Bukan hanya aku disini yang merasa muak dengan pelajaran fisika siang hari ini, siang hari dimana perut mulai lapar dan suhu udara yang menurutku suhu yang tepat untuk tidur apa lagi siang ini sedang mendung, cukup hitam juga langitnya, membuat mataku semakin berat dan sulit untuk kubuka lebar.
Untuk pelajaran ini tidak ada kesempatan untuk menurunkan kepalaku diatas meja, sosok yang ada didepan lebih menakutkan ketimbang seorang psikopat. Yang dapat kulakukan hanyalah menyangga kepalaku dengan telapak tanganku, yang kutempelkan disamping kening sambil menundukkan kepalaku, supaya ia fikir aku sedang sibuk membaca buku.
Baru saja aku hampir berhasil menutup mataku dengan penuh ketenangan, dan hayalanku baru juga sampai di korea Selatan juga belum sempat bertemu dengan Rose blackpink, sosok yang berada didepan berhasil membubyarkan hayalanku. ya, sosok didepan adalah seorang lelaki berusia 40-an dengan name tag yang berada di dadanya bertuliskan Untung Sugianto. Dan terdengar jelas apa yang ia ucapkan beberapa detik lalu ditelingaku,"kenapa kau membuatku begini, teriakkanmu membuat kepalaku semakin pusing" ucap ku dalam hati, masih dalam posisi yang sama.
"nang, heii kamu yang ada di samping tembok" ulang pak Anto, kepadaku
"iya pak" ucap ku santai memandang pak Anto yang memandangku dengan muka garangnya, sedangkan aku hanya pasang wajah kalem yang seperti tidak ada yang terjadi. Ini memang strategiku supaya aku tidak dijadikan tersangka meskipun sikapku memang menunjukkan kesalahan tapi wajahku yang datar kadang membuat orang bingung."liat kedepan papan tulis ya, mas"
"iya pak" jawaban singkatUntuk kedua kalinya aku menggunakan tanganku untuk menyangga kepalaku kali ini bukan untuk menyelinap tidur, tapi untuk dapat bertahan melihat betapa pinternya sosok yang ada di depan papan tulis menerangkan materi. Betapa menggodanya suaranya, seperti ia sedang bersenandung indah yang dapat membuatku tertidur lelap.
"hmm kapan pelajaran akan usai"Beberapa kali aku melirik jam dinding yang berada diatas papan tulis diantara foto presiden dan wakil presiden, serta persis diatasnya terdapat gambar burung garuda dengan bertuliskan pancasila diatasnya.
Beberapa kali aku mengedipkan mataku dengan waktu yang sedikit lama, karena mataku saat ini entah kenapa semakin lama semakin pedih.
KRING!!! KRING!! KRING!
Akhirnya bel istirahat berbunyi,
"baiklah anak-anak, kita kan melanjutkan pelajaran dipertemuan menandatang" ucap pak Anto sambil merapikan bukunya, beberapa detik kemudian ia berjalan menuju pintu untuk keluar.
Tak lama Galih memukul kepalaku menggunakan buku catatannya, itu membuat rambutku bergetar dan aku pun terkejut.
"njirr, eh jangkrik ngapain sih lo pukul kepala gue lo pikir kepala gue ni apaan " ucap gue ke Galih yang udah cekikikan kayak orang kesurupan
" eh, parah kecebong jaga tu mulut, pakek panggil gue jangkrik lagi, tobat lo"
"eh lo juga kalo punya mulut dijaga ya, parah lo" ucapku dengan layak kayak orang nantang tapi sambil ketawa. kita mah, nggak pernah diambil hati kalo ada yang ngatain asal itu nggak kelewatan, selagi itu masih dibatas wajar dan becanda.
"ayok" ajak Galih
"mau makan? apa langsung nih? "
" makan dulu deh, laper gue. Nanti baru kita sholat"
"yaudah deh"
Galih jalan lebih dulu, sedangkan aku, tepok tubuh si Riyan dulu yang sibuk ngobrol sama Amy temen depan bangkuku sama Riyan.
"yan, ayok"
"duluan deh, nanti gue nyusul"
"serah deh" ucap ku menjauh dari Riyan
KAMU SEDANG MEMBACA
For you
Teen FictionAku memang tidak sempurna. Aku tahu itu, tapi apakah aku tidak boleh memperjuangkan keinginanku... Meski keinginanku cukup sederhana, keinginanku yang kecil ini adalah ingin memilikimu seutuhnya.