BANGKIT

43 3 0
                                    

     

Sore yang sedikit mendung.Langit enggan menampakkan senyum dari sang mataharinya.Sedangkan burung sudah mulai beterbangan menyambut turunnya hujan.Rintikannya mulai terdengar pada atap rumah dan dahan pada pohon disekitar rumahku.

Aku tersenyum bahagia.Satu temanku lagi akan datang.Dia adalah hujan,yang datang membawa bahagiaku turun bersama sejuta rahmat yang telah dikaruniakan oleh tuhan kepada seluruh makhluknya.

Aku pecinta hujan.Selain bercerita pada buku,satu hal lagi yang biasa ku ceritakan adalah pada hujan.Ia seakan-akan ikut merasakan rasa sepi ini bersamaku.Sebuah rasa yang mereka tak rasakan sepertiku.

Aku berdiri pada balik jendela kamar dan mengeluarkan satu tanganku agar hujan dapat membasuhnya dengan iklas.Meski rasa dingin mengenai telapak tangan ini,namun tetap saja aku menyukainya.Menyukai setiap ia datang,jatuh dan pergi.Karna setelah hujan pelangi akan datang.Pelangi adalah senyumku.Melihatnya melengking di atas awan seperti sebuah senyuman yang tak dapat digambarkan.

Hujan tak kunjung juga reda.Tetesannya masih terus terjatuh ke bumi menimpa apa saja yang ada di bawahnya.Andai aku bisa seperti hujan.Tetap tegar dan terus terjatuh meski tak merasakan sakit.Dinginnya tak membuat semua orang berlindung.Hanya saja orang akan berlindung dari airnya.

Suara pintu kamarku diketuk.Dan terlihat gagang pintu bergerak turun,pintu semakin terbuka.Terlihat bunda dari balik pintu kamar.Ia menyunggingkan sebuah senyuman hangat saat dingin sudah mulai terasa akibat hujan.

"Sedang cerita pada hujan?"Tanyanya padaku,dan kubalas dengan satu anggukan.

"Setidaknya bukalah semua tali yang mencengkerammu yang membuatmu tidak memiliki teman sama sekali."Katanya penuh antusias.

"Aku sudah memiliki teman bun.Pena,buku,hujan dan pelangi.Mereka baik,tidak pernah menyakitiku."

"Jadilah normal seperti yang lainnya Git! Bukan harus berteman pada hal seperti itu."

"Aku merasa nyaman dengan semua ini."

"Bunda tau kamu merasa kesepian,kamu butuh teman yang benar-benar bisa membuatmu melupakan masa lalu yang kelam itu."

Air baru saja turun melewati pipiku.sekarang ia sudah sangat basah oleh air mata."Aku harus seperti apa bun? Seperti apa?" Kataku dengan nada sedikit tinggi dan bergetar.Bunda mulai melangkah kearahku dan membelai rambutku.Jari jemarinya bermain diatas pipiku dan mengusap air mata yang telah membasahinya.

"Bunda yakin kamu pasti bisa melewati semua ini dengan baik,dengan caramu sendiri.Jika bantuan bunda tempo hari tak dapat juga merubah perasaanmu pada masa lalu itu.Kini bunda akan menyerahkan seluruhnya kepadamu.Bagaimana kamu menanggapi dan menjalaninya,bunda yakin kamu bisa.

Ia lalu memelukku dengan erat,seakan tak mau kehilanganku.Akhirnya kami menangis berdua dalam hujan.Apakah hujan juga ikut menangis mendengar dan merasakan apa yang kini kurasakan setiap harinya? Entah,karna yang ku tau hujan selalu tegar.

----------------------------------------------------------------

Pagi yang sedikit dingin.Meski embun datang tak terlalu membawa dinginnya pagi ini,namun aku tau ini akibat hujan yang semalaman turun mengguyur sepanjang daerah ini.Dingin yang membawa sejuta ketenangan tersendiri bagiku.

Kukayuh sepeda dengan perlahan,seraya menikmati dingin dan pemandangan sepi yang terasa menyentuh kalbuku.Aku mendengar suara kayuhan sepeda pula mulai mendekat.Dan dengan perlahan kulihat si mata coklat muncul mengayuh sepedanya disampingku.

Ketika Fobia MenjawabnyaWhere stories live. Discover now