two

22 2 0
                                    

Suasana SMA Tunas Bangsa sangat ramai, karena ada acara pameran. Ada banyak hal yang dipajang dihalaman sekolah tersebut.

Di depan sana ada lukisan-lukisan hasil karya anak-anak SMA Tunas Bangsa, di sebelah kananya terdapat berbagai kerajinan tangan baik dua dimensi maupun tiga dimensi yang menarik untuk dilihat, disebelah kirinya ada banyak aksesoris yang pastinya menarik kaum hawa mendatanginya. Halaman sekolah tersebut penuh dengan stand tiap kelas SMA Tunas Bangsa.

Ditengah-tengah pameran tersebut diberi ruang kosong dan panggung kecil untuk pentas seni, yang akan tampil pun tidak diwajibkan untuk seluruh kelas. Melainkan yang mau dan berminat saja.

Di SMA Tunas Bangsa ada segerombolan laki-laki yang mungkin bisa dikatakan semua orang mengetahui mereka. Mereka adalah Alby, Rayhan, Endo, dan Vino.

Alby mempunyai peran teratas karna selain wajahnya yang ganteng, prestasi dan bakatnya pun juga tak kalah. Diposisi kedua ada Rayhan, dia tak kalah ganteng dari Alby hanya saja Rayhan sedikit dingin jika dengan orang lain. Diposisi ketiga ada Endo dan Vino, ganteng tapi tetep ganteng Alby, mereka memiliki tingkat humoris yang tinggi.(serasa lagi pemilihan nominasi wkwk)

Mereka berempat tak pernah absen dalam acara pensi, mereka selalu saja menampilkan sesuatu yang membuat kaum hawa menjerit sana sini. Kini, mereka sudah berada diatas panggung kecil ditengah-tengah pameran. Alby sebagai sang vokalis membuat suara dengan mic nya.

"Cek 1,2,3"

"Cek"

"Cek"

Semua siswa yang berada dalam halaman mencari sumber suara. Betapa bisingnya suasana setelah mereka mengetahui kalau Alby yang baru saja membunyikan suara itu. Yang disebelah kanan, kiri, depan maupun belakang mereka menjerit melihat Alby.

Tak terkecuali seorang gadis berambut lurus sebahu itu, dia yang duduk di sebelah kanan panggung, dia yang sedari awal telah memperhatikan sang vokalis dari sebelum sang vokalis dan teman-temanya naik ke panggung.

Ditangan kanannya ada selembar kertas dan sebuah pena yang selalu menjadi barang wajib bawaanya.

Dia memperhatikan semua yang dilakukan Alby. Dia melihat setiap senyuman yang tercetak diwajah Alby. Dia menekankan pendengaran untuk mendengar setiap kata yang keluar dari Alby. Dan tanpa dia sadari sebuah lengkungan senyum terbentuk diwajahnya ketika hanya melihat Alby sejauh ini.

Hari ini aku melihat senyum mu lagi
Seperti hari-hari lalu
Aku melihatnya dari kejauhan
Terimakasih, telah memberikan senyuman itu
Walaupun aku tahu itu bukan kau khususkan untukku saja
Sungguh, senyumanmu mengalihkan duniaku...

Selembar kertas yang biasa ia bawa kini telah terisi, dia tersenyum lalu melipatnya dan membentuknya seperti hati. Dia tersenyum lalu menaikan lagi kepalanya untuk melihat Alby lagi. Dia memasukan lipatan kertasnya kedalam saku. Dan dia kembali memperhatikan seseorang itu, Alby Mahendra.

ALEBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang