PROLOG

144 7 18
                                    



Aku menyadari akan arti perbedaan. Kata orang, justru perbedaan itu indah. Perbedaan akan membuat segalanya lebih indah. But, believe me apa yang dikatakan orang-orang hanyalah kata-kata bualan. Tidak ada perbedaan yang indah. Perbedaan akan membuat terciptanya sebuah konflik. Dan percayalah, perbedaan akan membuat yang dulunya dekat akan menjauh sejauh jauhnya.

Dan asal kalian tau, aku memandang perbedaan dengan sisi lain. Entah kalian bagaimana memandang arti "perbedaan". Dan mungkin kalian akan menganggapku sebagai orang yang tidak bisa menerima perbedaan? I don't care haha! Ini hidupku. Jadi, terserah aku mau memandang hidupku bagaimana.


"Ann?" suara itu. Suara 6 tahun yang lalu. Suara yang hampir setiap hari aku dengar. Entah secara langsung atau melalui media line dan whatsapp. Suara yang aku rindukan selama ini. Suara yang aku nanti selama ini. Dan sosok yang aku rindukan kini berada di depanku. Ah, rindu ini sudah terobati. Rindu yang selama 6 tahun aku pendam sendirian. Tapi, suara itu yang juga menyebabkan aku menjadi sosok yang dingin, sosok yang awalnya sangat care terhadap orang-orang disekitar, kini menjadi sosok yang masa bodoh dengan sesuatu yang ada disekitar. Lelaki itu yang merubahku. Dia yang merubah setiap inci dalam diriku. Dia yang membuatku menutup hatiku rapat rapat. Dia juga yang membuatku tidak memiliki selera untuk menyukai laki-laki lain. Tetapi bukan berarti aku selera menyukai perempuan-_-

"Apa kabar kamu? Lama ya kita gak pernah ketemu?" "rumah kamu masih sama kan?" tambah laki-laki itu. Tatapan matanya yang tajam. Senyumnya yang tipis. Ah, senyuman yang sama 6 tahun yang lalu. Yang membuatku selalu gugup saat berhadapan dengannya.

"Eh iya baik kok baik, lo---kamu apa kabar? Iya rumah gu---aku masih sama kok." Ya tuhan. Aku sangat gemetar menatap matanya.

"Kok gugup sih, hm?" tanyanya sambil sedikit membungkukkan badannya dan berusaha menatapku. Makhlum, tinggi badanku hanya 156cm dan tingginya 170cm.

"Hehe enggak kok gak gugup. Efek 6 tahun gak pernah ketemu kali ya." Alibiku kepadanya. "Eh iya ya 6 tahun gak pernah ketemu. Gak kerasa." Jawabnya sambil tersenyum.

Iya kamu gak pernah ngerasain. Aku yang ngerasain. Sendiri. Aku  s e n d i r i


Drttt....

Dia merogoh sakunya. Dan membaca pesan masuk yang diterimanya baru saja. Seketika, raut wajahnya berubah.

"Eh iya Ann, aku duluan ya. Udah ada janji hehe." Ucapnya sambil menaruh handphonennya kembali di sakunya.

"Oh iya Kie, ati-ati ya." Ucapku. Lalu aku menatap mata coklatnya sekilas. Aku selalu merasa nyaman. Ada keteduhan dalam mata itu. Dan percayalah, rasa ini masih ada untukmu. Rasa yang aku simpan baik-baik selama 6 tahun.




Permulaan hehe. Sorry kalo ada typo._.

-Ann

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang