Park Woona akhirnya bisa menguap sepuasnya, setelah mata kuliah yang membosankan berakhir. Saat ini jam menunjukkan pukul 3 sore, dan Woona ingin segera memeluk guling kesayangannya dirumah.
"Na, lo kaga pulang? Wajah lo uda kayak baju yang belom disetrika tuh"
Choi Yoo Ha, sahabat dekat Woona. Kebetulan matkul hari ini mereka satu kelas.
"Kajja! Gue dah pengen ngiler nih anjir parah. Btw lo mau nebeng gue gak? Mobil lo kan masih rawat inap"
Woona dan Yoo Ha melanjutkan perbincangan sambil menuju lift. Yoo Ha menekan panah bawah yang menunjukkan mereka akan ke lantai bawah."Hari ini nggak Na. Gue ada kumpul sama temen smp hehe sekalian cucimata"
"Wahh parah lo, kampus kita kurang stok cowok ganteng apalagi si YooHa sayang???"
"Kalo gitu gue balik nanya. Emang lo uda dapet cogan kampus kita? Wajah lo oke Na uda perfect, tapi kurangin galak lo"
"Tauk ah lo malah balik nanya"Woona dan YooHa berpisah tepat di tengah lapangan. YooHa berjalan menuju gerbang utama, dan Woona menuju tempat parkir. Selama 1,5 tahun kuliah, Woona dipercayai papanya untuk mengendarai mobil sendiri. Dan untungnya pihak kampus tidak pernah melarang mahasiswa/i nya untuk mengendarai kendaraan pribadi bentuk apapun. Woona juga bukan tipe orang yang sombong, meskipun dia dari keluarga berada. Ia akan menolong temannya yang kebetulan motor/mobilnya sedang dalam perbaikan (alias nebengin). Tapi kebaikan Woona terkadang dijadikan bahan permodusan bagi kaum adam, contohnya saja Jinyoung dari Fakultas Ekonomi dan Bahasa. Dia bahkan rela menitipkan motornya di tempat penitipan motor, demi dapet perhatian Woona. Emang cowok jaman jigeum kelakuan.
Brakkk!!
"Ya!!!" Woona berteriak pada empunya badan yang menabraknya hingga menyentuh tanah lapangan.
"Eh lo diem doang abis nabrak gue? Bantuin gue berdiri kek, cowo apaan lo? Penampilan doang laki!"
Si-penabrak-yang-daritadi-diem mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantu Woona berdiri, tetapi belum juga Woona setengah berdiri, si-cowok-misterius melepas genggamannya dengan sengaja."Auuuwww!!! Woyyy parah lo gila ya! Sakittt bego!"
"Itumah urusan lo. Yang nggak liat pas jalan juga lo. Jadi cewe belagu bener"
Singkat. Dengan rasa tidak bersalah dan tatapan mata yang tajam si cowok tersebut meninggalkan Woona yang kondisinya sangat memprihatinkan, dengan badan yang masih menempel dengan tanah lapangan. Mahasiswa yang lewat pun memutari Woona dan menawarkan bantuan.
"Permisi permisi, lewat dong gue. Omo! Woona?"
"Sungjae oppa:("---
"Bagaimana bisa kau seperti orang gila di tengah lapangan ha?" Yook sungjae, satu fakultas dengan Woona dan Sungjae satu tahun lebih tua diatas Woona. Semasa ospek, Sungjae lah yang selalu mengawasinya. Entah Sungjae ada rasa atau tidak dengan Woona, tidak ada satupun yang tau. Selama ini kedekatan mereka hanya sebatas kakak dan adik.
"Aku tadi ditabrak tauk oppa, sama cowok gajelas asalnya. Mana awalnya dah mau bantu gue berdiri eh malah dihempas manja kan sakit banget"
Sambil memegang pinggulnya yang kesakitan, Woona terus menceritakan tentang cowok-yang-gapunya-urat-kemanusiaan.Sambil berpegangan pada lengan Sungjae, Woona terus mengoceh sepanjang perjalanan menuju parkiran mobil.
"Lucu banget sih lo kalo ngoceh gini. Yauda besok tunjukkin ke oppa ciapa cih yang gangguin incess syantik ini"
"Ihh apaan deh, nyebelin" Woona memanyunkan bibirnya. Membuat Sungjae terbahak.
"Haha udah sana masuk mobil, bisa nyetir kan?" Tanya Sungjae
"Bisa kok oppa, mungkin aku akan menurunkan volume laju mobilku"
"Yauda tiati ya, kalo ada apa apa telfon gue"
"Siap bos!" Sambil hormat Woona meniru gaya Kapten Yoo Si Jin. Perlahan mobil Woona sudah tidak terlihat lagi dari gerbang utama. Dilain sisi Sungjae memegang dadanya, memeriksa detak jantungnya yang berdegup kencang.---
Next episode?
Please vote and komen juseyo:)
-mf
YOU ARE READING
LIFT (Kang Daniel x OC)
FanfikceSemua terjadi begitu saja di lift itu. Ada apa sebenarnya?