Part 5

38 5 3
                                    

Sudah terlalu lama
Sendiri

Sudah terlalu lama
aku asik sendiri

Lama tak ada yang
menemani

Haa haa haaa

______

Pada siang itu di sekolah tercinta, tepatnya di depan kantor kepala sekolah.

Gue meratapi kesendirian dengan lantunan nyanyian kunto aji kesayangan gue, entah kenapa pada hari itu gue ngerasa jenuh dengan kehampaan hati yang dingin membeku tanpa cinta.

Ahh lebay mulu yakk 😂

"kok sendiri aja mit?"
Perempuan itu mendadak duduk di sebelah gue.

Gue noleh sambil nyengir
"eh ami, nggak sendiri kok"

"trus sama siapa? Jangan bilang sama bayangan gue" ami memasang muka penuh tanya dan jawab, alias tanya jawab.

"eh kok ami tau? Mungkin memang ini yang di katakan dengan jo--"

"jo-- apa? Jones?"

"haha iya" gue mendadak pengen nangis karna terharu mendengar kata 'jones'.

"Sabar, semua akan gandengan pada waktunya" sambil ngelus punggung gue, kyak emak lagi nenangin anaknya masuk angin alias mendorong muntah keluar dari mulutnya.

Lo nggak ngertikan apa maksud gue? Sama, gue juga 😄

Sembari gue dan ami berbincang-bincang ala pejabat negara, ada warna yang mencolok mata gue dibalik kaca mata. Tampak lelaki memakai tas warna jingga alias orange, yang rambutnya menari-nari tersapu angin siang itu. Dia tengah tertawa dengan sekumpulan gadis, kayak ada tepe-tepenya. Sejak detik dan menit saat itu, ami mendadak tak gue hiraukan. Ibarat radio, si ami nyeloteh sendiri tanpa pendengar.

"nah gitu ceritanya mit" ucap ami sambil noleh ke arah tatapan gue yang mendadak memiliki fokus tersendiri pada objek di ujung sana.

Tangannya namplok di jidat gue
"Woi! Mita! Lo kesurupan?"

"eh, lo ngomong apa tadi? Sorry gue salfok" gue tebarkan sengiran yang memicu kemarahan di hati Armi Yanti.Itu nama lengkapnya di kartu keluarga mak bapaknya.

"jadi, gue ngomong panjang lebar dari tadi nggak ada yang denger gitu?" ami berubah wajah alias ganti kulit alias bunglon alias gue ngawur banget karna gatau mo bikin kek gimana gambaran ekspresinya.

"ada kok yang denger"

"siapa?"

"dinding dan rumput yang bergoyang" gue tertawa tanpa dosa.

"ya alloh, mimpi apa baim semalam? Kok bisa nemu manusia kyak dia"
Ami meratapi nasibnya sambil tengadahkan tangan ala-ala pengemis di jembatan layang.

Gue mengalihkan kesedihan ami dan mulai bertanya tentang makhluk yang pakai tas orange yang gue tatap sedari tadi.

"mi, lo tau nggak lelaki yang pake tas orange itu?" sambil nunjuk pakai jempol karna jari gue jempol semua.

Menyeret diri dari kesedihan, ami pun mulai ikhlas ngejawab pertanyaan gue.

"oh itu, namanya Raka.Alumni SMP sama kek gue, knapa? Lo sukak?"

"busyet dah, barusan gue nanya sama lo.berarti gue nggak kenal, gimana ceritanya bisa sukak sama orang yang nggak dikenal sama sekali?" Ucap gue separo marah dan separonya lagi marah banget.

"hihi, sorry deh mit.Tapi gue yakin sih, lo bakal suka sama tu anak" si ami ngucap kata per kata dengan optimis tanpa pesimis.

"ih nggak bakal! cowok suka tebar pesona kyak dia, bukan tipe gue banget" ucap gue nggak kalah optimis dari si ami.

"oke, sama-sama kita saksikan alur ceritanya. Tuhan denger loh mit, malaikatpun udah nyatat deh kyaknya"

Mendadak jantung gue berdetak kencang, dan oksigen menipis di peradaban gue duduk saat itu.

"hay! Lagi apa para wanita?" Patner gue datang serentak, mulai langkahnya ucapnya.Dan semoga menikahnya nggak kompakan juga, dan semoganya lagi nggak dinikahi oleh pria yang sama.

"hay ugah, btw gue ke kelas dulu ya para-para segala.Kursi sama tas gue udah nelpon, kangen katanya"
Ami berlari kecil meninggalkan gue dan patner yang baru saja tiba di peradaban, sambil dadah-dadah ke semua makhluk yang ada disekitar sekolahan.

"Dari tadi disini neng?" Ucap yuni yang perlahan duduk di sebelah gue.

"nggak, dari tahun kemaren.kalian pada kemana sih? Tega banget ninggalin gue dalam kehampaan ini sendirian" Tutur kata gue yang lebay bin alay.

"sorry, tadi gue sama yuni pergi ke WC" mput nyambar kayak geledek.

"hmmm iyadeh gapapa"

"yuk ke kelas" ajak yuni dengan senyum ala bintang iklan pasta gigi.

Gue dan patner melangkah menjauhi tempat tersebut. Dan berjalan menuju kelas tercinta yang bikin betah bernaung di dalamnya. Berhubung jalan menuju kelas gue ngelewatin kelas si raka yang kata si ami tadi, gue nggak bisa nolak takdir untuk melihat wajahnya lagi dan itu dari jarak yang cukup dekat.

"btw, ganteng juga nih cowok" terselip ungkapan di hati kecil gue.

Tak lama pemandangan itu gue nikmati, karna gangguan gerombolan boy band yang nyelonong nyuri jalan yang gue tapaki dari tadi.
Salah satu dari mereka nyenggol gue dengan sengaja.

"duh, sakit woy! Kalo jalan usahain mata dan kaki lo kerja sama yes" gue marah, yaiyalah gimana nggak marah cobak ! Gue lagi di suguhi pemandangan yang indah malah di ganggu sama makhluk entah berantah.Ya, gue marah !

"ma-maaf mit, gue sengaja.darimana hendak kemana nih ?" pria menjengkelkan berani bertanya tanpa dosa dan rasa bersalah.

"nggak usah nanya-nanya"

"ih, kok jutek gitu?"

"suka hati lah"

"yaudah deh, maafin gue ya cantik.Gue cabut dulu, dadah"

Lelaki itupun berlari dari kenyataan gue yang lagi marah, dan bergabung dengan gerombolan boy band kembali.

"sabar, lagian si riski nggak salah kok.cuma lo aja yang sensian"
ucap yuni menenangkan gue plus pakai tabokan maut, mati nggak gue kira-kira ? Ya nggaklah, buktinya sampe nulis cerita ini gue masih hidup alias nggak mati.

"yadeh, gapapa.gue nggak marah kok apalagi sensian, cuma kesel aja"

"sama aja dodol"

Gue dan patner kembali menapaki jalan setapak menuju kelas.

* * *

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE  EMEJING  LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang