05. Hariku Dengannya

18 1 1
                                    

"oke, hari ini gue bakal bagi'in foto copy matematika buat tugas kelompok yang akan di kumpulkan hari kamis minggu depan" ucap Rian di depan kelas dengan sikap yang tegas.

Kadang terlintas di benakku ingin menjadi pribadi yang seperti Rian. Tegas dan disiplin tapi merubah jika dipikir dua kali menjadi seperti Rian itu sangat menyedihkan bagiku.

Pasalnya, Rian itu anaknya sangat berbakat dibilang musik, ia sangat pandai memainkan piano dan gitar. Namun orang tua mereka menganggap jika bermusik hanya sekedar bermain yang tidak berfaedah.

Orang tua Rian sangat menginginkan Rian berada dalam jurusan hukum. Karena kedua orang tuanya adalah seorang pengacara yang hebat.

Ya, meskipun begitu Rian tidak ingin menyakiti perasaan kedua orang tuanya dan memilih untuk belajar mati-matian untuk mendapatkan hasil yang sempurna dimata kedua orang tuanya.

"sampai kapan? Dan kapan kemarahan itu akan meledak" gumamku dalam hati menatap tajam Rian yang tengah membagikan selembaran tugas fotocopy matematika.

"oh iya karena hari ini guru matematikanya tidak masuk tugasnya adalah mengerjakan tugas yang udah gue bagi tadi, jadi silahkan untuk duduk sesuai kelompoknya masing-masing" ucap Rian yang berdiri di tengah ruangan.

"ok paketu!!! " seru Galih di belakang Gifa.

" lo ngejek gue ya? " ucap Gifa kesal " dasar jangkrik ngoceh aja dari tadi"

"hha sabar ya " Galih cengengesan sambil jalan ke bangku Fara.

" Dasar"

Lalu dengan malas Gifa jalan ke bangku Rani,

"absurd" ucap Gifa pelan.

Dengan cepat Gifa duduk di samping bangku Rani.

"karena total soalnya ada 20 jadi kita bagi rata, kamu bagian nomer 1 sampai 10. Sisanya aku" ucap Rani dengan wajah dinginnya menoleh ke arahku yang memasang wajah bodohnya.

"ni anak bisa ngomong lancar ke gue, sejak kapan? " batin Gifa.

" Gue nggak pinter ngitung jadi lo aja yang ngerjain, gue mayes" ucapku santai.

Sontak Rani memukul meja dengan pena yang ia pegang sembari menatapku dengan tatapan yang mematikan luar biasa.

"apa lo bilang? " ucap Rani pelan
" hmm? " tanya Gifa

Lalu Rani senyum sinis

" iya nggak usah aja di kerjain, lalu nama lo bakal gue coret di kelompok "
" yah, gue nggak dapet nilai dong"
"salah siapa coba? "

Aku hanya terdiam sebentar dan mata kita saling tatap. Entah mengapa jadi takut sendiri lihat Rani yang ngamuk nggak karuan.

" iya iya ok, gue kerjain bagian gue"
Ucapku seraya membaca lembaran soal.

Entah mengapa hari ini sifatnya berubah drastis, apa dia sedang frustrasi ya? Tau deh. Cuek aja lah.

"sulit ya? " ucap Rani seraya melihat bukuku yang masih bersih dari coretan angka.

Ku lihat dia mengerutkan dahinya melihat buku catatanku, dengan cepat Rani melihat wajahku dengan kecepatan kilat.

" ck, gini aja nggak bisa, kenapa lo bisa masuk ipa sih? Heran deh" aku hanya menatap sinis Raya yang berbicara seperti itu

Lalu Rani memperlihatkan senyum.

Huh, ni anak kenapa lagi sih

"nggak usah sok manis deh di depan gue" ucapku ketus sambil memukul kepala Rani dengan buku di kepalanya.

For youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang