Semua Tak Indah Seperti Dulu

1.2K 11 42
                                    


Hai kalian makhluk yang sering ngarep hujan pas malam minggu, kenalin nama panggilan gue Ipank. Gue masih duduk di kelas dua SMA, dan entah kapan gue bakal duduk di pelaminan. Padahal itu momen yang paling gue nanti, apalagi setelahnya. Maksudnya, duduk di kasur gitu biar empuk, ekhem.

Di sekolah gue ini ada penjaga yang ngeselin banget. Saking ngeselinnya, Mbak Tukang Jamu  yang latah masuk ke sekolah jadi segen, kapok digoda mulu. Namanya Sunarto, tapi temen-temen gue sering manggil si Cimol. Entah karena dia jualan cimol atau apa, tapi rupanya julukan itu telah melekat pada diri sang penjaga ini.

Yang membuat gue kesel sama si Cimol bukan karena tampangnya yang jelek. Karena kalau soal tampang mah gue juga nyadar diri. Coba bayangin, kalau misal lo lagi PDKT sama cewek yang lo suka, terus ada yang ganggu, kesel, 'kan? Nah si Cimol ini kayak hobi banget ngeganggu aktivis dunia pacaran di sekolah ini.

Dia kerap muncul saat momen yang mendebarkan. Seperti ketika sedang pegangan tangan, pernyataan cinta, mojok berduaan, atau ... ekhem, sepertinya tak sopan untuk gue katakan. Emang endingnya bakal twist, tapi ini dunia nyata, bukan cerita! Dan si Cimol sering bangga dengan tindakannya itu, karena menurutnya, dia telah menyelamatkan citra sekolah.

"Pokoknya yang ketahuan mojok, bakal gue cipok satu-satu!" ancamnya yang membuat bulu kuduk anak-anak bergidik. Mending dicipok kunti deh ketimbang si Cimol.

Oke, that's good ... tapi, please deh, Mol. Gue kan belum pacaran. Gue cuman berusaha ingin lebih dekat dengan Gigi--cewek yang udah gue incer dari zaman purba--karena gue udah ngerasa lama banget ngegebet Gigi, tapi tuh cewek adem ayem aja pas gue deketin.

Balik lagi ke masalah si Cimol. Dalam melaksanakan operasinya (ngeganggu yang lagi cemewewan) ada makhluk lain yang senantiasa membantu si Cimol--atau bahasa kerennya partner. Seperti Batman dan Robin, Upin dan Ipin, juga Aku dan Kamu, walau kenyataannya kita belum menjadi partner. Si Cimol juga punya partner yang sama ngeselinnya.

"Ayam sialan!" maki gue ketika mendapati partner si Cimol yang dengan cueknya nangkring di kepala gue. Gue langsung tampol tuh ayam sampai menggelepar di lantai.

Ya--partner si Cimol ini bukan sejenis alien atau mimi peri yang belakangan ini femes. Melainkan ayam kampung. Untung bukan ayam kampus, kalo itu mah nggak apa-apa gue digoda juga. Si Cimol seneng banget miara ayam, dan kandang ayamnya tepat di sebelah kelas gue. Jadi kebayang dong ributnya gimana?

Si Cimol memang tinggal di sekolah. Dia diberi lahan khusus oleh kepsek untuk menjadi tempat tinggalnya, serta agar terus mengabdi pada sekolah ini hingga akhir hayat. Dan si Cimol semakin jumawa karena diperbolehkan ngurus ayam di sekolah, karena untuk mengurus bini, si Cimol nggak ahli. Ribet katanya.

Setiap pagi, si Cimol rajin ngebersihin kandang ayamnya. Mulai dari ngasih makan ayamnya, mandiin, kasih pewangi, sampe buang eeknya ke kelas gue. Cuek aja sama murid yang datang terlambat, yang penting kesehatan ayamnya terjaga. Dan moto yang paling diutamakan si Cimol di sekolah ini adalah 'DILARANG MOJOK' duile, anak-anak jadi keki. Kalo gue sama sebagian orang yang senasib sih biasa aja, cuman yang gue kesel, kenapa dia suka ganggu gue pas lagi deketin Gigi?!

"Apaan lo nampol ayam gue?" Si Cimol berjalan cepat menuju gue sambil memegang arit yang ada stiker ayamnya. Lengkap dengan setelan khasnya, pake kaos abu, celana hitam longgar, kepala diblengker, plus jenggotnya yang panjang aduhai. "Mau gue tampol balik lo?"

"Santai, Mol! Ayam lo yang seenaknya nangkring di kepala gue!" Gue mencoba memberi pembelaan.

Si Cimol bukannya minta maaf dia malah memasang wajah garang, "Lo belum liat peraturan baru sekolah?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman Online - Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang