Sabtu, 24 September 2013, 07:48, di Kamar Gue
Tok tok tok.
Gue terbangun dari tidur gue. Ternyata sudah hampir jam 8. Saking khawatirnya mengalami mimpi buruk, gue memaksakan diri untuk terus terjaga semalaman sampai akhirnya tertidur dalam posisi duduk, dengan kepala tergeletak di atas permukaan meja.
Tok tok tok. Terdengar lagi suara pintu kamar gue yang diketuk. Sambil mengumpulkan nyawa yang masih berkeliaran, gue mencoba meraih kesadaran penuh gue.
"Malik...!" Suara Mamah memanggil gue dari luar kamar, dengan nada lembutnya seperti biasa. "Bangun, Dek! Ada temen-temen kamu nih."
Gue mencoba memahami kata-kata Mamah yang mengatakan bahwa ada teman-teman gue di rumah gue saat ini. Sepagi ini.
"Iya Mah," jawab gue sambil meregangkan otot-otot badan gue yang tampak kaku karena tidur dalam posisi yang tidak semestinya. Lalu gue bangun dari posisi duduk gue menuju pintu.
Gue membuka pintu dan mendapati Mamah berdiri di balik pintu. Di belakang tubuh Mama berdiri Dante dan Lulu. Wajah Dante masih menyiratkan kalau dia masih mengantuk. Sedangkan Lulu memasang tampang penuh antusias. Ini pasti ulah Lulu. Dia pasti sudah kehabisan kesabaran menghadapi sikap gue yang menarik diri hampir 3 minggu belakangan ini. Dan di hari yang masih bisa dibilang sangat pagi ini, Lulu memaksa Dante untuk ikut bersamanya ke rumah gue. Untuk menginterogasi gue. Sangat mudah untuk memahami situasi seperti ini.
"Mamah tinggal ya," kata Mamah. "Mamah mau ke balai pertemuan dulu. Hari ini kan ada acara pemilihan ketua RT. Kamu jangan lupa sarapan ya. Mamah sudah bikinin nasi goreng di bawah. Nak Dante dan Lulu sarapan ya..."
"Iya tante, terimakasih." Mamah tersenyum mendengar Dante dan Lulu yang memang selalu kompak, berbicara berbarengan.
Mamah memang terlihat sudah siap untuk pergi. Lalu ia meninggalkan gue dan temen-temen gue. Seketika Dante menyeruak masuk ke kamar gue tanpa memberi isyarat apapun. Lalu ia menguap besar dan menjatuhkan badannya ke kasur gue, lalu tidur.
Lulu tidak tinggal diam melihat tingkah laku Dante. Ia langsung menghampiri Dante dan menjambak rambutnya, menarik kepalanya hingga Dante terbangun dari posisi berbaringnya lalu duduk. Sambil terus menguap lebar.
"Tega lo!" Ujar Dante yang menggerakkan badannya ke arah kasur lagi hendak tertidur. "Gue masih ngantuk, you bitch!"
"Bodo!" Jawab Lulu ketus. "Malik! Tolong ambilin gue air mendidih. Biar gue siram ke mukanya supaya gak ngantuk lagi."
"Ampun-ampun, Lu, Ampun!" Dante segera memelototkan matanya untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya.
Sementara itu, gue duduk di kursi depan meja dengan kepala tertunduk setengah tertidur. Menyadari gue melakukan hal yang sama dengan Dante, Lulu lalu menghampiri gue dan menjambak rambut gue sambil menggoyang-goyangkan kepala gue. Sadis banget emang temen gue yang satu ini.
"Sadis banget sih lo, Lu," kata gue. "Pagi-pagi buta udah bikin rusuh di rumah orang."
"Malik!" Lulu berseru memanggil nama gue dengan nada tegas. "Lo harus cerita semuanya ke kita! Gue udah tau semuanya. Tapi gue pengen denger dari mulut lo!"
Syit, Lulu tau darimana? Dalam 1 detik gue langsung mendapatkan seluruh kesadaran gue secara instan, hanya dengan kalimat Lulu yang seperti itu. Gue memandang wajah Lulu yang tampak serius dan (tentu saja) galak.
"Jangan lo pikir gue selama ini diem aja, karena gue gak tahu apa yang terjadi sama lo. Gue udah kehabisan waktu buat sabar nih Lik. JADI, lo harus cerita sama gue sekarang."
Tiba-tiba mata gue jadi terasa panas, dan air mata gue ga terbendung lagi mengalir di pipi gue. Gue sangat bingung, kenapa akhir-akhir ini mata gue selalu gampang memproduksi air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkir Balik Dunia Malik
Teen FictionMalik (17) merasa dunianya jadi seperti terjungkir balik ketika dia mulai mengenal Sheilla (17) sosok cewek super cantik bertinggi badan 175 cm seperti model, dan berotak cemerlang. Tapi, sebenarnya bukan Sheilla yang bikin Malik jadi terjungkir ba...