"An.."
"Hm?"
"Aldo itu... ganteng ya. Sumpah dia itu mukanya mulus, kinclong, berwibawa, terus suaranya ah duh gamampu gue deskripsiinnya. Perfect lah pokoknya. Penyemangat kuliah nih" ucap Nayla dengan senyumnyayang sangat sangat menggelikan menurutku.
Aku dan Nayla kini tengah berada di kantin kampus setelah melewati kuis yang diberikan Aldo—Pak Aldo.
"Hm" gumamku menanggapi Nayla yang terobsesi dengan sosok Aldo. Menurutku Aldo juga tampan sih. Sedikit.
"Lu kenapa sih?" ujar Nayla sambil menatapku kesal.
"Gapapa." Ucapku sambil membenarkan letak poniku.
"Eh, siku lu kenapa? Kok luka? Lu nyosop dimana? Dah gede pake acara nyosop-nyosop lu ih" ujar Nayla sambil memengang luka di sikuku. Lebih tepatnya menekan sikuku-_-
"Aw sakit. Lu gak ada alus-alusnya sama temen ih" ucapku sambil menjauhkan tangannya dari sikuku.
"Hehehe iya iya sorry" "kenapa emang? Lu jatoh dimana?" tambahnya.
Jika Nayla mengajukan pertanyaan kepada seseorang, mau tidak mau, suka atau tidak suka dengan pertanyaannya, harus dijawab. Kalau tidak? Dia akan bertanya sampai orang itu menjawabnya. Sedikit egois memanng. Tapi katanya, tidak apa-apa egois kalau ingin mengetahui keadaan seseorang. Hmmm...
"Ditabrak Aldo," ucapku sambil menyeruput jus jerukku.
"WHATTTTT?" teriaknya. Seketika orang-orang yang berada di kantin melihat kami dengan tatapan "ada apa".
"Eh kuda nil, kebiasaan mulut lu." Ucapku pelan sambil melihat beberapa orang di kantin yang menatap kami. "tau ah, malu gue" ucapku sambil pergi meninggalkan Nayla.
"Eh Ann, tunggu bego ih. Masa incess ditinggal" ucap Nayla sambil mengejarku.
"Bodo amat! Mulut lu sih kaya kuda nil. Gede, lebar." Ujarku sambil melihat ke belakang—ke arah Nayla yang mengikutiku.
Brakkk....
"Aduh.." rintihku sambil mendongak ke atas.
"Ann lu gap..." Nayla menghentikan perkataannya ketika melihaku—tubuhku dibopong—setengah dibopong lebih tepatnya. Karena kakiku masih menapak ke tanah.
Aku yang menyadari akan hal itu, aku langsung menarik tubuhku untuk berdiri tegak.
"Kamu gapapa?" ucapnya sambil menatapku.
"Eh engga gapapa kok, maaf ya Pak saya tadi gak liat" ucapku gugup. Bagaimana tidak gugup? Dua kali ini aku bertabrakan dengannya. Ah, mungkin dia akan mengecapku sebagai gadis yang ceroboh.
"Iya gapapa. Untung tadi saya nangkep kamu. Coba kalau saya gak nangkep kamu? Pasti kamu bakal jatoh terus luka" ucapnya sambil senyum peniuh arti kearahku.
"Sialan nih orang, cakep cakep ngeselin" batinku.
"Haha iya, maaf ya Pak. Lain kali saya akan hati-hati, dan juga saya pastikan saya tidak akan terjatuh apalagi sampai membuat siku saya terluka." Ucapku balik sambil tersenyum dan menatapnya penuh kemenangan.
Aldo hanya diam dan berlalu meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Ah dasar laki-laki gila. Untung ganteng, kalo enggak gue jambak-jambak lu" batinku.
"Ann yaampun.." ujar Nayla yang langsung ku potong karena saat ini moodku sedang dibawah rata-rata moodnya orang baik._. "Apa? Udahlah gue mau balik. Nyebelin semua orang-orang" ucapku sambil meninggalkan Nayla yang memakiku karena meninggalkannya 'lagi'
KAMU SEDANG MEMBACA
Difference
Teen Fiction"6 tahun aku menunggunya" "6 tahun aku tidak bisa membuka hatiku untuk laki-laki lain" "6 tahun, Nay. 6 tahun." isakku kepada Nayla. Aku tidak bisa membendung air mataku saat melihat kejadian yang membuat luka lamaku terbuka kembali. Kejadian yang s...