Gue sebenarnya bingung mau mulai cerita ini dari sudut pandang yang mana, sebab musabab pandangan gue buram semenjak pake kaca mata, maksud gue buramnya kalo kaca matanya di lepas.
Yaudah-,
Karena tujuan utama gue disini buat nulis cerita, gue mulai dari cerita si kancil dan buaya darat, eh! Maksud gue, cerita gue awal jadi murid SMA.Jangan salahin gue ya, kalau sehabis lo baca cerita gue, lo ngalamin kebutaan permanen.
Selamat membaca
* * *
“Ya, terus semangat thor ! Kamu pasti bisa ngalahin dedemit itu”
Kriinggg kriinggg kriingggg
Sialan, siapasih yang sudi banget nelponin gue jam segini ? Kayak nggak ada waktu lain aja.
Yahh kan keputus hubungan gue dan alam bawah kasur, bawah sadar maksudnya.Perlahan gue bangun dari tidur cantik langsung liat hape butut kesayangan gue, betapa terharunya diri gue yang terlanjur bangun ini.
Karna apa?
Ternyata bukan makhluk yang nelpon, tapi alarm yang sengaja gue aktifin sendiri.“Aisshhh sialan !”
Gerutu gue dalam hati.Tiba-tiba bida(dari) kesayangan gue berteriak.
“Mita! Bangun nak! Sholat subuh dulu, tidurnya ntar di lanjutin lagi pas pulang sekolah”
Hah se-ko-lah ?
Astaghfirullah, sekarang kan hari pertama gue jadi guru, eh, jadi murid SMA.Gue buru-buru ke kamar mandi, cuci muka gosok gigi, harus mandi biar wangi, tak lupa pula ambil wudhu biar suci. Iya ! Sesuci embun pagi.
Bhaakkkk
Next,
gue solat subuh (doa jadi orang kaya nggak ketinggalan)
Selesai sholat, gue pake seragam ba--ru. Warna apa hayo ?
Yes, warna 'putih abu'.
Kebayang dong, gimana harunya gue pada saat itu. Yaudah, gausah dibayangin juga gapapa.Gue disuguhi sarapan nasi goreng terlezat di dunia, dan akhirat yang gue nggak tahu. Bikinan siapa lagi, kalo bukan mak tercinta.
Selesai sarapan-,
Hmmm ini cerita rinci banget ya! Supaya nggak terlalu ngebosenin, kita lanjut di sekolah aja cuss.
* * *
Jam tangan di jidat gue nunjukin angka 00:03
“Lah! Kok gini?”
“Jam soak aja masih dipake,
dasar begok!” ketus gadis jutek yang jalan beriringan disebelah kiri gue.Panggil saja namanya mput !
Sepupu gue yang tampangnya aduhai cantik, tapi mulutnya nggak kalah aduhai. Pedes banget cyin, sebelas dua belas sama sambal ulekan mak gue.“Hehehe, maklum atuh neng. Aku gaada duit buat ganti yang baru, berniatkah untuk membelikannya? Jikalau iya, maka dengan senang hati saya menerima tawarannya” ucap mulut gue, tanpa ragu dan tanpa malu.
“ih! Kamu mah, kebiasaan” Wajah cantiknya berubah datar, layaknya dinding bangunan sekolah.
Lah, gue bisa apa? Tentu gue masang wajah secantik mungkin, dan senyum semerbak bagai wangi bunga iklan d**ny.
Boom boom pow !
Sesampai di depan kelas sepuluh satu, kedatangan gue di sambut sama palang pintu.
Enggak deng.
Maksud gue, ada seorang benda berdiri disana. Tingginya tak ubah tiang bendera, kebayang dong gimana lurusnya.Siapa dia? Apakah dia satpam baru disekolahan ini? Kalau iya, knapa berdirinya di depan kelas? Atau, jangan-jangan dia makhluk gaib?
Perlahan gue hampiri, duh !
Ternyata, dia seorang lelaki cyin. Bukan satpam dan bukan makhluk gaib juga, dia anak sekolahan dan asli manusia biasa.Sebut saja inisialnya 'Rizki putra utama'. Pria idaman para wanita, yang matanya entah mengalami kerusakan apa. Maksud gue, selera orang berbeda-beda. Yang jelas, dia bukan tipe gue.
Hahaha
Gue berjalan di hadapannya, layak model di pentas pameran.
Sudah tentulah gue yang ramah lingkungan ini menyapa tu anak dengan ramah.“Hai cowok, cicuit.Godain aku dong!”
Nggaklah, itu namanya bukan ramah tapi ga**l.Sengaja di sensor, takut dibaca sama anak bayi.
* * *
Satu per satu,
one per one, step by step.Murid lainpun mulai memasuki ruang kelas, dan duduk dengan rapi.
(Serapi kain yang udah disetrika)Karna ini hari pertama sekolah setelah masa orientasi, jadi belum ditentuin siapa perangkat alat sholatnya, eh, perangkat kelasnya.
So pasti, yang ngasih aba-aba buat baca doa adalah murid yang pernah jadi ketua kelas di sekolah sebelumnya.“Siap grak! Berdoa dimulai!” Perintah suara alam gaib.
Assalamualaikum !
Ini bukan doa yang dibaca ya cyin, tapi suara wibawa dari wali kelas tercinta gue. Bapak Amzah, tak lain juga bokap dari patner tercinta gue 'yuni demit'.
Otomatis, kita semua berhentiin tenggorokan kita ngeluarin suara yang dihasilkan oleh pita suara.
Si bapak masuk kelas, melangkah ke arah tempat duduk yang telah tersedia.“Lanjutkan!” Ucap si bapak.
Barulah gue dan warga yang lain mulai melanjutkan bacaan yang sempat tertunda.
Setelah membaca doa, bapak amzah alias wali kelas mulai memberi beberapa kata yang bermetamorfosa jadi kalimat hingga berubah jadi nasehat, yang lama kelamaan jadi ceramahan.Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam dan gue demi segala yang ada di dunia ini. Sumpah ! Bosen banget.
“Ahhh, berapa windu lagi bokap lo nyeramahin kita say?”
“Bentar lagi, palingan pas bel bunyi.Knapa lo? Udah demo tu cacing dalam perut?”
“Bukan, gue bosen aja lama-lama di kelas ini” Sambil ngupil, trus lepehin ke meja.
“ih! Lo jorok banget jadi manusia” Masang muka jijik kek abis ngeliat status anak alay disosmed yang nulis 'sayang' pakai 'k' jadi 'sayank'.
"Eh, sorry ya say! Gue bukan manusia, but makhluk dari kayangan”
“Bodo amat sama makhluk kayangan” Ketus hati wanita yang duduk dipojok sana.
Loh, kok dia bisa denger ?
Loh, kok gue juga bisa denger ?Gue mikir sampe suara bel ngilangin ingatan gue.
Ngeeng .. Ngeeng .. Ngeeng
Cacing diperut gue mendadak pada goyang dumang saking senengnya.
“Yuck beibeh! Kita ngisi bensin dulu ke kantin” Ajak gue dengan nada se-a-lay-alay-nya.
“Ayuck beibeh!” Jawab mereka serempak, dengan nada yang nggak kalah alay nya dari gue.
Trio alay ele-gant pun melangkah maju mundur cantik.Kalo maju mundur, kapan nyampenya ?
Biarlah katty peri yang mikirin sambil nyanyi lagu darah muda.* * *