Hospital

353 90 21
                                    

Kriiet

Kinal meringis ngeri saat engsel pintu mengeluarkan suara deritan yang cukup keras. Della dan Nabilah dengan sigap mengangkat senjatanya, matanya menatap ke arah sekelilingnya dengan was-was.

"How stupid you are!" Desis Nabilah pelan sambil menatap Kinal tajam.

Kinal menautkan kedua telapak tangannya meminta maaf kepada Nabilah. Nabilah memutar bola matanya lalu memberi isyarat untuk segera masuk ke dalam. Kinal mengangguk lalu mulai melangkahkan kakinya.

Aroma khas Rumah Sakit langsung tercium memenuhi indera penciuman mereka. Keadaan tempat ini juga sama acak-acakannya seperti tempat lain. Dengan pencahayaan minim, Kinal menatap awas jauh ke depan. Tujuan mereka kali ini adalah mengambil obat-obatan, kotak P3K dan barang-barang penting lainnya. Dan tentunya sekalian memeriksa. Masih adakah orang yang selamat di sini selain mereka berempat.

Della menahan pergelangan tangan Kinal saat melihat barang yang mereka cari. Kinal mengangguk lalu mereka berempat masuk ke ruangan tersebut dan mengunci pintu dari dalam.

"Ambil sebanyak yang kalian bisa," ucap Kinal sembari mengambil napas.

Kinal mendapat bagian mengumpulkan selimut. Della dan Shania mengumpulkan barang yang mereka cari, sedangkan Nabilah berjaga di belakang pintu. Matanya tetap was-was menatap keadaan di luar dari kaca kecil.

Beberapa puluh menit kemudian, Della merasa ranselnya sudah penuh. Dia menarik resleting tas ranselnya lalu menatap Kinal. "Udah penuh." Della kembali menggendong tas ranselnya, begitu juga dengan Shania.

"Guys, gue denger suara langkah kaki di luar." Ucap Nabilah sambil menempelkan telinganya ke pintu guna memperjelas bahwa pendengarannya tidak salah.

Kinal mengambil tongkat baseball-nya lalu berdiri di sebelah Nabilah. "Shania, masukin pistol lo." Perintah Kinal. "Jangan sampai ada suara ribut, kita gak tau ada berapa banyak makhluk itu di sini." Lanjut Kinal.

Nabilah mundur selangkah begitu juga dengan Kinal saat melihat knop pintu bergerak. Kinal menelan air liurnya susah payah. Mungkin ini zombie yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, pikir Kinal. Della menarik Shania sehingga berdiri di belakang tubuhnya. Shania belum memiliki skill bertarung untuk saat ini, jadi mereka harus melindunginya.

Ceklek

Nabilah hendak memutar double-stick-nya ke arah depan kalau saja Kinal tidak langsung menahan tangan Nabilah.

Di hadapannya terlihat gadis dengan penampilan acak-acakan hendak masuk ke dalam. Meskipun penampilannya acak-acakan, wajah gadis itu tetap menawan. Kinal menatap tajam gadis itu guna memastikan. Beberapa detik kemudian Kinal menghela napasnya lalu langsung menarik gadis itu untuk segera masuk ke dalam dan mereka kembali mengunci pintu.

"Lo di sini sama siapa?" Tanya Kinal sembari menyodorkan air mineral kepada gadis tersebut. "Apa ada orang lain selain lo di sini?" Tanya Kinal lagi tidak sabaran. Kinal berpikir kalau semakin banyak pasukannya, kemungkinan besar mereka bisa melawan gerombolan zombie yang junlahnya tidak terhitung.

"B-berdua," akhirnya gadis itu bersuara.

"Terus, kenapa lo sendiri? Mana temen lo?" Tanya Nabilah cepat.

"D-dia, gue ke sini buat ambil obat-obatan. A-adik gue kakinya kena jebakan." Jelas gadis itu dengan napas tersengal.

"Bodoh!" Desis Della. Gadis itu langsung menatap Della tidak mengerti. "Kenapa lo tinggalin dia! Bodoh." Desis Della lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Escape [Stopped]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang