"Ngapain lo ada disini?"
"Elo???" Woona sangat terkejut dengan kehadiran lelaki tersebut.
"Lah? Kalian kenal? Lo ada cewe cakep kagak lo kenalin bro" gerutu Minggyu.
"Gyu lo duluan sama anak-anak sana" suruh lelaki-yang-Woona-belum-tau-namanya. Minggyu faham apa yang dimaksud pentolan gengnya tersebut dan segera meninggalkan mereka berdua menuju kubunya.Plakkk!
"Shit!!!"
Woona menampar tepat di pipi lelaki itu. Yang ditampar meringis kesakitan.
"Ga sopan banget sih lo jadi cewek?!"
"Itu balesan dari gue atas perilaku lo dikampus tadi sore. Emang ya gue ditakdirkan ketemu lo buat ngebales tindakan cupu lo. Btw ga sopan? Ngaca dong!" omel Woona.Ternyata lelaki dihadapannya ialah sosok yang tadi sore bikin malu seorang Woona.
"Oke oke!!! Udah impas kan?!! Sekarang kita gaada urusan lagi bukan, nona Woona?" Lelaki itu mengusap pelan pipinya, kesakitan.
"Lo? Kok tau nama gue?"
"Siapa yang gatau cewek rese kayak lo?"Didalam hati Woona tersipu karena memang dirinya sangat dikenal baik oleh seisi kampus. Jangankan oleh mahasiswa, dosen ataupun asdos, bapak-bapak kebun dan ibu-ibu kantin juga pasti mengenal baik Woona. Tapi Woona tidak ingin ketauan jika ia sedang melayang dipuji seperti ini.
"Lo fikir itu pujian? Sampe senyum senyum kek orgil"
Whatthefffuck! Mampus lo ketauan kalo lagi mesem-mesem sendiri. Batin Woona.
"Gue mau balik" ucap Woona singkat
"Yauda balik sana, siapa yang betah liat lo disini"
"Lo gamau nganter gue gitu?"
"Cih! Ngarep?"
"Dasar cowok!"
"Lah sejak kapan gue jadi cewek?"
"Tauk ah! Nama lo, Kang Daniel, emang gak sebagus tingkah lo ya" sahut Woona sambil berlalu meninggalkan lelaki gak-sopan-sedunia."Nama lo, Kang Daniel, emang gak sebagus tingkah lo ya", Btw darimana dia tau nama gue? Batin lelaki yang sedang kebingungan.
Lelaki itu menepuk dahi menyadari Woona pasti tahu namanya dari jaket levis yang ia pakai, terukir namanya di bagian kanan atas
Kang daniel.---
"Iya mah Woona dah deket kok"
Dengan lemas Woona mempercepat langkah kakinya. Ia masih tidak menyangka bertemu lelaki sialan itu lagi. Ternyata berandalan, pantes."Mikirin apa sih anak cantik mama?" Sapa mama Woona, melihat anaknya dengan muka lesu dan ditekuk.
"Nggak ma. Mama uda selesai kan? Buruan pulang Woona ngantuk"
"Udah kok. Bentar mama pamit tante Fany dulu ya"Woona menyalakam mesin mobilnya. Perasaannya campur aduk. Disatu sisi ia senang karena bisa menampar seorang berandal bernama Kang Daniel, yang udah bikin harga dirinya sedikit turun level tadi sore. Di lain sisi ia kesal kenapa harus berada ditempat itu tadi.
Ah sudahlah, toh dia sudah tidak memiliki urusan dengan berandal itu.---
Dengan tergesa Woona menyisir rambutnya. Sudah jam 07.40. Dua puluh menit lagi mata kuliah pertama dimulai, sedangkan perjalanan dari rumahnya ke kampus memakan waktu 45 menit. Woona bangun telat karena ia lupa ada tugas yang harus dikumpulkan hari ini, dan ia mengerjakan sks (sistem kebut semalam).
Dengan sigap ia mencabut charger iphone nya dan segera menyabet tasnya.
"Mahh pahh Woona berangkat!!!"
"Woonaaa!!! Makan dulu!"
Tak dihiraukan teriakan mamanya, Woona segera tancap gas mobil."Tuh pah kelakuan anak cewek kamu. Haduh ngidam apa mama dulu punya anak cewe cerobohnya kayak gitu" omel nyonya Yoona.
"Ya kalo tau anaknya ceroboh gitu mama bekalin dia kek. Udah anak perempuan atu-atunya tuh dirawat yang bener mama" sahut Tuan Chang Wook sambil melahap sarapannya.
"Ihh papa, anak itu bandel dibilangin ngga kayak kakak sama adiknya. Heran mama, harusnya cewek yang nurut ini malah kebalikan"
"Oh iya mah, Jihoon minggu depan pulang. Kamu sama Woona yang jemput di bandara ya"
"Loh kan libur semester masih berapa minggu lagi pa? Kenapa si Jihoon udah mau pulang aja?"
"Biasaaa alasan home sweet home. Jadi minta diizinin pulang duluan"
"Hmm mama juga kangen sama Jihoon. Yauda pa ntar mama yang jemput sama Woona"---
Woona berlari menuju gedung fakultas teknik. Tidak peduli berkeringat yang penting ia tidak boleh meninggalkan mata kuliah yang satu ini. Woona menuju lift yang setengah menutup, dan ia menekan kesamping. Segera ia masuk tidak peduli ada satu orang disitu yang sepertinya juga terlambat.
Woona memencet angka 5."Keburu mbak?" Tanya orang didalam lift. Ia tahu gelagat Woona sangat tidak santai.
"Iya nih mas... Soalnya saya..." Ketika Woona akan menghadap si empunya suara, ia baru menyadari bahwa orang itu adalah... Kang Daniel.
"Di kampus yang seluas dan sebesar ini kenapa gue kudu ketemu sama makhluk kayak elo sih" gerutu Woona sambil berbalik arah membelakangi Daniel.
"Harusnya lo bersyukur. Semua cewe aja pengen tuh deket-deket gue. Lo jangan jutek sama gue ntar lo kena karma lagi" oceh Daniel sambil melipat tangan didepan dadanya, sedikit melirik Woona yang membelakanginya.
"Bodo amat!"
Tiiing.
Lift sudah berhenti tepat di lantai 5. Woona segera keluar karena tidak tahan melihat sosok berandal macem Kang Daniel berkeliaran disekitarnya. Dengan langkah kaki yang lebar dan terkesan tergesa, Woona menuju kelas. Tetapi sepanjang perjalanan menuju kelas, seperti ada yang membuntutinya. Ah biarin paling juga mahasiswa. Semakin lama langkah kaki dibelakang Woona semakin dekat dan membuat Woona berhenti mendadak.
Bukkk!
"OHHHMYYYGODDD!!!"
——————————
Ada apa tuh sama Woona??
Jangan lupa buat like, vote, dan share cerita ini yaaa biar aku semakin semangattt update😘

YOU ARE READING
LIFT (Kang Daniel x OC)
FanfictionSemua terjadi begitu saja di lift itu. Ada apa sebenarnya?