“Di umumkan kepada seluruh siswa-siswi agar berbaris rapi di lapangan, karna upacara bendera segera di mulai !”
Telinga gue yang bersembunyi di balik kerudung, mendadak sembriwing mendengar suara yang tak asing lagi menurut ingatan gue.
Suara membahana selangit jagad raya semesta itu kepunyaan lelaki perfect menurut pandangan kaca mata gue, 'Suranta ardi' namanya.Lelaki berparas tampan rupawan, mungkin jadi idola semua wanita di sekolahan ini.Dan gue si kaum dhuafa, jadi benar satu dari sekian yang kagum.
Gue nggak bilang suka ya !
Cuma kagum, alias penggemar.Kesannya dia artis tersohor yang ada di tipi-tipi.Tiba-tiba, tangan gue disambar elang. Eh, bukan, orang maksudnya.
“Astaghfirullah !” Gue nolehin muka pada sosok yang punya tangan.
“Ayok say, kita berbaris yang rapi.Nggak baik toh murid baru nggak patuh peraturan”
“Yaelah yuni, gue kira cowok ganteng yang megang tangan gue”
“Kebiasaan ya, ngayal mulu kerjaan.Nggak ada kerjaan yang baru gitu ?”
Gue dan patner kesayangan
'yuni demit' berjalan menuju lapangan upacara bendera, sambil berpegangan tangan layaknya teletabis.Teletabis kan biasanya berpelukan, loh kok jadi pegangan tangan gitu ya?
Oke, gue yang nanya otomatis gue yang jawab.Mungkin ini teletabisnya mau nyebrang jalan raya.
Haha garing abiss 😂
* * *
“Siap grakk! Istirahat di tempat grakk! Tegak grakk!”
Perintah lelaki berparas imut tinggi. Setau gue yang banyak tau ini, dia murid kelas tetangga. Kalo nggak salah 'ya bener' namanya
F-E-R-D-I. Nggak ada tambahan yang lain, cuma lima huruf yang di gabung dan jadi kata yang bisa dibaca FERDI.“Btw, ada yang masang tampang mupeng nih ke arah si cowok yang ngasih aba-aba” ucap mulut harimau gue, memecahkan kaca lamunan yang sedari tadi yuni bangun di dalam imajinasi fantasi realisasi reboisasi.
“a-apa-ansih? Siapa yang suka? Gue cuma noleh aja kok” Muka pucatnya, makin pucat.
“Ha kan, ketahuan.Gue nggak bilang suka loh ya, kok lo langsung bilang suka sih say?”
Yuni makin panik.
“hhm, tuh upacara mau mulai” Ucapnya mengalihkan tuduhan gue pada dirinya yang tak berdaya, menyembunyikan rasa suka pada seorang pria istimewa kelas sepuluh dua alias tetangga kelas kita.
“Ki-ta? Lo aja, gue ogah” Bisikkan makhluk pendek tapi imut dibelakang gue.
“Lo seneng banget bikin jantung gue copot yes?” Leher gue noleh ke belakang, sampe keseleo.
“abis, lo duo jones di depan brisik banget” Jawab ketus mput dengan muka masam, se-masam jeruk lemon di campur jeruk nipis di tambah jeruk purut.
“Hehe, ntar selesai upben ini gue rumpi no secreat'in sama lo oke”
“Upben? Apa itu?”
“Lo nggak gehol banget ya, upben itu singkatan dari upacara bendera” gue ngejawab dengan wajah songong bin sombong.
“gehol ? Apalagi itu ?” Sambil garuk-garuk kepala, saking o'on nya.
“haduh, gausah bahas.Mendadak gue bisu nggak bisa ngomong” Nemplokin jidat season empat.
-,
“Upacara segera dimulai, masing-masing pemimpin pasukan menyiapkan pasukannya”
Kebayang dong, gimana tuh wibawa suara wanita yang baca. Kira-kira kyak suara yang baca beginian pas HUT-RI di istana negara.
Dan lagi, si ferdi ngasih aba-aba lagi. Dan si yuni kelemer lagi, dan gue jadi si pengacau lagi.Kek gitu aja sampai yang baca 'tata tertib upacara' membacakan.
“Amanat pembina upacara, barisan di istirahatkan”
“Yuk ah, kita duduk dulu”
Ajak gue ke yuni dengan polosnya.“Ente sakit? Sarap? Atau pikun?”
“Lah, tadikan di suruh istirahat.Ya, ayok kita istirahat.Salah gue dimana ?”
“ya allah, sabarkanlah hati hamba mu ini” yuni tengadah tangan dan meratapi nasib punya temen o'on kayak gue.
“Yaudahlah, malaikat juga tau siapa yang jadi juaranya” Tanpa rasa bersalah, gue nyanyi pelan ditelinga yuni.
-,
“Ananda semua generasi penerus bangsa agama keluarga dan negara”
Sontak kata-kata itu menyadarkan diri gue yang nggak sadar-sadar diri ini.
Perlahan gue muter kepala ke kiri barisan 'kelas sepuluh dua'.
Nampaknya ada wajah tak asing lagi di mata gue, lelaki bermata sipit ala-ala gitu. Tampannya jangan ditanya, subhanallah cyin. Tapi dimana gue liat ini wajah ya?Karna kelamaan mikir, upben pun kelar sudah. Dan semua beranjak pergi meninggalkan tanah petakan yang cukup luas ini, termasuk dia 'lelaki sipit'.
Teng !!
Kepala gue di tabok duo srigala 'yuni mput'.
Kok bunyinya teng ya ? Ini kepala loh ya, bukan tong sampah.Mungkin memang bener kata pepatah, tong kosong nyaring bunyinya.
“kenapa cuma di tabok ? Knapa nggak lo karungin aja ni kepala sekalian” Ucap gue kesel menggerutu bagai kutu.
“Maaf sayangkuh, kami sengaja” Tutur kata yuni yang bikin gue makin gila.
Mata gue terbelalak dan mulut gue menganga. Ini bukan ekspresi mau pingsan karna darah tinggi, tapi ekspresi ngeliat makhluk kasat mata nan aduhai. Si lelaki sipit berjalan di depan mata gue yang terhalang kaca mata, bebarengan sama si ferdi anak kelas sebelah.
Gue seakan nahan nafas cyin, sampe tu makhluk menghilang dari radar penghilatan gue. Kebayang dong gimana sesaknya gue pada saat itu, serasa jatuh telentang dari tempat tidur, mendadak di himpit lemari pakaian yang juga jatuh karna gempa bumi. Sesak banget, ampe mau mampus.
Lebay banget ya 😂
-,
“Yuk ke kelas, bentar lagi jam pelajaran dimulai” Ajak mput yang lagi-lagi jinjit nabok pala gue.
“Yoklah cus”
Gue dan patner berlalu, sambil mikir-mikir dimana gue ngeliat tu wajah lelaki sipit. Dan mikir-mikir gimana cara buat tau siapa namanya, alamat rumahnya, ukuran sepatunya.
Nggak lah, cuma pengen tau namanya aja. Itu udah cukup buat ngurangin rasa ingin tahu gue supaya tempe dan toge sesekali di pamerin disini. Kesian mereka, nggak pernah disebut.
* * *