Chapter 3

848 82 24
                                    

.
.
.

"Jangan bercanda, Bocah."

Levi masih memegangi pergelangan tangan Eren erat. Didepan Chibi Cafe yang ramai akan lalu lalang manusia tanpa mempedulikan orang-orang mulai memandang ke arah mereka.

"Bocah, huh? Ya, aku memang hanya seorang bocah bagimu, aku mengerti," bisik Eren.

"Apa maksudmu?" Levi memegang dagu Eren dan menghadapkan wajah Eren kearahnya mencoba menatap manik jamrud itu untuk mencari jawaban.

"Ada apa sebenarnya?"

Eren tersenyum sinis. "Ada apa katamu? Seharusnya aku yang bertanya begitu. Ada apa sebenarnya? Siapa dia? Apa hubunganmu dengannya? Tapi kau hanya membisu." manik Eren berkaca-kaca.

"Eren."

"Kau tidak mengatakan apapun! Tentang Petra, tentang dia yang mantan pacarmu. Tentang masa lalumu. Tentang gosip yang santer beredar disekolah. Wajah diammu seolah-olah mengatakan bahwa aku tidak berhak tau apapun..." Air mata Eren tak dapat dibendung lagi. Levi terkejut melihat air mata Eren. Segera ditariknya Eren dalam pelukannya.

"Lepaskan!" Eren mendorong Levi kuat, membuat Levi mundur beberapa langkah. Kini mereka menjadi pusat perhatian orang-orang.

"Bagimu keberadaanku tidak ada artinya, kan? Aku mengerti sekarang."

"Eren."

"Makanya mulai saat ini dan seterusnya, tidak usah kemari lagi! Tidak perlu menemuiku lagi, akupun akan berusaha melupakanmu-"

"- mulai sekarang, hiks... KAU BISA BEBAS BERSAMA PETRA!" Eren berlari meninggalkan Levi yang tercengang.
"EREN!"

"TUNGGU, EREN!"

Levi berusaha mengejar Eren yang semakin menghilang diantara keramaian orang, tanpa menyadari Petra berada diantara keramaian itu.

Petra yang diam-diam melihat pertengkaran mereka sejak awal.

.
.
~ FayRin D Fluorite ~
.
.

Malam itu, gerimis kecil menitikkan riak-riaknya ke bumi. Levi termenung didalam kamarnya. Merebahkan diri diatas ranjang bersprai satin putih, pandangan Levi menerawang menatap langit-langit kamarnya yang mulai kusam.

Eren.

Masih jelas dalam ingatannya pertengkaran dengan Eren tadi siang.

Eren. Bocah itu...

Sejak pertama bertemu dengannya satu setengah tahun yang lalu Levi tidak pernah melihatnya menangis. Bocah itu meskipun pernah dikeroyok dan dibully tidak pernah sekalipun meneteskan air mata.

Dia sangat terkejut melihat ekspresi menangis Eren tadi siang. Hatinya terasa nyeri melihat air mata itu, apalagi air mata itu disebabkan oleh dirinya.

'Kau tidak mengatakan apapun.'

'Bagimu keberadaanku tidak ada artinya.'

Levi teringat kata-kata Eren.

"Eren... "

"Kukira kau bukan tipe perasa, tapi melihatmu seperti itu membuat hatiku sakit," gumamnya.

Timbul niat dalam hatinya untuk menemui Eren besok di cafe dan menjelaskan semuanya. Dia ingat lusa adalah hari ulang tahun Eren, dia ingin memperbaiki semuanya sebelum terlambat.

Ketika tangannya meraih ponsel untuk menghubungi Eren tiba-tiba ibunya mengetuk pintu kamarnya.

"Levi, ada telepon untukmu dilantai bawah."

Chibi Cafe [RiRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang