Ares***Nama gue Aries Vernard Allexis, nama panggilan gue Ares. Sekolah di International high scool, Kelas Nasional 11A. Gue dua bersaudara, kakak gue namanya Izuna Allexis.
Pasti pada nanya, kenapa nama gue gak keJepang - Jepangan ?. Karena, nyokap gue orang Inggris. Jadi kakak lahir di Jepang. Sedangkan gue lahir di Inggris saat bokap - nyokap mau bercerai, dan nyokap dalam keadaan mau nglairin gue.
Hak asuh gue diambil oleh
Bokap gue. Kakak gue itu wajahnya mirip ama bokap, sedangkan sifatnya kayak nyokap gue alias bar-bar. Kalau gue, muka sih cenderung mirip nyokap, dan sifat gue kayak bokap.Trus dirumah gue ada peraturan tak-tertulis 'kalau ada dirumah harus memakai bahasa yang sopan dan jika bisa menggunakan bahasa Jepang'.
Tok tok tok
Tok tok tok
" eh, otouto bakka, keluar nggak lo. Dosen gue killer nih, jangan bikin gue telat" triak kakak gue dari depan pintu. Baru juga diomongin udah nongol aja, panjang umur deh.
Setelah gue bukain.
" otouto BAKKA ngapain aja lo di dalam kamar, lama amat dari tadi padahal udah gue tungguin di bawah." teriaknya dengan menekankan kata baka pada kalimatnya.
"hmmm " jawab gue singkat.
" kamu tuh ya, dari tadi ditungguin juga. Sampai aku pengen hancurin pintu kamar kamu" katanya yang mulai tenang dan nggak pakai bahasa lo gue lagi.
" salah sendiri, kan pintu pakek sidik jari. Nggak usah di dobrak, udah ngebuka sendiri." kataku dengan nada mengejek.
"Bener juga, ya. Kenapa nggak kepikiran dari tadi" kata kakak-ku dengan sangat lambat mencerna kata-kataku.
'katanya lulusan S1 terbaik Jepang, tapi kenapa otaknya lemot. Biarian ah, nggak nyadar gue ejek dari tadi'
Aku meninggalkan kakak di depan pintu kamar. Biarlah dia memproses apa yang terjadi dulu.
"Otouto Baka !!!" teriak kakak-ku dari lantai dua rumahku.
'Udah dari tadi juga baru nyadar sekarang' batinku yang cukup terhibur dengan keberadaan kakak. Mungkin aku dan bokap akan seperti patung hidup.
"Apa lagi yang kau lakukan pada anikimu itu?" tanya bokap ku dengan nada suara yang berwibawa.
" Hanya kejadian kecil, tou-san tidak perlu memikirkan-nya" jawabku sekenanya. Agar tou-san tidak memikirkan-nya
Aniki yang baru sampai di meja makan, langsung duduk dengan wajah yang ditekuk, dan aura yang cukup menyeramkan. Tapi aku sudah biasa menanggapinya, Pasti dia sedang ngambek.
"Berhentilah bersikap seperti anak - anak, Izuna" suara tou-san langsung merebut perhatian kami, dan hal yang dikatakan bokap gue langsung dilaksanakan oleh kakak.
" Kamu sudah dewasa, dan jangan bertingkah seperti anak-anak. Sebentar lagi kamu akan menggantikan posisi tou-san, dan tou-san tidak mau kau salah mengambil keputusan dengan sikap seperti itu. Apa kau mengerti, Izuna ?" nasehat tou-san ku kepada anikiku.
"Baik, tou-san. Maafkan tindakanku tadi yang kekanak-kanakan" jawab aniki dengan perasaan bersalah yang amat besar dapat terasa dalam kalimatnya, dan posisi kepalanya yang sedikit menunduk.
" Angkat wajahmu Izuna. Tou-san tidak ingin melihat generasi penerus-ku yang menundukan kepala untuk orang lain" kata tou-san dengan tegas.
Aniki langsung mengangkat wajah-nya. Aku merasa menyesal karena menjahilinya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
crazy hurt
RomanceTak sadarkah engkau bahwa dengan kata kata mu engkau menyakitiku. Kau menghancurkan hatiku saat itu juga. Aku benci padamu. Aku sayang padamu. Terimakasih atas segalanya.