Prolog

41 9 13
                                    

"Hah... Hah... Hah"

Aku berlari dan terus berlari. Aku berlari demi hidupku. Aku berlari demi masa depan, harapan dan teman-temanku. Aku terus berlari...

"Hah... Hah... Hah"

Tapi...

Kini aku lelah, aku sudah sangat lelah...

Ingin rasanya aku menyerah dan mati saja. Jika aku mati semua akan lebih mudah. Semua akan berakhir. Aku tak perlu merasakan ketakutan dan ketidak berdaya seperti ini lagi. Aku tak perlu lagi berlari demi hidupku. Aku benar-benar sudah muak dengan semua permainan ini!

AKU LELAH! BENAR-BENAR LELAH!

Mental dan fisikku kini sudah mencapai batasnya. Aku tak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan dengan tubuh yang sudah rapuh dan rusak ini. Aku hampir kehilangan akal sehat dan kesadaran yang hampir diambang batas. Tak lama lagi, aku akan berakhir gila atau sinting seperti mereka!

"Tidak!" Tanpa sadar terbesit satu kata itu dari mulutku.

Aku tidak mau berakhir seperti orang-orang itu. Aku tidak akan menerima takdir macam itu!

"Aggghhhhh...!!!"

Aku berteriak kesakitan ketika sebuah pisau lempar berukuran kecil tertancap di punggungku.

Sakit, rasanya sakit sekali. Aku tak bisa menahan air mataku untuk tidak menangis. Aku hanyalah gadis biasa, sebelum semua ini dimulai. Sebelum kenyataan ini berubah menjadi mimpi buruk! Mimpi buruk yang tak pernah aku dan teman-temanku bayangkan.

Seorang gadis biasa yang selama ini tinggal di lingkungan yang aman dan nyaman, yang sebentar lagi akan memulai kehidupan kuliahnya, kini harus berjuang demi hidunya. Kini harus menahan rasa sakit dari sebuah pisau yang tertancap di punggungnya.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku tetap bertahan sejauh ini?

Ini semua tidak lebih dari kekutan harapan dan tekatku! Tekatku untuk bertahan hidup!

"Ughhh..."

Darah terus mengalir dari luka di punggungku ini. Aku tak punya waktu untuk berhenti dan mencabut pisau kecil sialan yang tertancap itu. Jika aku berhenti, maka mereka akan berhasil mengejarku.

Aku harus kuat! Bertahanlah!

"Hah... Hah... Hah... "

Bertahanlah sebentar lagi. Sebentar lagi aku pasti akan menemukan tempat yang aman.

Bruuukkk...

Kakiku tersandung, tubuku yang rapu, ditambah dengan luka di punggung memperparah kondisiku. Akupun kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan sangat keras.

"Ugh... "

Aku berusaha bangkit, namun tak ada hasil. Tubuhku menolak, seolah tak mau membiarkan aku bangkit. Rasa sakit menjalar di sekujur tubuhku. Tangan dan kakiku gemetar dan terlalu lemah. Padanganku mulai buram dan kepalaku rasanya sakit sekali. Aku sudah tidak kuat. Tubuhku sudah memcapai batasnya.

Apakah ini akhir?

Satu kalimat tanya terlintas di benakku.

Aku bahkan belum menikmati kehidupan kuliahku yang baru akan dimulai, tapi kini sudah harus berakhir sebelum aku memulai dan menikmati itu.

"To, tolong... Seseorang tolong aku. Aku mohon tolong aku. Ayah, ibu... Tolong aku. Tuhan... Kumohon, kumohon tolonglah hamba... Ya, Allah... Hamba... Hamba mohon... " Pintaku lirih seraya berjuang mempertahankan kesadaran terakhirku yang mulai menghilang.

Kenapa?

Tanyaku sekali lagi dalam hati yang perih dan terluka ini dengan kecewa. Sayang, tak ada seorang pun yang akan menjawab satu kata tanya itu, ataupun permintaan tolongku.

Sambil terus berjuang, aku mengerahkan tenagaku dengan harapan terakhir yang kumiliki.

Namun, sekali lagi aku harus merasa kecewa. Tak ada seorang pun yang menjawab permohonanku. Tak ada suara lain yang kudengar, selain isak tangis dan jeritan hatiku. Semua kini hilang bagai buih di lautan.

Satu suara lain yang kini muncul bersama sirnanya seperca harapan terakhirku adalah suara langkah kaki mereka. Orang-orang 'sinting' dan terkutuk, yang memburuku!

Rasa kesal, marah, sedih, putus asa, tidak berdaya dan tak terima, kini bercampur aduk. Aku ketakutan dan merasa marah! Namun sisi lain aku merasa lega dan putua asa. Aku Sudah tidak tahu lagi yang mana perasaanku yang sebenarnya.

Aku terlalu lelah untuk memikirkannya.

Jika saja aku tahu semua akan berakhir seperti ini, aku pasti akan berusaha keras menentang keputusan nekat teman-temanku. Meski mungkin kami akan bertengkar hebat, namun itu jauh lebih baik dari pada mati di sini! Di tangan orang-orang sinting itu!

Aku ingin membatalkan semua ini! Bahkan, kalau bisa aku tak ingin datang ke sini. Akan aku hancurkan rencana liburan kami sebelum kami menginjakkan kaki kami di pulau terkutuk ini! Sial, sial, sial!

Suara-suara langkah kaki itu semakin dekat. Satu hal terakhir yang kudengar, sebelum akhirnya aku kehilangan kesadaranku sepenuhnya dan menutup mataku adalah...

"Hm, ehhh... Mengecewakan. Apa sampai di sini saja, batas keinginanmu? Begitu mengecewakan--"

Apa itu? Apa yang dia katakan? Suara siapa ini? Suara ini seperti suara laki-laki. Siapa dia? Siapa laki-laki itu? Apa maksudnya dengan mengecewakan? Apakah dia telah mengawasiku selama ini?

Aku kembali merasa tak percaya sekaligus marah serta tak terima, ketika spekulasi itu muncul di kepalaku. Tapi, seberapun aku memberontak, kesadaranku kini telah hilang sepenuhnya.

Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku setelah itu.

Apakah ini akhir? Apakah ini akhir dari hidupku? Kenapa? Kenapa semua ini terjadi? Kenapa harus kami? Kenapa harus aku? Kenapa?

Seseorang, tolong jawab aku! Tolong katakan sesuatu. Tolong beritahu aku alasan semua ini terjadi! Apa yang sebenarnya terjadi di pulau ini?!

Katakan padaku kalau ini semua tidak benar! Katakan kalau ini semua bukan kenyataan! Ini semua hanya sebuah mimpi! Hanya sebuah mimpi buruk! Mimpi buruk yang tak nyata! Ini semua tak mungkin terjadi.

Katakan, ketika aku membuka mataku, aku akan kembali pada kenyataan dan semua ini akan berakhir! Semua akan berakhir seperti mimpi. Mimpi yang tak pernah terjadi.

Ini hanyalah kenyataan yang berubah menjadi mimpi buruk. Tidak! Ini memang hanya sebuah mimpi buruk! Mimpi buruk yang terlihat nyata saja. Hanya terlihat, tapi tak nyata.

WreckEd [When reality turns into a nightmare]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang