"Sial, gue ngga bisa ngelipet kertasnya kaya semula lagi." ucap Alby kepada diri sendiri.
Kemudian ia lipat saja kertas itu sembarangan, dan memasukanya ke dalam saku.
Ia berdiri dari tempat duduknya, dan memilih meninggalkan ruangan itu.
################################################################################
Alena diam-diam mengambil kesempatan untuk melihat Alby, beberapa kali lingkaran hitam yang ada dimatanya menuju ke sudut mata, berusaha melihat orang yang tertidur disebelahnya. Degupan jantungnya sudah mulai stabil, tak seperti awal saat kulit wajahnya bersentuhan dengan tangan Alby.
Alena akhirnya pun memberanikan diri menoleh secara penuh, untuk memastikan bahwa Alby sudah benar-benar terlelap. Dan kini ia merasa bahwa orang yang dipandanginya pun memang sudah terlelap. Alena menyerongkan badanya sedikit agar tidak menyusahkan dirinya untuk melihat orang didepanya itu.
Alena menulis baris demi baris.
Seperti biasanya, ia menulis di kertas yang selalu ia bawa, dengan pena kesayanganya. Dan yang berbeda kali ini adalah ia dapat menulis dengan keadaan dimana orang yang sering dia jadikan tema untuk tulisanya tepat berada didepanya.
Kini, orang itu tidak jauh lagi. Orang itu ada didepan, dekat, namun tetap saja Alena hanya bisa menulisnya saja. Hal yang selalu Alena lakukan, bersembunyi dibalik tulisanya.
Tidak terasa lama kelamaan kertas itu mulai penuh berisi tulisan Alena.
Saat sedang asik melipat kertas menjadi berbentuk hati, tiba-tiba saja orang disebelahnya itu begerak. Betapa terkejutnya Alena , karena saking gugupnya Alena pun segera bangkit dari tempat duduknya. Alena sangat takut apabila yang dilakukanya tertangkap basah oleh orang disebelahnya.
Alena pun meninggalkan tempat duduknya dan meninggalkan kertas yang sudah ia lipat tadi. Alena tidak ingat lagi apa yang dilakukan sebelumnya. Yang Alena pikir ia harus segera pergi sebelum orang disebelahnya mengetahui kalau sedari tadi ada seseorang yang memandanginya.
Alena dengan cepat menuju meja absensi perpustakaan, mengisi daftar hadir dan meninggalkan perpustakaan.
Tanpa Alena sadari, saat ia memilih bangkit dan meninggalkan kurisnya ada seseorang yang memandanginya dari belakang. Bahkan orang itu kini mengikutinya. Alena masih saja tidak sadar kalau ada seseorang yang membuntutinya sejak ia keluar dari perpustakaan. Alena terlalu fokus dengan perasaanya sendiri, ia masih saja tidak karuan saat mengetahui bahwa Alby yang ada disebelahnya menggerakkan badanya. Ia takut kalau Alby mengetahui Alena diam-diam memandanginya.
Endo yang masih terkejut karena melihat Alena tadi diperpus terus saja mengikuti gadis itu. Dengan perasaan yang sulit dideskripsikan, Endo memilih untuk tidak menemui Alena. Endo hanya memilih untuk mengikuti Alena, Endo hanya ingin tahu Alena ada di kelas mana.
Dan akhirnya, Alena pun masuk ke dalam ruang kelasnya. Endo hanya bisa melihat papan nama kelas kecil diatas pintu yang dimasuki Alena barusan.
"Jadi dia sekarang disini, dia ada didekatku lagi. Apa dia kembali?" ucap Endo dalam hati.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Alby yang buru-buru keluar dari perpustakaan terlihat seperti orang bingung. Sampai-sampai ia memakai sepatunya dengan sembarangan. Tali pengikat sepatu sebelah kirinya belum ia ikat dengan benar. Alby merasa bahwa gadis yang duduk disebelahnya tadi harus ia kejar.
Alby ingin berkenalan dengan gadis itu dan meminta nomor teleponya. Dan yang pasti Alby ingin sekali meminta gadis itu untuk mengajarinya melipat kertas menjadi berbentuk hati, sehingga Alby dapat mengembalikan kertas gadis itu seperti semula. Tidak seperti sekarang, ia melipatnya sembarang.
Alby terus berjalan lurus, berharap ia dapat menemukan gadis itu. Senyumnya yang sangat manis masih teringat jelas dikepala Alby. Walaupun ia mencuri-curi pandang saat ia pura-pura tidur disebelah gadis itu, sampai pura-pura tersebut menjadi sebenarnya.
Ya, memang begitu. Kadang kita perlu berpura-pura akan suatu hal, sampai pura-pura itu terlupakan sehingga menjadi hal yang biasa dan terbiasa, bukan lagi hal yang berat.
Alby masih terus menyusuri setiap lorong sekolah, ia sangat berharap dapat menemukan gadis itu. Senyumnya yang manis, serta tulisanya yang tak kalah manis membuat Alby ingin sekali berkenalan dengan gadis tersebut.
Setelah mulai lelah tidak menemukan apa yang dicari, Alby memelankan langkahnya. Dan tanpa sengaja saat iya melihat tali sepatunya belum terikat dengan benar, Alby langsung berlutut dan membenarkanya. Saat hendak berdiri, ia melihat Endo yang bersandar di salah satu tiang penyangga teras kelas.
Tanpa basa-basi, Alby langsung menghampiri Endo. Endo yang sedari tadi masih dalam keadaan terkejut karena melihat Alena, kini tambah Alby yang datang tiba-tiba membuatnya tambah terkejut.
"Woy, ngapain lu disini ndo?" tanya Alby tiba-tiba.
Endo yang terkejut langsung sedikit memundurkan langkahnya, dan menampakan wajah yang tidak santay.
"Ngagetin aja lu by." jawab Endo datar.
Alby merasa ada yang aneh dengan Endo, tumben sekali anak itu biasa saja. Biasanya Endo kan yang selalu ramai dalam segala hal.
"Lu ngga papa ndo? lu lagi ngga kesurupan kan?" tanya Alby nerocos.
Tanganya langsung dengan cepat memegang dahi Endo,
"Sahaaa iye saha???"
Bercanda Alby yang berlebihan membuat mood Endo menjadi tambah tak karuan.
"Awas by, gue lagi nggak mood." kata Endo
"yaya deh, maaf yaaaaa" jawab Alby.
"Gue tahu cara ngilangin badmood lu ndo" tawar Alby kepada Endo.
Endo hanya menaikan kedua alisnya pertanda iya mau tahu apa ide dari temanya itu.
Akhirnya Alby pun menjelaskan bahwa iya sedang mencari gadis yang duduk disampingnya tadi diperpustakaan. Alby menceritakan dari awal sampai akhir. Padahal sebenarnya Endo sudah mengetahui cerita itu semua. Tapi Endo pura-pura tidak mengetahuinya dan terus mendengarkanya.
Kan, pura-pura lagi.
Saat Alby telah menjelaskan panjang lebar tentang gadis itu, Alby melontarkan sebuah pertaanyaan yang mungkin sedikit membuat hati Endo terasa nyeri.
"Lu tau cewe itu ngga ndo? Dia manis banget bener dah, gue pengen kenal sama dia. Lu tau ngga? atau barangkali lu pernah liat cewe kaya gitu disekolah ini?" tanya Alby.
Dalam hati, Endo mengatakan "Gue tau banget dia by, bahkan gue sekarang ada didepan kelas ini juga karna dia. Tapi maaf gue ngga bisa ngasih tau ke lu sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEBY
Teen FictionAku hanya mampu melihat tanpa berani menyapa. Aku hanya mampu memendam tanpa berani mengungkapkan. Aku hanya mampu menulis tanpa berkata. Menulis sepanjang mungkin tanpa peran pembaca selain diri sendiri. Aku selalu saja seperti demikian, bersembuny...