Dibuat karena terinspirasi dari banyak sumber, seperti dari film, novel, game dan fanfiction luar. Enjoy then.
*****
"What the hell is going on in here?"
Seorang gadis berpostur tubuh tinggi, rambut hitam panjangnya menjuntai indah di bahuhnya serta memiliki tahi lalat di dagu sebelah kirinya mengernyit heran menatap keselilingnya. Keadaan kacau, kaca-kaca mobil pecah, banyak bangunan runtuh serta tiang-tiang lampu berjatuhan di atas aspal.
Gadis itu baru saja sampai di kota yang selalu dijadikan tempat merantau untuk mengadu nasib, ia kira kota yang selama ini ia bayangkan seperti kota-kota di luar negeri. Ternyata yang ia lihat hanyalah kekacauan. Gadis itu melangkahkan kakinya ke dalam supermarket yang sama kacaunya dengan keadaan di sekitarnya.
Tidak ada seorang pun di sini. Gadis itu berjalan menuju sebuah rak lalu mengambil sebotol air mineral dan ia segera meneguknya hingga kandas. Sambil menyeka sudut bibirnya, gadis itu kembali melangkahkan kakinya mengamati tempat ini dengan seksama. Banyak sekali noda-noda darah berceceran di atas lantai yang lantas membuat gadis itu meringis ngeri.
Sebenarnya, apa yang telah terjadi di sini?
Mengapa tidak ada seorang pun selain dirinya?
Merasa penasaran, gadis itu meletakkan tas ranselnya di atas lantai lalu ia mengeluarkan ponselnya. Sebenarnya tujuan ia ke sini adalah mencari kawan lamanya yang tiba-tiba meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Mulut gadis itu terbuka, dia terkejut. Kenapa tidak ada ada sinyal sama sekali? Padahal provider yang ia gunakan provider terbaik. Dia mendengus lalu kembali menyelipkan ponsel ke dalam saku jaketnya.
Lelah sebab melakukan perjalanan panjang menggunakan kereta api sekitar lima jam, gadis itu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Dia merosot ke atas lantai dengan tubuh bersandar ke dinding.
Banyak sekali pertanyaan di kepalanya. Lantas jika benar-benar tidak ada satu orang pun di sini, kemana perginya mereka? Mengapa tidak ada satu pun tayangan tentang kekacauan yang terjadi di sini?
Aneh.
Helaan napas lolos dari bibir gadis tersebut. Dia memejamkan matanya sejenak. Namun beberapa menit kemudian, dia kembali membuka matanya dan menatap awas keselilingnya saat mendengar suara derap langkah kaki di lantai. Gadis itu beranjak dari duduknya lalu mengeluarkan pisau yang Ibunya berikan sesaat sebelum ia pergi untuk jaga-jaga.
Gadis itu menelan air liurnya susah payah saat mendengar derap langkah kaki itu semakin dekat. Sebuah senjata yang gadis itu tidak ketahui namanya di arahkan kepadanya. Gadis lain berpenampilan acak-acakan menatapnya dengan tatapan awas. Ada tiga gadis, dua lainnya berdiri di belakangnya. Di tangannya juga menggenggam sebuah senjata.
"Keliatannya gak terinfeksi," bisik gadis bermata sipit.
Gadis yang memiliki tahi lalat di dagunya menurunkan pisaunya. Dia menyelipkan pisau itu di balik bajunya. "M-maksud kalian apa? Terinfeksi apa?"
Gadis yang tadinya menodongkan senjata ke arahnya menurunkan senjatanya secara perlahan. "Ikut kita." Perintah gadis bersenjata lalu segera berbalik dan lantas gadis bertahi lalat itu menggendong ranselnya lalu mengikuti ketiga orang itu dengan cepat.
Setelah mengunci pintu serta mengikat dengan rantai lalu di tambah dengan gembok, gadis yang sepertinya leader dari tiga gadis itu menggedikan kepalanya memberi isyarat untuk mengikutinya.
Sebuah ruang bawah tanah dengan banyak amunisi serta persediaan makanan menyambut kedatangannya. Di sisi kanan dan kiri terdapat sekitar lima buah ranjang, selebihnya ruangan ini depenuhi dengan banyak sekali senjata dan makanan.
"Welcome home, gue Kinal." Gadis yang tadi menodongkan senjata bernama Kinal itu menyalami gadis bertahi lalat sambil tersenyum ramah. "Lo?"
"S-shania," jawab Shania takut-takut.
"Tenang aja, di sini tempat teraman. Della udah masang banyak jebakan selama di lorong, dan pintu-pintu yang mengarah ke sini juga udah kita tutup rapat-rapat." Jelas Kinal. "Nah, ini Della." Kinal menunjuk ke arah gadis yang bermata sipit.
"Kalau yang itu," Kinal menunjuk ke arah gadis yang sedang sibuk mengutak-atik komputer. "Dia Nabilah."
Shania mengangguk-ngangguk paham.
"Mungkin lo bingung kenapa kota ini acak-acakan. Let me tell you, entah ini bermula dari mana, yang jelas kota ini terinfeksi sebuah virus yang entah namanya apa dan itu menyebar begitu cepat." Jelas Kinal sambil membuka sepatu boots-nya. "Lo percaya sama yang namanya zombie?"
Shania menaikan sebelah alisnya, tentu dia tidak percaya! Mana ada zombie di zaman modern seperti ini.
Kinal tersenyum tipis saat melihat reaksi dari Shania. "Yeah, guess what? They are real. They in here. In this city." Kata Kinal, Shania terkejut bukan main. "Kita masih belum tau kenapa hal ini bisa terjadi."
"Dan parahnya, ilmuwan-ilmuwan yang menjadi harapan kita menjawab semua ini terinfeksi juga. And finally, we stuck in here. To protect ourself for a long time, shit." Sahut Nabilah dengan nada frustasi.
"Lo gak perlu khawatir. Gue, Della sama Nabilah bakal cari tau sumber masalah ini dari mana, jadi lo harus gabung sama kita. Semakin banyak orang, kemungkinan besar kita bisa menjawab semua ini."
Sebenarnya Shania masih bingung dan masih tidak percaya dengan semua ini. Tetapi entah mengapa Shania menganggukan kepalanya secara tidak sadar. Yah, dia harus bergabung dengan mereka. Untuk menemukan teman lamanya.
*****
Hai, wah genre baru nih. Haha, saya lagi coba-coba nulis dengan tema berbeda dari biasanya. Biasanya kan yah drama alay, menye-menye, cinta-cintaan wkwk. Ingin keluar dari zona nyaman aja, semoga kalian suka.
Saya masih pemula, jadi jangan lupa berikan krtitik serta saran yaa.
Kalau ada yang gagal paham, iyain aja ya biar sayanya senang.
15 November 2017Shibesxoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape [Stopped]
FanfictionPerjuangan Shania mencari kawan lamannya di sebuah kota yang terinfeksi oleh virus yang tidak diketahui bersama teman-temannya.