LAMB_02

59 6 0
                                    

"aku membencimu"

________

Seorang pemuda terlihat sedang berdiri di balkon salah satu kamar yang ada dirumah itu, pemuda itu adalah Alfaro Gio Lee.

pemuda itu sedang memperhatikan seorang anak yang tak lain adalah Arent, adik sekaligus orang yang sangat dibencinya melebihi apapun di dunia ini. Anak itu penyebab kematian ibunya, jika saja ibunya tidak melindungi dan menuruti kemauan Arent untuk pergi berjalan-jalan keluar rumah, pasti kecelakaan itu tidak akan terjadi.

Alfaro mengepalkan tangannya sambil memperhatikan gerak gerik arent dengan pandangan benci. Arent yang merasa sedang diperhatikan oleh seseorang segera mencari asal usul tatapan itu hingga mata mereka saling bertubrukan. Senyum mengembang di wajah imut Arent saat dirinya melihat sang kakak sedang memperhatikannya. Lain halnya dengan Alfaro, melihat senyum di wajah Arent membuat Alfaro bertambah marah dan segera memalingkan wajahnya dan berlalu kedalam kamarnya.

Senyum di wajah Arent segera menghilang tergantikan dengan raut sedih saat melihat Alfari pergi. Arent tak pernah tau apa kesalahannya sehingga sang kakak tidak menyukainya, apa karena dia lemah dan mudah sakit atau karena dia itu cengeng, arent tidak pernah tahu.

Saat ini arent sedang bermain bersama kelinci kesayangannya setelah sembuh dari demamnya beberapa hari yang lalu. jika kalian berfikir arent bermain di halaman rumah atau taman yang penuh akan rerumputan hijau beserta pohon-pohon, kalian salah besar. Arent tidak bisa bermain diluar rumah besar miliknya, ia hanya akan di izinkan untuk bermain diruangan yang bersih, seperti tempatnya bermain saat ini, sebuah rumah yang dindingnya terbuat dari kaca bening yang tebal, terbebas dari debu serta benda-benda berbahaya lainnya.

Saat melihat pelayan kesayangannya, arent segera berlari mengikuti sang pelayan yang lebih suka ia panggil paman itu.

"paman Max!"

Max yang merasa namanya di panggil oleh seseorang segera berbalik dan mendapati sang tuan muda sedang berlari ke arahnya tanpa memperhatikan sekitarnya, hingga hampir saja terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri jika saja Max tidak segera berlari dan menahan badan Arent.

"tuan muda! jangan berlari, anda bisa terbentur jika saya tidak segera menahan badan anda"

Arent yang mendapat teguran dari Max hanya tersenyum polos tanpa merasa bersalah sama sekali.

"hehe, maafkan aku paman Max. aku tidak akan melakukannya lagi." Kata Arent, "paman akan pelgi kemana ? apa paman sedang sibuk ?"

"paman akan ke tempat kerja tuan besar, tuan." Kata Max.

Max tersenyum saat melihat wajah Arent yang berubah jadi lesu saat mendengar jawabannya, max tahu jika Arent ingin mengajaknya bermain lagi tapi saat ini dirinya tidak bisa menemani Arent bermain karena banyak hal yang harus di urusnya.

"apa paman akan lama ? Alent merasa bosan, tidak ada yang mau bermain dengan Alent."

Max merasa sedih saat mendengar pernyataan dari aren't, dirinya tahu jika selama ini bocah itu tidak pernah punya teman karena tidak pernah keluar dari rumah. jangankan keluar rumah, bermain di halaman rumah saja tidak di izinkan. Arent itu anak yang mudah sakit, memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. Bahkan jika hanya beberapa menit di bawah matahari bisa membuatnya kelelahan dan berakhir demam tinggi. Pelayan tidak ada yang berani bermain dengan Arent karena mereka takut melukai anak itu.

"paman akan pulang saat malam hari, bisakah tuan muda menunggu hingga malam hari ?"

"tapi, paman janji akan belmain belsamaku, kan ?"

"iya, paman janji tapi itu jika Arent tidak akan demam lagi"

"iya alent juga janji pada paman"

Setelah mendengar perkataan Arent, Max segera berlalu meninggalkan Arent yang saat ini sedang tersenyum padanya sambil melambaikan tangan padanya.

Mereka tidak menyadari jika ada orang lain yang berada di ruangan itu, mendengar semua percakapan mereka. Pemuda itu adalah Alfaro. Alfaro tersenyum, tidak lebih tepatnya menyeringgai kearah Arent.

"aku mendapatkanmu bocah!"

saat ini Alfaro lagi-lagi sedang memperhatikan Arent yang sedang bermain di ruang tengah mereka yang berdekatan dengan ruang kerja sang daddy. Menyeringgai saat mendapatkan ide untuk menganggu sang adik. Saat melihat Arent pergi dari ruang tamu, disitulah Alfaro menjalankan rencananya.

....

"dimana arent ? segera bawa bocah itu ke sini!" Mr. Lee terlihat sangat marah saat ini. Arent yang tidak tahu apapun juga ikut kemana Max membawanya.

Arent sedang mencari kelinci kesayangannya yang terlepas dari kandangnya, saat tiba-tiba Max membawanya menemui sang Daddy, karena Arent yang memang merindukan sang Daddy segera mengikuti kemana Max membawanya.

"Daddy!"

Saat melihat sang Daddy, Arent segera berlari dan memeluknya tanpa menyadari raut kemarahan di wajah sang Daddy.

"lepaskan Arent!"

Tanpa sadar Lee membentak sang anak dan melepaskan pelukannya dengan kasar, membuat Arent kehilangan keseimbangan dan hampir terjungkal kebelakang jika saja Max tidak menahannya lagi.

"dadd-"

"apa yang sudah kau lakukan dengan ruang kerja Daddy! Berapa kali Daddy katakan untuk mengawasi kelinci-kelinci milikmu itu"

Lee membentak Arent hingga membuat Arent ketakutan dan mengeratkan pegangannya pada ujung baju Max yang sedari tadi sudah di cengkramnya.

"Alent tidak tahu hikss kemana kelinci Alent pelgi, Alent hikss Ale-"

"kelinci-kelinci brengsekmu itu menghancurkan ruang kerja Daddy"

"alent tidak hikss tahu, maaf hikss maafkan alent, Daddy"

"Max, aku ingin kau mencari kelinci-kelinci itu nanti dan bunuh mereka semua tanpa tersisa satupun"

"Daddy hikss jangan hikss jangan bunuh mereka hikss Mommy"

"dan kau Arent! pergi dari hadapan Daddy sekarang!"

Arent menggigit bibirnya demi meredam suara tangisannya, seumur hidupnya ini pertama kalinya sang Daddy membentak dan berkata kasar padanya. Hal itu membuatnya takut melihat sang Daddy dan memilih berlari meninggalkan ruang keluarga itu, berlari tanpa melihat sekitarnya menyebabkan dirinnya terjungkal ke depan dengan tangan kanan yang mendarat lebih dulu. Memilih untuk tetap memaksakan diri untuk berdiri dan kembali berlari menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar miliknya dan menguncinya. 

"tua-"

"aku tahu Max, aku tahu jika aku keterlaluan padanya"

Lee memilih untuk duduk dan menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa serta memejamkan matanya demi menenagkan emosinya yang tersulut. Ia tahu jika dirinya keterlaluan pada Arent tapi dia tidak bisa mengendalikan emosinya saat ini, terlalu banyak hal yang ia pikirkan saat ini. Ia tidak menyangka jika Beberapa anak buah yang dipilihnya ada yang berkhianat dan menjual informasi mengenai dirinya kepada musuhnya.

Yang dirinya tidak terima adalah ternyata orang itu menjual informasi mengenai anak keduanya yaitu, Arent. Dengan orang itu menjual informasi mengenai anaknya, sama halnya jika orang tersebut telah mengancam keselamatan putranya. Hal itulah yang membuatnya begitu marah saat ini, hingga tanpa sadar membentak putranya.

Mereka pasti mencari cara untuk menyakiti putra keduanya itu. Putra pertamanya bahkan masih memiliki niat untuk menyakiti adiknya. Selama ini dirinya sudah berusaha sebaik mungkin untuk melindungi Arent, tapi hal seperti ini masih saja bisa terjadi. apa dirinya harus meminta tolong padanya, jika ia melakukannya, bisa di pastikan bahwa mereka tidak akan bertemu dengan Arent dalam waktu dekat. tapi, jika tidak melakukannya mereka juga pasti akan mendapatkan masalah karena semua hal yang menyangkut Arent adalah hal yang sangat penting untuk orang itu.

mereka lagi-lagi tidak menyadari seorang pemuda yang berada di ruangan yang sama dengan mereka sedang menyeringgai senang.

_______

NEXT PART 03

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Look At Me BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang