-01-

10 2 0
                                    

Hell(o)weeN

Aku merasakan ada yang aneh. Aku terbangun dan mengedipkan mataku beberapa kali. Entah kenapa dari ujung kepala sampai ujung kakiku rasanya ngilu. Aku merasa seakan ada sesuatu hal yang buruk akan terjadi padaku.

Apa ini mimpi? Aku tak ingin terus tersadar di mimpi ini! Aku tidak bisa mengingat apapun yang terjadi sebelum aku berada disini. Begitu aku sadar, aku sudah berada diruangan yang gelap ini. Tergeletak begitu saja di lantai. Ruangan ini pun terlihat tidak terurus, terlihat seperti gudang bagiku. Tapi sepertinya ini adalah sebuah kamar, ada ranjang usang. Kucoba untuk berdiri namun rasanya sulit.

Aku mencari pegangan untuk berdiri. Disini gelap sekali, aku tidak bisa melihat dengan jelas. Yang terlihat ialah rungan yang kotor, ada banyak tumbuhan liar, pintu yang tertutup rapat dan banyak jendela disekelilingku yang terlihat usang dan buram. Mungkin itulah sebabnya cahaya sulit masuk kedalam ruangan ini. Terlebih lagi sepertinya ini malam hari.

Kupaksakan kakiku menuju jendela untuk setidaknya tau aku ini berada dimana dan apa yang terjadi diluar. Sepertinya aku berada dilantai atas bangunan ini. Sejauh mata memandang aku melihat pepohonan rimbun dan kecil kulihat ada kota disana. Tunggu,

Kota? Jangan-jangan?!

Brakk!!

Sesuatu menabrak jendela dihadapanku dan sontak aku jatuh kebelakang. Begitu aku membuka mata, sosok yang sepertinya manusia berjubah hitam panjang dengan mata merah menyala berdiri disetiap jendela yang ada disini. Ada 7 sosok hitam. Dan yang ditengah memiliki rambut berwarna perak. Meski gelap aku dapat melihatnya.

Tubuhku menjauh dari jendela dengan sendirinya sedang mataku terpaku pada mata sosok yang ada dihadapanku saat ini. Sesaat kemudian sosok yang ada ditengah mengangkat tangannya lalu menunjukan jarinya kepadaku.

Arggghh!

Rantai melilit seluruh tubuhku hingga aku tidak bisa bergerak.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN PADAKU?!"

.

Aku tebangun dari tidurku.

Ah~ cat kamarku berwarna baby blue , tidak salah lagi aku baru saja bermimpi. Ya, hanya mimpi tapi rasanya aku seperti mau mati.

Kuacak-acak rambutku yang memang sudah berantakan. Dan bercermin. Apa yang baru saja aku mimpikan? Kenapa semuanya terasa sangat nyata? Bahkan saat ini pun aku masih bisa merasakan rasa sakit dari rantai yang membelengguku. Aneh sekali. Tapi tidak sesakit itu sih, mungkin hanya perasaanku saja.

Aku berangkat sekolah dengan lunglai. Aku bahkan tidak mengikat rambutku. Sarapan pun aku membelinya di minimarket. Kumakan sarapanku dipinggir danau kecil dekat sekolah. Rileks sekali rasanya melihat air danau kemilau memantulkan cahaya matahari pagi. Angin sejuk sepoi-sepoi dan daun-daun yang berterbangan. Sudah masuk musim gugur. Aku lupa. Jaketku ketinggalan.

Aku berdiri dan menepuk-nepuk rokku bersiap untuk pergi.

Whooooosh~

Angin berhembus sedikit lebih kencang membawa dedaunan kering kecil ke seberang danau. Mataku mengikuti kemana perginya dedaunan kering itu.

"Tunggu-"

Apa aku tidak salah lihat?

Aku mengedipkan mataku beberapa kali. Dan.. menghilang? Dia menghilang. Aku tidak salah lihat, barusan itu di seberang danau ada sosok berjubah hitam dimimpiku!

Kulihat lagi keseliling danau namun aku tidak menemukan siapapun. Aku pun berlari menuju sekolah.

Dengan napas masih sedikit terengah-engah akhirnya aku duduk dikursiku. Jantung ku berdetak lebih kencang setelah melihat sosok itu tadi. Aahh!! Kenapa ini? Ada apa dengan diriku..

"Vita.."

"Ruvitta!"

"Ruvita! Apa kau mendengarku?!" ucap seseorang menarik kedua pipiku kesal.

"Aw, sakit! Loui lepaskannn" rengekku padanya sambil menepuk-nepuk tangan Louis.

"Kau kenapa huh? Dikejar setan?", akhirnya dia melepaskan tangannya. Aku mengusap-usap pipiku. Jangan sampai pipiku merah. Awas kau Louis.

"Aku tadi—"

*suara bel*

Sebelum aku sempat cerita kepada Louis bel sudah berbunyi. Dan guru sudah memasuki ruangan. Hm, mungkin sebaiknya aku tak usah cerita. Lagipula bukan hal yang begitu penting. Itukan hanya mimpi. Dan yang kulihat tadi mungkin halusinasiku saja.

--- Hell(o)weeN ---

Sepulang sekolah, aku sengaja lewat danau lagi. Hanya untuk memastikan.

"Ruvita.. rumah kita menjadi jauh kalau kita lewat sini"

"Maaf Loui, tapi aku tidak memaksamu untuk ikut."

Kulihat Loui memutar kedua bola matanya jengkel. Aku hanya tertawa kecil melihatnya. Rumah kami searah jadi kami sering pulang bersama. Aku kembali fokus mengamati sekeliling danau. Tidak ada apa-apa. Jantungku juga berdegup normal. Sudah kuduga, rupanya hanya halusinasiku semata. Syukurlah..

"Mana jaketmu?"

"Tertinggal di rumah" jawabku singkat.

Dia membuka jaketnya dan memakaikan nya dibahuku.

"Tidak apa Loui, aku tidak kedinginan."

Dia tidak mendengarkanku. Loui punya banyak adik jadi dia sangat peka terhadap sekitarnya. Aku kagum.

"Aku tak sabar dengan malam ini" gumam Louis sembari melihat langit.

"Malam ini? Ada apa dengan malam ini?"

"Ya ampun Ruviiiiii! Kau ini amnesia?? Ini malam Halloween! Apa kau sudah lupa? Kita akan pergi ke kastil tua itu! Zen sudah menyewa mobil dan Mayamoto sudah selesai membuat kostum kita!! RU.VI.TA!".

"YA YA YA aku ingat!! Berhenti mencubit pipiku Louiiiiii!!!" aku mencoba melepas kedua tangannya itu. Susah sekali. Dia melampiaskan kekesalannya dengan mencubitku.

"Louii!" akhirnya dia melepasnya.

"Apa akhir-akhir ini kau kurang minum air mineral? Kemana perginya ingatanmu.."

"Berhentilah mencubit pipiku! Aku merasa pipiku semakin chubby karena kau!"

"Itu tidak pengaruh! Kau saja yang terlalu banyak makan mochi dan korokke!"

"Karet tidak akan meral jika tidak ditarik!"

"Sudahlah cepat pulang sekarang!" dia mendorong bahuku dari belakang.

"Hm!"

Louis menyebalkan sekali.

HelloweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang