DUA

19 5 0
                                    

        Hari ini Vani datang ke sekolah seperti biasanya diantar oleh supir pribadinya. Maklum saja orang tua Vani selalu sibuk dan jarang berada dirumah karena urusan pekerjaan. Vani berjalan dengan langkah yang lunglai dan wajah yang lesu semalaman Vani menangis karena memikirkan kelakuan Gilang kemarin. Coba kalian pikir Perempuan mana yang tidak sakit hati bila berada diposisi Vani? Pasti semuanya merasakan sakit bila berada di posisi itu. Akhirnya Vani pun sampai di kelasnya yang berada di lantai 3. Ketika hendak memasuki kelas tiba tiba ada yang menarik tangan Vani sontak Vani pun reflek menampar orang tersebut. Vani sangat kaget dan sedikit menyesal karena telah menampar orang itu. Yah orang yang Vani tampar itu adalah Gilang , cowo yang selalu ia perjuangkan ,orang yang teramat ia suka dan satu lagi jangan lupa ia adalah orang yang membuat Vani sakit hati kemarin.

" Aw gila lo Van, tamparan lo sakit banget salah apa sih gue sampai lo nampar gue kaya gini?" ucap Gilang sambil memegangi pipinya.

Salah lo ? lo masih nanyain soal itu? Salah lo banyak lang! apa perlu gue jelasin satu satu? Mungkin akan jadi sebuah cerita yang gak akan ada habisnya dan percuma juga gue bilang ke lo , lo gak akan ngerti juga. Ucap Vani dalam hati dan kemudian ia tersenyum miris.

" Weh Van ditanyain malah bengong kacang banget dah gue." Ucap gilang sambil melambaikan tangannya di wajah Vani.

" Eh iya nganu lu tadi ngomong apaan dah?" ucap vani sambil cengar cengir kea rah Gilang.

" Jadi dari tadi lu gak dengerin gue ?"

"Enggak." Jawab Vani tersenyum polos.

" Ya Tuhan sabar dedek mah digituin." Ucap Gilang sambil mengelus dada.

" Idih apaan sih lo jijik banget gue dengernya mirip mimi peri lo lama lama." Ucap Vani sambil bergidik ngeri kearah Gilang.

" Anjir semokan gue kali dari pada mimi peri ." ucap gilang sambil mengibaskan rambutnya seakan akan rambutnya panjang seperti model iklan sampo.

" Bodo amat sekarepmu wae. Udahlah gue mau masuk mau ngerjain pr fisika." Jawab Vani namun saat Vani ingin melangkah tangannya kembali di tarik oleh gilang.

" Bentar dulu gue mau ngomong sama lo Van ." ucap Gilang dengan nada serius. Sekujur tubuh Vani mulai menegang Vani pun bersusah payah berusaha menelan slavianya.

" Ma.....mau ngo....ngomong apa ?" ucap Vani dengan bersusah payah . Vani hanya menunduk ia tidak berani menatap Gilang. Tiba tiba tangan gilang mulai menyentuh pipi Vani mau tidak mau Vani mulai menatap Gilang. Tangan gilang kini berada di ujung bibir Vani. Wajah Vani pun semakin memerah dan sekujur tubuhnya melemas.

"Van......" panggil Gilang dengan suara pelan.

" I......iya ke....kenapa lang." ucap Vani yang semakin gugup.

" Gue Cuma mau bilang kalo ada sisa makanan yang nempel di bibir lo." Ucap Gilang kemudian mengambil sisa makanan tersebut.

" Oo....oh makasih ya, yaudah gue masuk dulu." Ucap Vani dengan terburu buru. Ia sangat malu karena ia berpikir bahwa Gilang akan menyatakan cinta kepada dirinya namun kenyataanya Gilang hanya ingin menolong membersihkan sisa makanan yang berada di wajahnya.

Perlakuan kecil yang lo kasih ke gue itu terasa begitu manis dan berharga buat gue. sampai gue lupa kalau lo juga orang yang sama yang memberi gue luka kemarin.

Mainstream ConfessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang