BAB 1 : Pertemuan dan Perpisahan.

16 1 1
                                    


Bagi kebanyakan orang cinta pertama pasti selalu berkesan dan selalu bisa membuat tersenyum geli jika mengingatnya. Raka salah satunya. Cinta pertama yang dia rasakan saat SMA masih saja bisa membuatnya tersenyum seperti orang sinting jika mengingatnya.

Siapa yang menyangka jika cinta pertamanya datang dari hal yang tak terduga. Usianya baru 18 tahun saat ia merasakan jatuh cinta. Dunianya berputar 180 derajat hanya karena perempuan itu memegang erat seragamnya saat hendak menyebrang jalan didepan sekolah. Jantungnya berpacu dengan cepat. Bahkan lututnya lemas sesaat setelah mereka sampai diseberang jalan dan perempuan itu mengucapkan terimakasih yang disertai dengan senyum manis. Konyol? Itulah yang dikatakan para sahabatnya saat Raka bercerita tentang cinta pertamanya. Tapi nyatanya hanya perempuan itu yang membuatnya jatuh cinta sekonyol ini.

"DEMI APA?! Jadi elu suka sama cewe yang nyebrang bareng elu? Gila ya!" Ucap Gary saat Raka menjawab pertanyaan Dimas karena dia memilih Truth daripada harus disuruh mengambil bunga kamboja dibelakang villa tempat mereka menginap dikawasan Puncak.

"Dia megang seragam gue erat banget, Nyet!" Balas lelaki berbalut selimut hijau yang duduk disofa.

"Ah paling juga karena elu dulu ga laku jadinya digituin aja baper." Ucap Gary asal.

"KAMPRET LU!" Raka melempar bantal tepat dimuka Gary, "Gini-gini banyak cewe yang ngejar-ngejar gue!" Belanya.

"Iya. Cowo juga banyak!" Tiwi menimpali Raka. Seisi ruangan tertawa mendengar perkataan Tiwi. "Mbak Berbi aja sampe klepek-klepek liatin Raka!" Tambah Tiwi yang membuatnya harus menerima jitakan dari Raka.

"Lady boy perempatan depan kantor? Serius lu?!" Tanya Adnan tak percaya.

"Iyalah. Noh coba Tanya ke Dimas gimana dulu Raka makan siang ditemenin Mbak Berbi." Ucap Tiwi sebelum kabur menghindari lemparan bantal oleh Raka.

Dimas mengangguk. "Hampir mau disuapin malah!" Gelak tawa memenuhi ruangan itu. Semua anak kantor tahu persis gimana Mbak Berbi, lady boy perempatan, menggoda Raka. Bahkan dulu dia pernah hampir masuk ke mobil Raka, mau ikut pulang katanya.

"Halah sirik aja lo semua! Udahlah lanjutin puter botolnya!" Dengan bersungut-sungut Raka memutar botol yang dijadikan alat untuk bermain Truth or Dare.

Liburan bersama adalah salah satu acara yang memang diagendakan untuk mengakrabkan diri. Tentunya hanya pegawai dari divisi mereka saja yang ikut. Namun tak jarang juga ada yang mengajak rekannya dari divisi lain. Kali ini mereka memilih Puncak sebagai tujuan liburan mereka untuk menghabiskan longweekend bersama.

"Gimana kabar Alya?" Dimas menghampiri Raka yang sedang duduk santai di balkon villa.

Raka menoleh kearah Dimas yang kini telah duduk sambil menyeruput teh hangat. Raka kembali melamun, mengabaikan pertanyaan Dimas. Matanya menerawang jauh. Pikirnya berlibur bersama anak kantor bisa mengurangi beban pikirannya. Nyatanya sejak mereka sampai di villa, ia tidak bisa melepaskan beban pikirannya.

"Pasti elu lagi mikirin mau putus sama Alya kan?" Tebak Dimas.

Raka tersenyum getir. Menghembuskan nafas berat. "Gue ragu Dim,"--Raka menunduk menatap gelas tehnya-- "Udah hampir setahun gue sama Alya, tapi gue ga ngerasain apa-apa. Sementara gue ngerasa Alya makin sayang sama gue."

"Pas kami jadian dulu, gue bertekad buat bisa mencintai dia. Tiga bulan berlalu gue ga merasakan apa-apa. Lima bulan berlalu gue masih aja ga merasakan apa-apa. Perasaan gue ke dia bener-bener lempeng!" Raka menyeruput tehnya.

Officially I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang