DON'T WORRY, DEAR (걱정말아요 그대)

12 3 9
                                    

WARNING! TYPO BERTEBARAN!
HAPPY READING^^
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Just let the past be the past
It’s meaningful in that way
Let’s all sing together
Say you dreamed with no regrets"

Aku membuka pintu yang berada di hadapanku, aku berjalan melewati pintu itu dan dengan segera angin yang  berhembus menyapu lembut kulitku. Rambutku sedikit menari-nari karena hembusan angin itu, aku terus melanjutkan langkahku menuju pagar pembatas di atap gedung ini.

Aku meletakkan tiang infus yang kubawa di sampingku, memang benar sangat tidak nyaman untuk bergerak jika ada infus yang terpasang di badanmu. Aku naik ke pagar dinding pembatas di hadapanku ini dan duduk di atasnya, sedikit menakutkan karena gedung ini sangat tinggi.

Aku tidak yakin tapi sepertinya ada lebih dari 100 lantai di gedung ini, walaupun sedikit mengerikan namun aku suka duduk di atas sini. Karena aku bisa melihat ke seluruh penjuru kota dari ketinggian ini, semua terlihat kecil namun indah.

Aku membuka buku sketsa yang kubawa, bukunya cukup besar jadi sedikit sulit bagiku untuk membukanya, terutama karena gips yang masih merekat di tangan kananku.

"Ah..." aku meringis kesakitan saat tidak sengaja menggerakkan tangan kananku, rasanya nyeri sekali.

Setelah rasa nyerinya lumayan menghilang aku kembali melanjutkan membuka buku sketsa yang kubawa tadi, aku membukanya dengan tangan kiriku. Di halaman depan ada tulisan namaku disana, Im Nayeon itulah namaku.

Aku melanjutkan membuka halaman selanjutnya dan seketika itu juga air mataku mulai berkumpul di pelupuk mataku, buku sketsa ini penuh dengan gambar desain baju yang sudah ku rancang dari 1 tahun lalu.

2 minggu lalu aku ingin mengikuti kontes menjadi designer profesional karena memang itulah mimpiku, namun sayangnya sebuah kecelakaan besar yang terjadi dalam perjalananku kesana menghancurkan seluruh mimpi dan harapanku.

Aku menatap tanganku yang rusak karena kecelakaan itu, gips ini begitu tidak nyaman dan menyakitkan. Aku mulai menangis dengan keras, kerasnya suaraku di bawa oleh angin yang berhembus menyapu kulitku.

Di saat seperti ini biasanya ayahku akan datang dan menghiburku, namun kali ini tidak akan ada lagi orang yang datang untuk menghiburku. Ayahku mengantarku untuk pergi ke kontes desain itu 2 minggu lalu, dan dia tidak bisa selamat karena kecelakaan yang begitu hebat menghantam kami.

Dia begitu sibuk melindungiku sampai-sampai dia lupa jika dia juga punya tubuh yang harus di lindungi, jika aku punya kesempatan sekali lagi bertemu dengannya aku benar-benar ingin memarahinya karena itu.

"Nayeon-ah.."

Ingatanku soal ayah kembali berputar dalam otakku, suaranya yang memanggil namaku selalu terngiang di telingaku. Aku memejamkan mataku yang sudah sangat basah karena air mata, aku ingin mengingat semua hal tentang ayah.

"Jika kamu gagal, jangan menyerah! Karena keringat dan usahamu tidak akan menghianatimu nak."

Tapi bagaimana ayah? Aku tidak bisa hidup tanpa ayah, siapa yang akan membimbingku? Siapa yang akan mengajariku soal kehidupan ayah? Semua ini gara-gara mimpi busukku itu, jika bukan karena kontes yang ingin ku ikuti itu, jika bukan karena mimpi ku ini ayah pasti masih hidup.

"Nayeon-ah, jangan pernah menyesal mempunyai mimpi, mempunyai mimpi adalah hal yang bagus, itu artinya kamu punya tujuan dalam hidupmu nak."

Tujuan? Aku menunduk dan menatap desain baju yang ku buat, aku mengingat bagaimana senangnya raut wajah ayah saat aku mengatakan aku mempunyai mimpi. Tapi bagaimana yah? Mimpiku membawaku pada kesendirian.

"Ini adalah baju favoritku! Karena putriku yang membuatnya! Hahaha.."

Aku sedikit tersenyum saat mengingat kejadian itu, ayahku memang terkadang terlalu berlebihan. Aku meletakkan buku sketsa ini ke sampingku, Aku pun  menghapus air mataku, kemudian menghela nafas dalam. Baiklah ayah, aku akan mengejar mimpiku, aku tidak akan menyerah dengan mudahnya. Aku akan penuhi janjiku!

"Hei! Apa yang kamu lakukan disitu?!"

Suara itu membuyarkan lamunanku, belum sempat aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa itu, tiba-tiba saja tubuhku sudah terangkat ke belakang dan aku terjatuh ke bawah.

"Ahh!" Aku terkejut, untung saja tanganku tidak apa-apa.

Siapa sih orang gila yang menggangguku ini? Saat aku membuka mataku, ternyata aku sudah berada dalam pelukan seorang namja tampan. Namja itu segera membantuku berdiri saat dia sudah tersadar.

"Kamu tidak apa-apa? Kenapa kamu duduk di situ? Disitu sangat berbahaya tahu!" Aku tidak tahu siapa namja ini, namun dia sudah berani mengomel padaku. Untung saja dia memiliki wajah yang tampan, jika tidak tamparanku sudah melayang dari tadi.

"Aku tidak apa-apa."

"Maafkan aku, apakah aku membuat lukamu makin parah?" Kali ini dia terlihat khawatir dan menatap gips di tangaku, aku baru sadar jika dia mengenakan baju perawat rumah sakit ini, jadi pastilah dia perawat yang bekerja di rumah sakit ini.

"Untungnya tidak, aku tidak apa-apa jadi tolong jangan ganggu aku," aku menarik tiang infusku dan berjalan pergi meninggalkan dia di atap gedung ini.

AUTHOR POV

Namja itu terus menatap Nayeon sampai dia menghilang di balik pintu atap gedung itu, dia pun berjalan mendekati pagar pembatas gedung tempat kerjanya ini. Tanpa sengaja dia melihat sebuah buku sketsa yang cukup besar terletak di dinding pembatas untuk atap gedung itu.

Namja itu pun mengambilnya kemudian membukanya, ada sebuah nama tertulis di halaman depan buku itu.

"Im Nayeon? Apakah punya yeoja tadi?" Pikir namja itu.

"Nama yang cantik.." namja itu tersenyum kemudian dia membuka halaman selanjutnya dan melihat-lihat semua gambar di dalam buku sketsa itu.


-FIN-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang