Chapter 2

2.1K 249 37
                                    

"Apa sebelumnya kamu adalah wanita? Kulitmu halus sekali.." penata rias yang saat ini tengah melakukan Make-Up ringan pada wajah Wayo terkesiap. Ia benar-benar iri akan kulit anak ini, tanpa polesan apapun kulitnya sudah sangat lembut dan bersih. Ia kembali bersuara sebelum Wayo sempat menjawab. "Atau kamu melakukan perawatan khusus?"

Wayo menggeleng seraya tersenyum canggung. "Tidak, P'. Semua yang P' katakan tidak benar. Aku memang laki-laki dari lahir dan kulitku memang seperti ini." balasnya jujur.

"Oh! Sekarang aku menjadi sangat iri padamu. Aku yang wanita saja tidak memiliki kulit sebagus ini." ungkapnya seraya memasang ekspresi berpura-pura sedih. Namun sesaat kemudian ia tertawa kecil. "Betapa beruntungnya pria yang akan menjadi suamimu nanti." ujarnya melanjutkan.

Wayo terkejut. "P' mengatakan itu.... tidakkah P' berpikir bahwa seharusnya wanitalah yang membeliku?" tanyanya ragu.

Penata rias tersebut menggeleng mantap. "Tidak. Mereka tidak akan berani membelimu karena mereka akan merasa tersaingi oleh kecantikanmu."

Pipi gembil Wayo meradang. Rasa malunya berbaur dengan rasa kesal yang membuatnya memilih untuk diam. Bukan ia tidak suka dipuji, hanya saja jiwa laki-lakinya merasa tersakiti karena semua orang selalu beranggapan bahwa wajahnya cantik dan imut. Tidak adakah satu orang saja yang bersuka rela untuk memujinya tampan? Sungguh ia sangat memimpikan pujian itu.

Disudut lain namun masih di ruangan yang sama, Ming yang tengah duduk di sebuah kursi khusus untuk para staff terlihat memperhatikan sahabat mungilnya yang sepertinya hampir selesai melakukan Make-Up. Ini kali pertama ia melihat Wayo dengan polesan natural Make-Up pada wajah kecilnya. Tubuh berisi namun padat miliknya dibalut kaos lengan pendek berwarna putih dengan lapisan Overall Denim. Ming berani bersumpah, Wayo yang sekarang 2x lipat lebih manis—tidak, dia sungguh sangat cantik dan sexy.

Ming mengambil smartphonenya pada saku celana. Membuka menu pesan lalu mengetik beberapa kalimat sembari sesekali melihat pada Wayo kemudian mengirimnya ke nomor pemuda imut tersebut.

Hey, Yo! Bisakah aku menarik kata-kataku tadi? Sepertinya aku berubah pikiran untuk berkencan dengan P'Kit. Kamu terlihat cantik dan sexy, aku jadi jatuh hati padamu~

Ming mengangkat kepala dan meluruskan pandangannya pada Wayo. Dari sini ia bisa melihat kening pemuda imut itu tampak berkerut saat melihat ponselnya. Tawanya hampir saja meledak jika tidak mengingat dimana dirinya berada sekarang saat menangkap Wayo yang mengatainya 'Sialan kau Ming!' melalui pergerakan bibir.

Tentu saja Ming tidak bersungguh-sungguh. Ia hanya sekedar menggoda sahabatnya itu. Tidak lebih.

Sekitar 5 menit kemudian Wayo bangkit dari posisinya setelah menyelesaikan urusan Make-Up. Tidak membutuhkan waktu lama untuk merias wajahnya agar terlihat menarik, pasalnya anak itu sudah memiliki pesona sendiri yang sudah dipastikan bisa memikat siapapun. Dan saat ini, Wayo yang sedang berdiri di tengah-tengah ruangan dengan kamera mengarah padanya terlihat menggigiti bibir bawahnya karena gugup. Ini pertama kalinya ia harus berpose didepan kamera dan dilihat oleh banyak pasang mata, hal yang wajar jika dirinya merasa sangat gugup.

"N'Yo, tidak perlu segugup itu. Anggap saja kami para staff adalah temanmu. Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri saat kamera mengarah padamu. Mengerti?" staff wanita yang tadi mempersilakan Wayo dan Kim untuk masuk berucap tenang. Mencoba untuk membuat pemuda imut itu sedikit lebih rileks.

Wayo hanya mengangguk canggung sebagai balasan. Matanya yang bulat beralih pada Ming yang berada di antara para staff, lelaki tinggi itu mengacungkan kedua jempolnya sembari tersenyum lebar. Memberinya semangat tanpa kata.

Wayo menarik nafas dalam sebelum membuat pose sesuai arahan staff beberapa saat lalu. Ia membungkukkan tubuh dan menekuk kaki kanannya kedepan seraya memegang ujung Overall Denim yang membalut kaki putihnya, bibirnya yang mungil mengukir senyum yang biasa ia perlihatkan pada teman-temannya sementara mutiara hitamnya menatap lurus pada kamera dan—

 Ia membungkukkan tubuh dan menekuk kaki kanannya kedepan seraya memegang ujung Overall Denim yang membalut kaki putihnya, bibirnya yang mungil mengukir senyum yang biasa ia perlihatkan pada teman-temannya sementara mutiara hitamnya menatap lurus ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SPLASH!

—suara kamera yang terdengar serta decakan kagum para staff yang memenuhi ruangan tak terlalu lebar itu menutup sesi pemotretan tersebut.

Sang photographer sudah merasa sangat puas dengan hasil foto yang dia dapatkan. Wayo sudah sempurna hanya dalam satu kali take, jadi ia tidak perlu mengulangnya kembali jikalau hasilnya saja sudah se–perfect ini. Padahal awalnya anak ini terlihat sangat kaku dan gugup, bagaimana hasil akhirnya sebagus ini? Sungguh, sepertinya Wayo memang berbakat menjadi seorang model.

"Nice, N'Yo! Kamu berbakat dalam dunia modeling. Hanya dalam sekali shoot kamu sudah bisa menghasilkan gambar sebagus ini." puji si photographer.

Yang menjadi pusat perhatian kembali menegakkan tubuhnya kemudian tersenyum lebar. Ternyata berpose dihadapan kamera selayaknya seorang model itu tidak terlalu sulit, pikirnya.

To Be Continue

A/N: Maaf ya telat dan pendek banget updatenya. Aku lagi sulit ngetik karna saking bahagianya liat GB moment in Manila. Sumpah demi apa FM 6Moons yang ini bener2 bikin pengen teriak2 bahagia. 😆

Oh iya, chapter depan baru  GodtBassnya jumpa yaaaa..

See u...... 😚😚

Mail Order BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang