25

40 3 0
                                    

Aku kembali mengendap-endap dengan Arisa, Misa, beserta Keita mengekoriku. Kami berusaha untuk mengambil alih salah satu jet yang akan kami gunakan untuk kabur dari HQ Fukkatsu. Dengan kilatan-kilatan ingatan yang selalu datang padaku, aku yakin bahwa di ruang kerja Ayah ada sesuatu yang bisa membuka misteri penyebaran virus ini.

"Dengar."

Mereka memusatkan fokusnya padaku. Aku kembali membenahi letak katana dan beberapa senjata api yang tersemat di sabuk milikku.

"Kita hanya perlu membawa senjata secukupnya. Ada beberapa safe house milik Ibu yang berhasil aku temukan di Saitama dan kita akan mengambil alih senjata di sana."

Pandanganku beralih pada Misa yang terlihat sibuk dengan setiap kode yang dimunculkan oleh AI miliknya.

"Kita memiliki waktu 6 menit untuk mengambil alih jet itu tepat saat Kakak mulai menggunakan kartu ini."

Ia menunjuk jet berwarna ita lega yang terlihat kuat dan cukup cepat dengan kartu transparan di tangannya.

Aku mengangguk dan mengambil alih kartu tersebut. Dua penjaga bersenjata lengkap sedang berbincang serius dan posisinya cukup jauh dari target kami. Tiga teknisi baru saja selesai memeriksa jet dan dengan langkah yang cukup santai, mereka menjauh dari target. Selebihnya, teknisi-teknisi lain sibuk pada hologram-hologram dan ada juga yang membenahi kinerja drone yang sedang menyelesaikan masalah pada jet-jet lain.

Berusaha untuk tetap tenang, aku memastikan bahwa kartu transparan itu berada di saku jaket hitam legam yang kini ku gunakan. Aku berdiri dan membenahi ikatan rambut kemudian berjalan seakan akulah pemilik Fukkatsu. Dada yang sedikit dibusungkan dengan dagu yang diangkat secara arogan. Satu keraguan akan menghancurkan strategi kami. Langkahku terasa santai namun beban di bahu rasanya semakin meningkat.

Jika aku pastikan secara rinci, untuk mencapai pintu masuk jet, aku harus turun melewati 17 anak tangga. Kemudian melewati beberapa penjaga yang bersenjata tak terlalu lengkap sedang bersantai. Belok ke kiri, kita akan melewati rak-rak tinggi berisi senjata berat untuk jet. Yang aku bisa lihat dari lokasi ku berada saat ini hanyalah drone yang sedang membersihkan besi-besi, dan itu merupakan tanda bahwa kami harus belok kanan. Langkah-langkahku kini berubah menjadi langkah pasti karena aku sudah berada di depan pintu jet.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Suara berat, serak, tajam dan terkesan rewel juga nyaris ketus itu mengejutkanku. Sosok wanita tua berkacamata tebal dengan garis bibir yang ditarik kebawah secara berlebihan. Rambut putih dan bintik-bintik merah di kedua pipinya menambah kesan alot yang tidak memberikan kesan lebih muda lagi.

Satu hal yang pasti; wanita itu menyeramkan.

"Aku akan melakukan ekspedisi menuju Saitama."

Kedua alisnya saling bertautan mengerikan. Aku mengeluarkan kartu transparan dan memberikannya pada wanita alot yang skeptis.

"Nah, nah... itu tim ku."

Aku menepuk kedua tanganku dan menunjukkan wajah antusias yang dijawab oleh lirikan tajam dari wanita tua menyeramkan.

Misa sedikit memberi anggukan dan mereka memastikan bahwa si wanita tua itu tidak mencurigai mereka. Setelah menatap tiap-tiap anggota yang ikut bersama ku, ia memulai scan kartu trasparan itu pada clipboard yang sejak tadi dipeluknya erat-erat.

'Team Black Eagle, Miharu Nakamura, Saitama.'

Lalu apapun yang terjadi selanjutnya, wanita tua itu bergerak jengkel sembari menempelkan telapak tangannya pada pintu jet dan dengan desisan paling nyaring, seluruh drone bergegas membereskan apapun yang mereka benarkan. Aku tersenyum miring menanggapi kerutan dahi wanita tua yang semakin dalam namun dengan hentakan rasa emosi yang luar biasa dan juga kejengkelannya yang sudah berada di ubun-ubun, akhirnya ia memilih mundur dan kembali melakukan tugasnya.

REACT | Mystery Behind the ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang