[3] Havana

39 7 14
                                    

Denting kediaman mendera
Ricuh namun tak nampak lah
Hening bukan ramai, ingin usir nya
Biar hilang, berganti cantik
Berganti dari diam ke cantik

Itulah secarik puisi yang tertulis tangan Ariana.

Sudah larut malam, namun Ariana tak bisa memejamkan matanya dan menuju tidur. Jangankan memejamkan mata, berfikir untuk tidur bahkan otaknya seperti tak mengizinkan.

"Lagi lagi sepi, hidup gue gini amat. Monokrom banget, lelah deh gue" gerutu Ariana dalam kesendirian di bilik abu abu nya

"Tidur aja deh, yang penting udah usaha. Btw kok gue jadi alay gini ngomong sendiri gaada yang respect. Huhh lagian sih kak Raza ke luar kota lagi, ga asik banget. Huft, good night Ariana. Nice dream" ucap Ariana, mengucapkan kata kata selamat malam. Memang jomblo dan sudah pilihannya, fix bahas lain kali saja.

***

"Pagi ma, pagi pa." sapa Ariana.
"Pagi sayang, kamu engga duduk dulu. Sarapan" jawab Vino, ayah Ariana yang dilanjutkan dengan istrinya, Narda.

"Engga ma, udah jam setengah tujuh nanti Aya telat. Sarapan di sekolah aja nanti ma, pa. Assalamualaikum" sahut Ariana segera mencium tangan kedua orang tuanya.

(Aya, nama panggilan kesayangan dari keluarga Ariana)

Sesampainya di sekolah.....

"Haloo ciwi ciwiku" teriak Ariana ketika baru masuk ke kelas XI IPS 3, kelasnya. Ternyata tidak ada sebuah, eh seorangpun didalam kelas.

"Pada kemana sih, perasaan jam dirumah bener deh. Eh gaboleh terlalu sering pake perasaan nanti malah baper deng haha"

Lantas Ariana mencari ke penjuru sekolahan, mencari dan mencari tanpa pasti dimana penghuni kelas XI IPS 3.

Lalu Ariana menemukannya di..
Lapangan dekat balkon sekolah.

"Eh itu ada apaan sih?" tanya Ariana entah pada siapa, sembarang orang yang ditanya.

"Ah yaampun gimana coba kalo nanti Hava jatoh, kan gantengnya ilang"
"Aaaaa havaku, princessmu akan menyelamatkanmu sayang"
"Bertahanlah Havaku, cintaku"
"Hava... Jangan loncat sayang, nanti kalo jatuh terus kamu engga ganteng lagi gimana, nanti aku berpaling dari kamu loh"

Begitulah sahutan siswi siswi yang ada di lapangan dekat balkon sekolah, semuanya berteriak histeris dan diselingi dengan riuhan siswa laki laki yang berkata "dih, alay" .

Lupakan dulu mereka dan fokus pada Ariana..

"Woy, kenapa pada ngacangin gue sih. Ada apaan emang ya" sebal Ariana yang lalu melihat ke arah atas, melihat seseorang tengah duduk santai tanpa menghiraukan teriakan semua penonton *eh semua siswi.

Tanpa banyak pikir, Ariana yang memang penasaran dan juga tidak phobia ketinggian langsung saja naik secara diam diam tanpa sepengetahuan semua orang, agar tidak terjadi kehebohan

Tanpa banyak pikir, Ariana yang memang penasaran dan juga tidak phobia ketinggian langsung saja naik secara diam diam tanpa sepengetahuan semua orang, agar tidak terjadi kehebohan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(balkon sekolah Ariana)

"Eh ta, itu bukannya Ariana ya?" tanya Kahlil kepada Nacita.

Mereka berdua sama sama sahabat Ariana sejak menginjak kelas X di sekolahnya.
Lupakan sejenak mereka.
Fokus pada Ariana yang kini malah menjadi tontonan siswa siswi sekolah, padahal bel masuk akan berbunyi sekitar 10 menitan lagi.

***

"Hey, mending lo turun. Lo jadi bahan obrolan anak anak dibawah" sapa Ariana dengan menepuk bahu lelaki itu

"Mending lo yang turun. Lagian gue gak kenal lo" ucap lelaki itu sangat menusuk wajah Ariana, wajah tampan dan ah sayang saja sombong nya berlebihan.

"Heh kalo ngomong tuh liat orangnya. Lagian lo pikir gue kenal juga sama lo? Gue gak kenal, tapi untungnya sih gue baik hati terus mau capek capek naik tangga buat nyusul lo kesini" ucap Ariana sinis, sudah berbaik hati eh malah dapetnya kaya gini (duh air susu dibales air comberan)

"Mending mulut lo bisa diem gak! Jangan ganggu waktu gue kaya gini, satu lagi gue sangat amat gak butuh kebaikan hati lo!"

BRUAKK
Lelaki itu berpindah dari kursi kayu di balkonnya dengan keras, hingga menimbulkan suara seperti bantingan.

Degg
Jantung Ariana kembali bergetar, tapi maaf bukan karena jatuh cinta, tapi jujur selama ini belum pernah ada siapapun yang membentaknya.
Orangtua? bahkan kedua orangtuanya saja tidak pernah membentak Ariana, karena Ariana termasuk anakable, begitu jika kata orangtua dan Gavin(kakak Ariana).

Ariana pun bergegas turun, tapi tunggu.
Dimana semua siswa siswi penghuni sekolah ini, kemana kah gerangannya. Jika tidak dalam suasana bingung, tentu saja saat ini Ariana sudah membuat puisi mungkin.

"Pada kemana sih? Tadi rame banget kaya gerombolan semut di deket toples gula, sekarang aja sepi kaya hati. Eh"

Tiba tiba...

HavanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang