LIMA

27 4 0
                                    


 Malam ini Vani hanya bisa mengurung diri dikamarnya. Vani duduk di tempat tidurnya sambil memeluk boneka stitch kesayangannya. Tatapan mata Vani sangat kosong , tidak lama kemudian satu bulir air matanya pun jatuh melewati pipi mulusnya. Akhir akhir ini memang Vani sedang memiliki masalah bukan hanya soal gilang namun soal yang lainnya.

" Pah.......,Vani kangen banget sama papah. Andai aja papah ada disini pasti Vani akan peluk papah. Pah bisa gak Vani pinjam waktu papah disana buat temenin Vani disini sebentar aja Vani mohon pah. Mamah sekarang jarang berada dirumah karena urusan pekerjaan.Vani sekarang Cuma ditemani sama Bi Inah pah Vani merasa kesepian. Vani kadang suka merasa iri saat melihat seorang anak yang bisa bercanda bersama orang tuanya."

"Pah....... Vani pengen dimanja lagi sama papah, pengen jalan jalan lagi sama papah sama mamah. Tapi Vani tau itu semua gaakan mungkin pernah terjadi lagi karena papah udah pergi ninggalin Vani sama mamah. Vani sayang sama papah tapi Tuhan jauh lebih sayang sama papah. Pah Vani pengen banget ketemu papah dan cerita semua masalah Vani ke papah. Kalau Vani bisa ketemu papah Vani janji gaakan nakal lagi kok pah. maafin Vani yah Vani gabisa nepatin janji Vani ke papah kalo Vani bakal jadi anak yang kuat dan gaakan nangis lagi . Vani gabisa tepatin itu ke papah." Ucap Vani yang sedang berbicara kepada boneka kesayangannya yang diberikan oleh allmarhum ayahnya. Tangis Vani kemudian semakin pecah saat ia mengingat kenangan bersama allmarhum ayahnya itu. Ayah Vani meninggal saat Vani menginjak usia 5 tahun. Sudah lumayan lama ayahnya meninggalkan ia namun, Vani masih belum bisa menerimanya karena ia dan allmarhum ayahnya sangat dekat sekali wajar saja karena Vani adalah anak tunggal . tangisan Vani terhenti saat ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok tok

" Non ........ bibi masuk ya." panggil seseorang dari balik pintu itu.

"Iya bi masuk aja gak dikunci kok bi."

"Non kenapa kok menangis?ingat mendiang tuan yah non?"ucap wanita paruhbaya yang kini sedang duduk disamping Vani sambil mengelus rambut Vani.

"Iya bi , Vani Cuma lagi kangen aja sama papah."

" Sudahlah non , jangan bersedih terus kasian tuan disana pasti tuan sedih kalau tau non sering menangis biarkan tuan istirahat disana non. Bibi tau kalau non itu sayang sama tuan bibi dan para pekerja disini juga sayang sama tuan karena tuan itu baik dan tidak pernah marah tapi kan Tuhan lebih sayang sama tuan." Ucap bi Inah mencoba menenangkan Vani.

*****

Hari ini adalah hari minggu . pagi ini Vani memutuskan untuk ber olahraga di taman komplek rumahnya. Saat Vani sedang duduk di kursi taman untuk beristirahat tiba-tiba, ada tangan yang mengulurkan air minum kepadanya Vani pun langsung mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa pemilik tangan itu. Orang tersebut adalah Bima , Vani pun langsung tersenyum dan menyuruh Bima untuk duduk.

"Hai Van,sendirian aja lo kaya jomblo." Ledek Bima sambil terkekeh pelan.

"Anjir lo Bim , kaya lo gak jomblo aja."balas Vani sambil membuka air minum dari Bima.

"Gak dong gue gak jomblo ka nada bidadari disamping gue ." ucap Bima sambil menatap Vani lekat.

" Coba ulang bim apa yang lo bilang tadi gue gak denger."

" Ada bidadari di samping gue Van." Ucap Bima sambil tersenyum ke Vani. Vani pun membalas senyuman itu . Vani menatap Bima sambil tersenyum namun senyuman Vani tidak dapat di artikan ia tersenyum tulus ke Bima namun terdapat kesedihan yang Nampak di wajah Vani. Entah apa yang ada di dalam pikiran Vani , mungkin Vani berharap bahwa yang sedang bersamanya ini Gilang bukan Bima.

Lang andai aja lo bisa kaya Bima , andai aja yang disarming gue sekarang ini lo bukan bima mungkin gue akan merasa menjadiperempuan yang paling bahagia di sini atau bahkan di seluruh dunia. Andai lo bisa kaya pria disamping gue ini, pria yang slalu ada buat gue, selalu kasih gue perlakuan kecil namun bisa buat gue tersenyum, andai aja lang .

"Ko bengong Van? Gue salah ngomong ya?" ucap Bima menatap Vani khawatir karena ia takut jika ia salah bicara dan membuat Vani menjauhinya.

"Enggak ko Bim , oh iya gue lupa belom beresin kamar , Gue duluan ya Bim kasian Bi Inah sendirian. Bye Bim." Ucap Vani dan langsung meninggalkan Bima sendirian .Bima hanya bisa pasrah melihat sikap Vani barusan. Ia pun masih menatap punggung Vani yang lama kelamaan semakin menjauh dan akhirnya lenyap dari pandangannya.

SEBENARNYA YANG GUE MAU TUH CUMA SATU , GUE CUMA MAU LO YANG DISAMPING GUE YANG MENEMANI HARI HARI GUE BUKAN DIA ATAUPUN MEREKA.  

Mainstream ConfessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang