kegelapan sudah saja menyelimuti ruangan bernuansa putih bercorak biru terang dan tua itu pada saat dimana matahari masih terlihat begitu tinggi dan seolah berlari mengejar waktu dengan sinarnya yang mulai gemulai redup. serta merta beberapa barang yang pecah dan berserakaan di mana -mana membuat seorang pria paru baya hanya bisa menatap pasrah kearah seorang lelaki muda yang kini bersandar pada kaki ranjang king sizenya, ia terlihat begitu kelelahan dengan beban tak terlihat yang di pikulnya, kerinduan besar yang semakin tak berujung memperlihatkan penampilan dari orang yang sudah putus asa sebelum berusaha bangkit dari kesedihannya yang bisa saja menenggelamkanya.

Likal memberanikan diri mendekat kearah lelaki itu dengan tenang.
"Tuan, apa anda tidak ingin bersiap-siap nyonya sebentar lagi akan segera tiba". jelas likal berusaha membuat gilan segera beranjak dari tempat yang sudah ia diduduki selama berjam - jam itu tanpa bosan.

"Tuan." panggil likal lagi yang masih di diami oleh gilan tampak tidak mau memberikan respon.

"Apa yang harus saya lakukan jika anda tidak ingin bersiap-siap sekarang". lanjut likal lagi tanpa henti, membuat gilan membuang napas berat dan lelaki itu pun hanya memilih berdiri tanpa basa-basi.

"Aku akan segera bersiap tak usah khawatir," jawab gilan dengan suara parau. "dan suruh para pelayan untuk merapikan kamarku."perintahnya setelah berdiri dari duduknya.

~~~

berselang beberapa menit ruangan yang tadinya terlihat berantakan kini sudah tertata rapi seperti sedia kala, gilan memperhatikan setiap detail kamarnya, ia menutup matanya sejenak lalu menghirup aroma manis yang sudah familiar di indra penciumannya. seketika memorinya memutar serangkaian kenangan indah yang ia rangkai bersama istri tercintanya serafia. Wanita sederhana yang mampu membuat seorang gilan berubah 190° derajat dari kehidupan kelamnya. cintanya itu semakin hari  semakin bertumbuh bahkan tumbuh lebih dalam lagi setelah mereka mengucapkan janji suci di altar dan merangkai kisah cinta mereka sebagai sepasang suami istri yang sah. tapi kebahagiaan yang indah itu tidak bertahan lama sesuai harapan mereka, semua kebahagiaan itu hilang dalam sekejap mata dan kini hanyalah kenangan manis sekaligus pahit bagi gilan, sekarang istri yang ia cintai sudah pergi jauh darinya, dari sisinya untuk selamanya. dan taakan kembali.

Air mata mengalir perlahan seolah mewakili rasa kehilangannya air mata itupun enggan untuk berhenti turun dari pelupuk mata hingga membuatnya sampai berteriak tak terima dengan pahitnya kenyataan itu "Tuhan, kenapa kau ambil dia. satu-satunya kebahagiaanku, apa salahku hingga kau mengambilnya begitu cepat dariku."

...

"bagaimana kabarmu sayang". tanya alissa setelah memeluk cucu kesayanganya itu dengan erat sekedar melepas kerinduan yang ada.

"baik nek" jawab gilan yang juga memperat pelukan alissa itu "bagaimana dengan kabar nenek? apa sudah baikan". pertanyaan beruntun gilan setelah melepas pelukan mereka. lalu tersenyum setelah meneliti mimik wajah wanita paru baya itu yang terlihat bahagia .

"Sangat baik dan tentu saja sakit tidak akan membatalkan rencanaku untuk mengunjungi mu". ujar alissa dengan senyum yang tak pernah enggan berlalu dari sudut bibirnya.

"nenek barengan sama istri kamu". tambah alissa yang membuat semua orang di tempat itu tak bisa menahan keterkejutannya, terutama gilan yang langsung membeku saat mendengar ucapan neneknya itu. seketika ia langsung tertawa dan menutup matanya berusaha mencerna pernyataan neneknya tadi.
"bersama serafia??". ulangnya. pernyataan dari alissa membuatnya bingung dengan perasaan campur aduk " tidak mungkin".

"Tidak mungkin." gumam gilan lagi dalam hatinya. setelah ia menatap tak percaya ke arah perempuan yang kini berada di hadapannya, ia mengenakan celana jeans hitam polos dan kaos oblong berwarna putih.

perempuan itu memiliki rambut sebahu yang ikal yang di biarkan terurai juga badan tinggi semapai dengan badan langsing yang berisi, perempuan itu memiliki mata merah hazel, hidung mancung dan bibir merah yang segar membuat kesannya seperti serafia, tidak. mereka mempunyai wajah yang sama tapi serafia tidak berambut ikal juga tak bermata merah hazel, ia memiliki rambut lurus sebahu dan memiliki mata bercoklat muda yang indah

"Dia buka serafia". lagi dan lagi gilan berucap dalam hatinya menyakinkan dirinya bahwa penglihatannya mungkin salah, tapi berapa kalipun ia mencoba tak percaya, tetap saja wajah perempuan itu mirip seperti wajah serafia, istri tercintanya yang sudah berlalu pergi untuk selamanya.

"entah mengapa meskipun dia bukan serafia aku merasa bahagia bisa melihatnya..lagi."gilan membatin.

~Tbc~
Salam hangat
Christina

LIES Where stories live. Discover now