Sebelum pulang, kami mampir dulu disebuah pantai dipinggir jalan untuk menikmati sunset sore kali ini.
“Eun Ra.” “Woohyun” kata kami bersamaan. Kupersilahkan Woohyun untuk berbicara duluan.
“Kau tahu, lusa tepat pada tanggal pernikahanmu, aku berulang tahun. Aku menunggu ucapan selamat darimu dan kadomu.”
“Eh?” aku berpikir sejenak. Mengapa harus sama dengan hari itu? Bagaimana munkin aku bisa mengucapkan padanya, sedangkan hari itu, aku akan bersma orang lain. Aku terdiam tak bisa menjawab apapun.
*Note: puter lagu Only tears.
“Eun Ra-si., kau tahu aku benar-benar bahagia bersamamu. Jujur, aku tertarik padamu, dan mungkin sekarang menyukaimu. Apakah kau benar-benar akan menikah? Bisakah kau tinggal disisiku saja?” kata-kata Woohyun jelas membuatku tersentak.
Aku terkejut dengan pengakuan namja yang ada disampingku. Mengapa kau mengatakan itu Woohyun, itu sangat membuatku merasa sulit. Aku memang menyukaimu. Tapi mana mungkin aku harus mengatakannya? Aku akan menjadi milik orang lain sebentar lagi. Dan jika aku mengatakan aku menyukaimu, bukankah itu akan membuatmu tambah sakit?
“Woohyun-na…” Aku benar-benar tak sanggup berkata apapun.
Perlahan, Woohyun mendekatkan wajahnya padaku. Entah mengapa, aku langsung menutup mata. Dapat kurasakan nafasnya yang menunjukkan wajahnya berada sangat dekat dengan wajahku.
Aku membuka mata, “Mian.. Woohyun-na.. mian.. jangan lanjutkan..“ Perkataanku membuatnya sedikit menjauhkan wajahnya dariku. Perlahan cairan bening menyeruak dari mataku. Aku memang menginginkan ini bersama orang yang kusukai. Tapi kali ini, benar-benar ada batas yang tak bisa aku lewati.
“Aku hanya ingin memberikan apa yang kupunya pada suamiku kelak.”
“Apa kau mencintainya? Kau bahkan tak mengenalnya, mengapa kau harus menikah dengan orang yang jelas-jelas tak pernah kau kenal? Tinggallah disisiku..” ucapan Woohyun kali ini semakin membuat air mataku mengalir deras. Segera tanganku menyeka air mataku yang terlanjur jatuh. Kulihat kini matanya mulai berkaca-kaca.“Sama seperti dirimu! Aku akan bertemu dengan orang itu, menghabiskan waktu bersama dan membuatku jatuh cinta padanya! Mudah bukan?” teriakku disela-sela isak tangisku.
Mudah? Aku bilang mudah? Semudah itukah permaianan hati Eun Ra?
“Lagipula, awalnya kita bertemu sama-sama sebagi orang asing. Dan berakhir juga menjadi orang asing. Harus aku akui, aku memang menyukaimu. Tapi aku tak bisa melampaui batas. Ada jarak yang tak boleh kita lewati.”
Isyak tangis masih menyelimutiku. Aku benar-benar tak sanggup melanjutkannya. Tapi aku harus mengakhirinya sampai disini. Kutatap dia yang diam menatap sunset yang sebentar lagi mengilang dari ufuk. Aku tahu, dia masih mendegarkanku.
“Anggaplah ini sebagai mimpi indah kita dimalam hari dan berakhir dipagi hari. Selanjutnya, kau akan melupakan mimpi itu. Dan menganggapnya tak pernah terjadi. Kau punya arah jalan masa depanmu. Begitupun aku. Berjalan dimasing-masing kehidupan selanjutnya. Kita hanya dua orang yang bertemu dan kebetulan akrab. Setelah itu hilang.” Tambahku lagi.
“Sehari setelah ini, kita tidak akan pernah bertemu lagi. Dan mungkin dimasa depan jika kita bertemu, anggaplah kita tidak pernah saling mengenal.” Kata terakhir yang entah mengapa tiba-tiba keluar begitu saja. Aku tak pernah membayangkan akan mengatakan hal seperti itu. Mungkin itu kata-kata yang keluar begitu saja dari hatiku.
“Ini sulit..” ucapnya lemah.
"Aku mengerti lebih dari siapapun apa yang terjadi saat ini. Jadi mari lepaskan perasaan menyulitkan ini." Ujarku dengan

KAMU SEDANG MEMBACA
Two Days to my Prewedding
Fanfictioncast: Lee Eun Ra (OC) Nam Woo Hyun Kim Sung Kyu Menikah? Dengan orang yang tak kau kenal? Tanpa perkenalan, kencan, atau bahkan saling sapa? Bukankah ini terlalu kejam?