karena menyimpan rasa sendirian itu sangat sakit
Aku berjalan gontai melewati jalanan kota Jogjakarta. Kota dimana aku besar disini. Kota kelahiran yang aku cintai. Dan di kota ini pula laki-laki itu---Rizkie, besar disini juga. Dan kota ini juga yang menjadi saksi bahwa aku pernah mencintainya. Lebih tepatnya aku yang mencitainya diam-diam. Aku saja. Dia tidak.
Fikiranku masih terbayang Rizkie. Laki-laki yang tidak sengaja berpapasan denganku tadi. Padahal setelah lulus SMA itu aku sudah tidak pernah mengetahui kabarnya. Bahkan ketika wisuda pelepasan, dia tidak hadir. Dan sekarang, setelah 6 tahun berlalu, dia kembali. Tetapi, dia tidak menghubungiku setelah dia pindah dulu sampai dia kembali lagi. Bahkan saat bertemu tadi, Rizkie terlihat seperti biasa saja. Apakah dia tidak ingat dengan janjinya yang dulu?
~Flashback on~
"Ann, aku males deh sama Papa aku."
"Hm, kenapa?"
"Ann" ujarnya sambil menatapku. Aku yang menyadari akan hal itu, aku menoleh.
"Hm?" jawabku sambil menatapnya matanya yang mengisyaratkan sesuatu.
"Aku sayang kamu." Ujarnya sambil memelukku tiba-tiba. Aku merasakan hangatnya pelukannya."tapi boong. Masa iya gue suka sama temen gue sendiri" tambahnya
Seketika aku merasa aku sedang di terbangkan lalu dijatuhkan dengan tiba-tiba ke dalam jurang. Sakit.
"Apasih gila kamu, ih lepasin Kie!" ucapku sambil menjauhkan bahunya dari tubuhku.
"Ih gue lagi sedih bukannya menghibur gue lu malah gini. Temen macam apa lu?" ujarnya.
Rizki menghadapkan wajahnye ke depan, menatap ke depan. Kalau sudah begini tandanya dia ngambek. Huh...
"Kie" satu kali
"Kieee" dua kali
"Kieeeeeeeeeee......." Teriak ku ditelinganya.
"APASIH! BERISIK TAU GAK! BAWEL LU EMANG!"
"KOK LU NYOLOT SIH ONTA!"
"KOK ONTA SI? PANGERAN. CALL ME PANGERAN !"
"IH APAAN NAJIS BANGET. PANGERAN DARI HUTAN?!"
"EH DASAR LU YA, CEBOL! INGET, LU PERNAH NGOMPOL DIRUMAH GUE HAHAHA" ejeknya sambil tertawa memegangi perutnya. Emang ya, ketika seseorang tau aib seseorang pasti bakal di ketawain habis-habisan. Apalagi aibnya tentang gue yang pernah ngompol di rumahnya gara-gara ketakutan habis liat film horror. Duh....
"GAUSAH BAHAS ITU! TAU AH!" aku beranjak dari kursi di taman dekat komplek perumahan Rizkie yang kebetulan rumahku dan rumah dia hanya beda blok saja.
"Ngambekan ih hahaha" ucapnya sambil tidak berhenti tertawa.
"Bodo gue mau pulang. Gue ngambek setahun! Gausah chat gue. Gue block line lu. Bye" ujarku sambil menghibaskan rambut.
"Eh tunggu.." ucapnya sambil menarik tanganku. "jangan ngambek. Gue beliin es cream deh."Rayunya dengan mata yang berkedip-kedip. Sungguh, ingin sekali aku menampar wajahnya yang sok innocent itu.
*
"Gak ngambek lagi kan?" tanyanya sambil melahap es cream rasa coklat ke mulutnya.
"Hm, gimana ya?" ucapku sambil pura-pura ngambek
"Cih, dasar cebol" cibirnya.
"Eh ya Kie, kamu emang ada masalah apa sama Papa kamu?" tiba-tiba raut wajah Rizkie berubah. Yang awalnya asik menikmati es creamnya, kini seperti tidak berselera. Aku menjadi merasa bersalah dengan mengajukan pertanyaan itu. Aku telah merusak mood-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difference
Teen Fiction"6 tahun aku menunggunya" "6 tahun aku tidak bisa membuka hatiku untuk laki-laki lain" "6 tahun, Nay. 6 tahun." isakku kepada Nayla. Aku tidak bisa membendung air mataku saat melihat kejadian yang membuat luka lamaku terbuka kembali. Kejadian yang s...