Part 1 : Keinginan Memiliki Pacar

121 4 0
                                    

[Kiklok]

Ikatan yang sesuai, tidak berlebihan dan tidak kekurangan.

***

Tak terasa sudah 2 tahun lebih Fidia menjalani lika-liku perkuliahan dijurusan kedokteran.

Sifat humble yang dimilikinya, tentu membuatnya memiliki segudang teman. Tak jarang ia dikatakan sebagai Vidi Aldiano versi sachet.

Hal inilah yang terkadang membuatnya sulit untuk memiliki pacar atau gebetan sekalipun. Para lelaki cenderung lebih suka untuk menjadikannya teman dibandingkan pacar.

Akan tetapi, hal ini tidak menyurutkan niat Fidia untuk memiliki pacar dimasa kuliahnya.

Terlepas dari itu semua, hari ini adalah hari senin diminggu kedua semester 5 yang berarti jadwal praktikum Fidia akan menumpuk.

Akibat dari adanya covid-19, perkuliahan dilakukan secara online dan dianggap efektif sehingga berlanjut sampai sekarang.

Akan tetapi, adanya praktikum dan beberapa kegiatan yang memerlukan latihan secara tatap muka tetap harus dilakukan.

Jarak kost dan kampus Fidia berkisar 800 meter apabila melalui pintu belakang, namun terkadang pintu tersebut tidak dibuka apabila jam belum menunjukkan pukul 08.00 WIB.

Oleh karena itu, untuk mencegah keterlambatan biasanya Fidia dan ketiga temannya akan berangkat 30 menit sebelum mulainya perkuliahan.

Letak kamar Fidia dan teman-temannya berjejer seperti kontrakan petakan yang mana kamar Fidia berada pada bagian paling depan sehingga Fidia akan dikunjungi paling terakhir dibandingkan yang lain.

Fidia terlambat bangun pada pagi ini sehingga tidak sempat untuk memeriksa handphone nya. Pada pukul 07.40, belum ada yang menghampirinya sehingga ia pun bergegas untuk memeriksa handphone nya.

Pada salah satu grup kost dari aplikasi chatting mereka, Fidia baru mengetahui bahwa teman-temannya akan berangkat dengan pasangannya masing-masing.

Melihat hal ini membuatnya melotot dan mendengus kasar, ia pun bergegas keluar kamarnya dan menemukan ketiga temannya bersama pasangannya masing-masing.

"MASA GUE BERANGKAT KE KAMPUS SENDIRI?!"ujar Fidia dengan mata melotot kepada 3 temannya.

"Hehehe, gue lagi males banget jalan jadinya minta dianter cowok gue, Fid." balas Khalisa disertai cengiran.

Ketiga temannya pun serentak mengangguk, enggan memberikan komentar agar pembahasannya tidak melebar.

Mereka tahu pasti bahwa Fidia tidak akan mau kalah debat apabila mereka memulai perdebatan.

"Udahlah Fid, udah jam 7.43 mending lo jalan sekarang biar gak telat."

Akibat tidak cukupnya waktu untuk berdebat lebih lanjut, Fidia berjalan penuh dongkol menuju ke kampus.

Hal inilah yang membuatnya selalu berharap kepada Tuhan untuk menyicil pertemuan dia dengan jodohnya. Fidia sangat lelah dengan kesendiriannya.

Jarak 800 meter yang harusnya ia tempuh dengan cerita-cerita kecil bersama teman-temannya, hanyalah tinggal harapan.

Dalam hati kecilnya, ia selalu merasa rendah diri karena hanya ia yang belum memiliki pasangan dibandingkan teman-teman terdekatnya.

Ia selalu merasa hanyalah wanita biasa tanpa keistimewaan tertentu.

10 menit perjalanan hanya ia isi dengan umpatan untuk dirinya sendiri dan teman-temannya.

Hal ini sebenarnya sudah pernah dirasakannya, namun Fidia selalu mewanti-wanti teman-temannya untuk bergantian jika ingin berangkat bersama pasangannya agar ia tak kesepian.

KiklokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang