Kesunyian yang menghantarkan pada denting-denting detik terus menggelayuti fikiranku.
Bukan karena aku sedang meringkuk dalam kegelapan di kamar ini, membenci terangnya sinar mentari & segala kebusukan yang terus tercium dari manusia sana.
Tapi, aku hanya tak bisa mengungkapkan sesuatu yang mereka sebut perasaan.
Hanya satu emosi yang ku tahu & terus ku pelajari selama 17 tahun ini, senyum.
Meskipun kematian, kesedihan, penderitaan, pernikahan, kebahagiaan, tangis haru, pilu, emosi itulah yang ku pakai.
Abaikan saja cibiran mereka, aku tak bisa membaca fikiran mereka atau opininya terhadapku.
Ohya, namaku Anisa, hanya karena aku menyukai nama itu & aku seorang perempuan muda.
Denting waktu semakin berlalu, sinar itu kini tenggelam di sudut barat.
Aku takut pada malam, takut pada sesuatu dibaliknya. Semoga malam ini aku bisa melewatinya seperti biasa.
21.09
aku berjalan diantara deretan toko, busuknya kota ini, & celotehan sejuta manusia.
Aku duduk di bangku depan toko eskrim seperti biasa. Rasa stroberi & anggur kini tumpah di mulutku, menikmati dinginnya malam ini sembari menghibur diri.
Entah dimana rasa dinginku, mungkin tertinggal di tempat semua ekspresi & emosiku, di suatu tempat di kepalaku.
Seseorang mendekat, berjalan tertatih, pelan.
Pakaian kantor rapi, seorang pria dengan suara berat.
Ia semakin mendekat & Bukk CRAK
Aku memukul kepalanya lalu menusukkan linggis yang selalu ku bawa. Isi kepalanya berhamburan menyisikan kesunyian yang dalam disana.
Aku tersenyum manis, membersihkan tanganku dengan tisu, melanjutkan menikmati eskrimku.
Aku terduduk di tengah kerumunan orang yang berjalan pelan, tertatih, mengeluarkan suara berat & bau busuk yang menggema kota ini, mungkin juga bumi ini.
15 tahun yang lalu percobaan pemerintah dunia gagal & menyisakan kumpulan orang-orang bodoh ini.
Meninggalkan suara tangisku, meninggalkan emosiku, membuatku harus bertahan hidup. Memakan semua hewan yang belum terjangkit virus mematikan itu, beternak & semuanya.
Aku masih mengamati orang-orang ini yang setiap malam berkurang karenaku. Mulutnya penuh darah kering, berjalan tertatih, pelan, mengeluarkan suara berat, & bau busuk.
20 tahun lalu, menurut surat kabar yang ku temukan mereka disebut 'zombie'.
Persetan dengan nama itu, karena yang pasti aku tak boleh lelah menusuk kepala mereka, tinggal 99 kepala lagi yang harus ku hancurkan.
Merepotkan.
1 . . . 2 . . . 3 4. . .5. . 678 hey, yang tadi 3x
Triple Killed
Ok mari berhitung di sisa malam ini. . . . .
Aku manusia satu-satunya di bumi ini, menunggu kematianku. & aku benci menunggu tanpa melakukan sesuatu.
Anggap saja aku iseng.💗
Dan tinggalkan vote dan komentya disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepypasta
Horrorsekumpulan cerita horror yang bisa membuat mu merinding, dan kalian yakin tetap berada dalm cerita yang saya Share ini? Tetapi jika kalian tetap membaca, Saya hanya memberi peringatan. Jangan membaca cerita yang saya Share ini dalam keadaan sendiri...