1 ;
transcription.
Siapa yang tidak mengingat masa indah sekolah saat mendatangi sekolah lama? Begitu pula dengan Jaehyun yang sedang duduk duduk dibawah pohon besar. Tempat dimana ia biasa menghabiskan waktu bersama teman temannya.
Yang mana juga tempat harusnya kebahagiaannya dimulai, dua tahun lalu. Sampai ia menyadari, rupanya ia bukan apa apa dibandng pria semacam Junhoe yang kini menjadi temannya.
Mengingat soal masa lalu, sosok seperti Jiho cukup disukai oleh murid murid. Jiho yang cantik, Jiho yang pintar, dan Jiho yang pandai bergaul. Yang paling Jaehyun suka, senyuman yang membuat matanya menyipit dan rambut panjangnya yang bergoyang goyang.
Jiho dan Jaehyun sering menghabiskan waktunya memakan soal soal dari buku latihan ujian.
Jaehyun bukanlah sosok yang terkenal akan kenakalannya seperti Junhoe, atau karena ketampanannya seperti Mingyu. Bukan juga karena kapten basket seperti Jungkook, apalagi seperti si jenius Eunwoo.
Hanya murid dari kelas IPA yang sering bersama Jiho.
"Wah! Makasih Jae!" Ucap Jiho begitu menerima susu pisangnya.
Jaehyun baru saja pergi ke kantin membeli camilan yang membantu mereka semangat mengerjakan soal soal susah di buku latihan.
Pria itu hanya mengangguk kemudian membuka kaleng milonya, menegak sebelum melanjutkan mencoret coret buku. Rutinitas kelas dua belas yang mau tak mau harus di terima.
"Jae, ini gimana?" Jiho menyodorkan bukunya.
Badannya yang maju membuat jarak antara dirinya dan Jaehyun terkikis. Dan harusnya Jaehyun fokus melihat soal, malah memandangi Jiho yang hanya berjarak beberapa centi.
Mereka yang bilang Jiho sangat cantik, tidaklah bohong. Jaehyun tau itu semenjak kelas sepuluh, semenjak Jiho menyalami tangannya, memperkenalkan diri hingga akhirnya mereka sedekat ini.
Jaehyun bukanlah tipikal orang yang percaya soal jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi ia tak bisa menyangkalnya.
Dan menyembunyikan rasanya terhadap Jiho rupanya tak sesusah yang ia pikirkan. Buktinya sampai kini, ia masih berteman baik dengan Jiho dan gadis itu tak pernah curiga soal perasaannya. Kadang suka bertanya sih, gadis mana yang Jaehyun suka.
Namun Jaehyun hanya memberi jawaban senyuman.
"Jae! Malah bengong," tegur Jiho.
Sang adam yang cukup terkejut langsung mengalihkan pandangan ke asal tempat, tak sengaja keluar jendela kelas.
"Cie, ngeliatin siapa?" Jiho mengikuti arah pandang Jaehyun menuju lapangan dimana anak kelas sepuluh sedang olahraga, "jangan ngeliatin adek kelas mulu, ini dibantuin dong," Jiho kembali menyodorkan bukunya.
"Nggak ngeliatin apa-apa," Jaehyun memberi jawaban.
Kemudian mulai membantu mempelajari soal yang ditanyakan Jiho.
As much as we spent time together,
our expectations went up too.
