Chapter 5 : "Moment terakhir"

6 1 0
                                    

"Uwwaaaaaaaa.....!!! PERGI! MENJAUH DARIKU! PERGI KALIAN! AGGHHH!!!"

Devan menjerit histri, dan mencoba mengusir para makhluk asing bertubuh mungil itu.

Makhluk berbulu, kecil, dan berekor panjang. Keahlian mereka tak lain adalah memanjat dan bergelantungan di pohon-pohon. Iya, mereka tidak lain adalah...

MONYET!

Semua ini bermula dari...

Flashback

*****

"La, kamu beneran nggak apa-apa?" Tanya Hans sekali lagi, ketika balik setelah membeli minum.

"Iya, aku nggak apa-apa. Emang kenapa sih dari tadi kamu nanyain itu mulu? Emang mukaku sebegitu pucatnya apa?"

"Yeeeehhh...  Akukan nanyain karena khawatir sama kamu, La. Kamunya malah kaya gitu. Ya udah, kalau kamu emang benaran nggak kenapa-kenapa syukur deh. Cuman... Tumben kamu diem aja? Biasanya kan kamu kaya kelinci, lompat sana, lompat sini." Sindir Hans sambil ngegodain Clara.

"Iih, aku diem aja malah dikatain gitu,  aku ga diem malah disuruh diem. Kamu gimana sih? Diem salah, ga diem juga salah." Cercaku padanya.

"Iye, iye, aku nyerah deh. Aku yang salah deh... Udah ya, jangan ngambek. Unyu unyu unyuuu... " Bujuk Hans sekali lagi, dengan bergaya konyol bak membujuk anak kecil yang merajuk.

"Iih..  Apaan sih Hans!" Asli maluin banget di depan banyak orang dia malah gituin aku.

"Tapi La, kamu ngapain bawa-bawa tas ransel segede gunung gitu?"

"Njirrr... Segede gunung gimana? Ini mah biasa aja."

"Masa? Itu penuh gitu, kamu bawa apaan sih? Kaya orang mau camping di gunung aja. Bawaan seabrak-abrak. Kita kan cuma mau jalan-jalan nyante." Tanya Hans dengan curiga.

"Ih, udah ga usah dibahas!" Cetusku.

Ketika aku dan Hans masih sibuk berantem, Angga memanggil kami semua untuk berkumpul.

"Oiii... Ngumpul lu pada! Gue mau kasih pengumuman rencana hari ini!" Seru Angga sambil teriak-teriak kaya sales yg lagi terik soal produk diskon.

"Apa lagi sih, Ga?" Tanya Devan.

"Gini, gimana kalau kita pergi ke pulau kembang?" Usulnya.

"Hah? Pulau kembang? Apaan tuh?" Tanya Devan heran. "Pulau yang banyak bunganya?"

"Bwhahaha... "Angga ketawa ngakak setelah mendengar pertanyaan Devan dengan wajah polosnya itu.

"Hahaha... Nggaklah Dev. Ini pulau bukan pulau yang ditumbuhi banyak bunga. Yang jelas gue juga ga tau kenapa nama itu pulau jadi gitu. Padahal tuh pulau ga ada sangkut paut sama namanya." Jelas Angga pada kami.

Devan antara bigung, penasaran sama heran. Setalah berdiskusi, kitapun sepakat untuk pergi ke pulau itu.

"Yuk, naik." Seru Angga ketika kita berhasil membeli tiket untuk naik kelotok menuju pulau itu.

Sambil berjalan Ren mendekat, seraya bertanya kondisiku. Ternyata Ren juga sudah memperhatikan diriku dari tadi, tapi tak bisa menyapaku karena ada Hans dan Kevin yang juga saat itu terus menariknya ke sana ke mari, untuk ditemani berkeliling.

Kami menaiki salah 1 kelotok yang ada di pinggir sungai siring. Kebetulan kelotok itu masih kosong dan tampaknya, kami menjadi satu-satunya rombongan yang akan berangkat dengan kelotok itu.

Butuh kurang lebih sekitar 1 jam untuk sampai di pulau yang kami tuju, yaitu pulau kembang.

Di perjalanan menggunakan kelotok kami disungguhi dengan berbagai macam pemandangan. Mulai dari rumah-rumah penduduk yang berada di pinggir sungai, hingga pemandangan laut biru, di mana tak jarang akan kita jumpai kapal-kapal besar pengangkut batu bara melintas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WreckEd [When reality turns into a nightmare]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang