. Yang ternyata adalah Arent.

"Tuan muda, kakak anda akan segera kembali"

"Benarkah?"

"Iya tuan."

"Kapan kakak akan sampai, paman? Aku akan menyambutnya dengan baik"

Anak itu berlari ke kamar miliknya dengan bersenandung tanpa melihat pria yang di tanyai tadi tersenyum getir.

'Kuharap semua akan baik-baik saja setelah ini'

...

sebuah mobil terlihat berhenti di depan kediaman keluarga Mr. Lee.

Beberapa orang telah menyambutnya di depan pintu kediaman Mr. Lee, begitu juga dengan seorang anak kecil yang ternyata adalah Arent.

"Kakak!!" teriak Arent pada seorang pemuda yang baru saja keluar dari dalam mobil.

Pemuda itu menghentikan langkahnya saat melihat anak itu. Semua orang yang ada disana menyadari tatapan yang di berikannya kepada Arent, begitu juga dengan seorang pria yang merangkap sebagai ketua pelayan dirumah itu.

"Kakak, aku merindukanmu." Kata Arent lagi saat pemuda yang bernama Alfaro itu sudah dekat dengannya.

Arent yang tidak menerima tanggapan dari kakaknya, terus saja mengikuti kakaknya. Membuat pemuda itu merasa kesal sekaligus marah.

"Ka-"

"Berhenti mengikutiku dan satu hal lagi, aku bukan kakakmu!"

Alfa tiba-tiba saja berbalik dan berteriak tanpa menyadari jika adiknya berada sangat dekat dibelakangnya, sehingga membuat Arent tersentak dan jatuh terduduk dilantai yang dingin.

"Jika kau masih saja mengikutiku, aku tidak akan segan-segan menyakitimu sekarang!"

"Kak, ale-" Arent menghentikan perkataannya saat menyadari tatapan kakaknya. Tatapan itu, tatapan benci yang selalu ada setiap kali kakaknya melihat dirinya.
Arent berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Pemuda itu hanya diam melihat punggung kecil yang mulai menghilang itu.

Alfaro Gio Lee. Itulah nama pemuda itu. Merupakan anak kedua dari keluarga Lee, keluarga terpandang yang ada di negara Amerika. Semua orang mengenal dirinya, bukan karena nama keluarga yang dimilikinya. Tapi, karena prestasi yang telah di capainya diusia muda. Memenangkan lomba olahraga basket tingkat internasional, sering memenagkan olimpiade sejak kecil.

Begitu membenci adiknya sejak beberapa tahun yang lalu. Memilih untuk tinggal di apartemen miliknya sendiri dari pada tinggal dirumahnya, yang mengharuskannya untuk selalu bertemu dengan Arent adiknya.

...

"Mommy. Alent lindu Mommy, Alent takut sama kakak Al."

Arent terus saja menangis dikamarnya sejak kejadian tadi, tanpa menyadari seorang pria paruh baya yang menatapnya sendu, pria itu berada didepan pintu kamar Arent.
Pria itu adalah, Mr. Lee. dirinya berfikir jika Alfaro sudah tidak membenci Arent lagi. Mereka baru saja bertemu kembali setelah sekian lama, makanya dirinya berfikiran begitu.

Dulu mereka berdua sangat dekat, Alfaro akan selalu memanjakan Arent. Bahkan mereka tidak bisa dipisahkan sedikitpun, dimana ada Alfaro pasti ada Arent juga. Saat Arent sakit maka Alfaro lah orang yang akan merasa sangat khawatir. Apa lagi Arent sangat mudah sakit, bisa dibilang terlalu sering sakit.

Mr. Lee memasuki kamar anaknya saat melihat putranya tertidur dengan memeluk sebuah bingkai foto berisikan dirinya dan juga Alfaro.

"Sayang, maafkan Daddy karena tidak bisa melindungimu dan mencegah Mommymu melakukan hal itu padamu."

Saat ingin memperbaiki tidur anaknya, dirinya baru menyadari jika putranya terkena demam lagi. Ya lagi, minggu lalu putranya juga terserang demam hanya karena terlalu kelelahan saat bermain dihalaman rumah mereka.

Mr. Lee memanggil Max yang merupakan kepala pelayan dirumahnya, sekaligus orang yang selalu menjaga Arent jika dirinya sedang sibuk bekerja.

"Ambilkan handuk basah untukku, Arent terkena demam lagi."

"Baik tuan." Jawab Max.

"Max, apa keputusanku menyuruh Al tinggal disini lagi, merupakan keputusan yang tepat?"

"Maaf tuan. Menurut saya, anda sudah mengambil keputusan yang tepat."

"Aku berharap itu benar, Max. Aku tidak ingin Alfaro melakukan hal itu lagi"

Flashback on

Semenjak sang istri meninggal, Mr. Lee berusaha merawat anaknya sendiri. Dirinya hanya akan membiarkan para pelayan mengurus putra bungsunya saat dirinya sedang sibuk bekerja.

Awalnya sangat mudah mengurus kedua putranya, namun lama kelamaan dirinya sudah mulai sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak bisa merawat kedua putra. putra pertamanya yang sudah dewasa dan anak bungsunya yang terlalu sering sakit membuatnya memutuskan untuk menyewa baby sitter untuk putra bungsunya.

Semua berjalan lancar hingga dirinya menemukan segaris luka memanjang bekas sayatan benda tajam di kulit mulus anak bungsunya.
Membuat kepala keluarga Lee itu begitu marah dan melarang semua pelayan menyentuh putra bungsunya kecuali Max yang merupakan kepala pelayan sekaligus orang kepercayaannya.
Karena dirinya yakin jika luka itu akibat keteledoran pelayan yang merawat putranya.
Berharap setelah membatasi pelayan dapat menyelamatkan sang putra dari petaka. Namun, harapannya sirna begitu saja saat beberapa hari kemudian dirinya kembali mendapati segaris luka yang melintang di paha mulus putranya.
Mr. Lee begitu marah dan memutuskan untuk mengganti semua pelayan yang ada dirumahnya kecuali Max. Memasang CCTV di setiap sudut kamar putranya berharap dapat menangkap sang pelaku. Dirinya terlalu sibuk menaruh curiga pada pelayannya hingga tidak menyadari serigaian yang di tampilkan sang putra pertama.
4 bulan berlalu dengan kejadian yang terus berulang, hingga suatu hari dirinya mendapatkan kenyataan pahit tentang putra pertamanya.
Tanpa sepengetahuan siapapun, dirinya memasang CCTV disetiap sudut rumahnya dan menemukan bagaimana sikap sang sulung pada adik bungsunya yang bahkan belum bisa berjalan dengan kedua kakinya sendiri. Bagaimana sang sulung yangdengan tega nya menarik ujung gunting di atas kulit mulus sang adik, membekap mulutnya hingga tidak menimbulkan suara yang mencurigakan. Dan bagaimana dengan teganya mendorong kereta adiknya masuk kedalam kolam saat pengawasan sang adik lengah. Beruntung saat itu Max melihat hal itu, sehingga hal yang tidak di inginkanpun tidak terjadi kepada sang bungsu.

Demi menjaga putra bungsunya, Mr. Lee terpaksa mengambil keputusan dengan mengirim sang sulung untuk menempuh pendidikan diluar negeri dengan dalih ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk sang sulung.
Menjauhkan mereka berdua merupakan keputusan yang dianggap benar oleh dirinya. Tanpa menyadari jika hal yang dilakukannya dapat membuat kebencian yang ada semakin tumbuh dan menumpuk lebih banyak

Flashback off

"Aku mengirimnya kesana agar saat kembali, dia bisa menyadari kesalahannya dulu. Dan bisa menerima keberadaan Arent."

"Saya juga berharap hal yang sama, tuan."

Mr. Lee terus saja berharap tanpa menyadari jika ada orang lain yang mendengar percakapan mereka dengan kekesalan dan kemarahan.

"Aku membencimu".

-----***-----

👉jangan lupa vote ama commentnya yah,biar nambah semangat buat lanjutinnya 👈

NEXT TO PART 2

Look At Me BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang