"Yogaaa!!! Balikin!"
Amel berusaha mengambil topi fedora merah muda kesayangannya dari Yoga, tapi sial, pemuda itu malah berlari menjauhinya. Di tengah terik matahari seperti sekarang tentu melelahkan untuk berlari mengejar Yoga. Apalagi dengan fisik Amel yang lemah, semakin membuatnya kelelahan.
Hahh ... hahhh ... hahhh ...
Napas Amel memburu tak karuan, kini dia sudah tak kuat lagi untuk berlari. Amel pun mulai berjalan pelan, lalu duduk santai di bawah pohon akasia yang rindang, sekedar berteduh dari sengatan sang surya.
Walaupun sekarang masih musim liburan, tapi Amel dan Yoga sudah berada di sekolah. Entah kenapa mereka sudah kangen untuk kembali ke sekolah, rasanya jika liburan di rumah terus terasa begitu membosankan. Makanya mereka berdua memutuskan untuk jalan-jalan ke sekolah sekedar mencari hiburan, karena banyak juga anak-anak yang lain juga ada disini, apalagi yang mengikuti ekstrakurikuler.
Namanya Amel Aryanti, seorang perempuan biasa yang menyukai langit senja. Amel memiliki seorang teman. Namanya Yoga Arifyanto, dia teman Amel dari kecil hingga SMA. Dan Amel terus sekelas dengan Yoga.
Banyak yang bilang, kalau mereka ini serasi. Entah dari kesukaan yang sama, memiliki tahi lalat di pipi, atau poni yang sama-sama menutupi mata, terlebih Yoga juga teman masa kecilnya Amel. Hanya saja, sifat Amel dan Yoga yang berbanding terbalik. Amel seorang cewek kalem yang tak banyak bicara, sedang Yoga cowok yang jailnya minta ampun. Yoga sering membuat Amel jengkel, tapi entah kenapa Amel sangat senang apabila bersama dengannya.
"Mel." Terlihat Yoga berjalan menghampiri Amel. "Kok gue nggak dikejar?"
"Capek, ah, Yog," sahut Amel lemah, "siniin topi gue!"
Yoga hanya tersenyum, dia lalu duduk di sebelah Amel dengan membawa topi di tangannya. Dengan lembut, Yoga memakaikan kembali topi fedora itu ke kepala Amel. Amel langsung menyambarnya takut diambil lagi oleh Yoga.
"Lo kok sensi banget sih, Mel? Lagi dapet, ya?" Yoga kembali menggoda. Amel tak menjawab, hanya meliriknya jutek.
Semilir angin lembut di siang hari yang panas itu, setidaknya menjadi sedikit kesejukan yang terasa. Amel memejamkan matanya, lalu menghirup udara yang masih tersisa kesegarannya di bawah pohon akasia.
"Mel, lo nggak nyembunyiin sesuatu dari gue, 'kan?" tembak Yoga, sampai membuat Amel tercekat.
Jantung Amel berdegup kencang seketika, wajahnya terlihat memerah, demi mendengar perkataan Yoga barusan. Amel benar-benar takut, apa Yoga sudah tahu tentang perasaannya? Apa selama ini Amel terlalu menunjukkan apa yang dia rasakan?
"M-maksud lo, Yog?" Amel menundukkan kepala.
"Udah ngaku aja, nggak usah lo sembunyiin, Mel!" cecar Yoga. Pria itu kini memandang Amel dengan serius. Amel semakin tak kuasa menyembunyikan suasana hatinya yang tengah kalut. "Lo barusan kentut kan, Mel?" sambung Yoga lagi tanpa mengubah mimik wajahnya, tetap serius.
"Hah?" Amel keheranan.
Semeriwiinnggg.
Sesaat kemudian tercium bau tak sedap yang begitu menyengat, baunya benar-benar tak enak, telur busuk yang disimpan di tengah eek kebo juga kalah baunya. Amel menutup hidungnya, berusaha menutupi apa yang tengah dihirupnya, tapi tak berhasil. Amel seperti ingin pingsan.
"Sialan lo, Yog!" maki Amel. "Abis makan apaan, sih? Bau banget!"
Yoga terkikik, "Hi hi hi, gimana rasanya? Juara nggak baunya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Online - Kumpulan Cerpen
Short StoryDunia Remaja itu bisa dibilang masa yang paling indah. Masa dimana kita mulai merasakan yang kata orang sebut cinta, dan membuat hati kita cenat-cenut saat melihat si dia. Masa dimana kita memiliki sahabat yang tingkahnya lebih gila dari orgil manap...