---
Bab 4Tiga hari sudah berlalu, mereka berdua lebih sibuk dari biasanya, mengenyakan pikiran untuk tidak saling bertemu, tapi mereka masih berkomunikasi, bahkan kali ini seperti anak ABG baru kenal ponsel. Sedikit-sedikit mengambil selca untuk diberikan kepada kekasih, oke ini konteksnya memang bukan kekasih, melainkan teman baik dalam tanda kutip. Bagas sendiri kadang menyibukkan diri untuk makan siang dengan Niken.
Kata Bagas, ambil saja hikmahnya, semua peristiwa ini selalu punya hikmah kan? Selain itu Gendis juga sibuk dengan dekorasi untuk kantor barunya, ruko tiga tingkat itu dirancang dengan apik, tak lupa pula ia meminta bantuan Bagas untuk membantunya dalam hal itu.
Lantai satu rencannya akan dibuat toko yang menjual baju dan beberapa aksesoris handmade, lengkap dengan sepatu dan tas. Lantai dua akan dirancang untuk tempat karyawan bagian OS dan lantai tiga digunakan Gendis sebagai tempat tinggalnya sekaligus tempat beberapa barang-barang yang akan di uji kualitasnya.
***
Siang ini Bagas memilih untuk menghabiskan waktu makan siangnya dengan Niken, seperti senin kemarin, Bagas menjemput Niken di TK tempatnya bekerja, lalu mereka akan makan siang di salah satu rumah makan favorit Bagas.
"Kamu gemukan deh, kayaknya," komentar Bagas sembari menyesap minuman yang di pesannya. Niken tersenyum kikuk
"Masa?" tanya Niken dengan ragu
"Iya, jadi makin cubby tahu nggak."
"Mungkin karena aku hobi makan akhir-akhir ini. dan kadang suka ngemil juga malam-malam," ujar Niken.
Bagas mengangguk lagi.
"Papa kamu, gimana Gas?"
Bagas menarik napasnya sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. "Maaf belum bisa memberi kamu kepastian. Kalau misalnya Ayah belum bisa memberikan restu, aku sanggup kok ngajak kamu kawin lari," komentar Bagas suka-suka. Niken tersenyum kecut, lalu menyesap teh manisnya.
"Kenapa? Kamu nggak setuju?" tanya Bagas melihat raut wajah Niken yang tak sedap
Niken tersenyum masam lalu menggeleng. "Kalau memang nggak direstui, jangan memaksa Gas."
Bagas terdiam melihat Niken yang sepertinya tak terlalu memikirkan hubungan mereka. hatinya merasakan bahwa hubungan mereka mulai hambar, tidak seperti dulu lagi. NIkennya sudah berubah, dulu Niken yang selalu menodongnya dengan kata-kata nikah. Kenapa sekarang Niken seolah memasrahkan hubungan ini.
"Habiskan makanan kamu, selesai makan siang aku ada meeting," ujar Bagas tanpa banyak komentar. Niken mengangguk.
***
· Gue berantem sama dia
Gendis mengernyit lalu mendiamkan pesan BBM yang baru masuk. Tak lama terdengar bunyi pesan BBM lagi. dengan malas, Gendis mengambil ponselnya, melihat keluh kesah temannya.
· Sibuk banget lo kayanya, sampe bbm gue lo read doang -_-
· Ketemuan, ntar melem gue jemput
· Makan di tempat Bang Rohim!
Gendis tersenyum mengejek, katanya mereka mau jaga jarak, terus kenapa sekarang begini ceritanya? Haloo....
Gendis kembali menaruh jari-jarinya di atas ponsel touch screennya. Ini anak nggak bisa diajak pisah sehari aja deh kayanya.
· Sibuk banget, nggak bisa keluar ntar malem gue
· Kalo mau ke ruko deh. Lo tahu kan di mana ruko gue? Sekalian tuh bantuin gue angkut-angkut barang.
![](https://img.wattpad.com/cover/16075589-288-k438989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When Best Friend Get Married
Roman d'amourKetika cinta itu bukan masalah waktu, dia bisa menyusup lewat relung hatimu, meski kau tutup rapat sekalipun. (Cerita di privat, silahkan follow untuk membca)