"Kring!"
Bel tanda istirahat di perpustakaan berbunyi, beberapa pengunjung perpustakaan tampak sibuk merapikan bawaan mereka yang kebanyakan laptop dan buku tulis. Mayoritas dari mereka yang datang ke perpustakaan ini adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akut dari dosen. Ada yang beranjak pergi, ada pula yang tetap bertahan di dalam perpustakaan karena perpustakaan ini akan dikunci selama satu jam, selama jam istirahat.
Khalila tampak mencari celah agar tidak berpapasan dengan Raka saat keluar, karena jalur keluar terdekat dari meja Khalila adalah ia harus melewati meja Raka. Ia melihat Raka tampak tak bergeming dari tempat duduknya, masih fokus menyelesaikan sesuatu di laptopnya.
"Kita muter aja, ya, Ndah? Kita lewat belakang rak ini!" Khalila memberitahu Indah jalan keluar yang akan mereka ambil.
"Muter?"
"Yuk!" Khalila menggamit tangan Indah, mengajaknya melewati jalan setapak antara rak buku sains dan rak buku tentang ekonomi.
Mereka berjalan tergesa-gesa. Sampai di dekat rak sastra, takdir memang selalu semaunya, Raka muncul dari arah samping, dan berdiri di hadapan Khalila, ia hendak mencari buku referensi karya sastrawan-sastrawan lama. Raka hampir menabrak Khalila yang kini berdiri mematung karena terkejut Raka muncul di hadapannya dan Indah. Lagi dan lagi, Raka dan Khalila selalu saling tatap setiap bertemu. Tatapan yang sama seperti sebelum-sebelumnya.
"Emang jodoh!" Indah nyeletuk
Khalila yang super nervous mencengkram erat lengan Indah sampai Indah mengaduh
"Khalila, kan?" Raka menyapa lebih dahulu
"Ra..., Raka?," Khalila terbata
"Kamu..." Raka mengamati Khalila, dari ujung rambut sampai ujung kaki, gadis itu kini tumbuh menjadi gadis yang cantik. Ham dan jeans di padu wedges yang dipakainya membuatnya terlihat fashionable, tak seperti dahulu.
"Aku kenapa?"
"Ng..nggak apa-apa." cukup Raka memuji Khalila dalam hati
Hening sejenak, Raka dan Khalila sama-sama membuang pandangan ke arah lain. Suasana terasa canggung.
"Raka apa kabar?" Indah memecah keheningan, Indah pun tak kalah cantik dengan Khalila, ia memakai dress casual yang membuatnya terlihat anggun.
"Baik, kamu...?" Raka belum mengenal Indah.
"Aku Indah, Indah Setyarini!" Indah mengulurkan tangannya, berjabat tangan dengan Raka
"Indah Setyarini?" Raka berguman, ia tampak tak asing dengan nama tersebut.
"Raka Wijaya," Raka memperkenalkan dirinya.
"Aku udah tahu, kok," Indah melirik Khalila dan langsuyng dibalas Khalila dengan cubitan kecil di pinggang Indah yang membuat indah mengaduh kesakitan.
"Kalian kenapa?" tanya Raka
" Hehe, nggak apa-apa, kok. Eh, ayo kita ke luar! Nanti pintunya keburu dikunci!" Indah mengalihkan pembicaraan.
Khalila mengangguk sepakat. Ia ingin segera keluar dari situasi ini.
"Aku ke luar dulu, ya, Raka?" Khalila pamit pada Raka
"Oh, oke!" jawab Raka singkat.
Khalila dan Indah pun berlalu dari hadapan Raka.
Setelah kedua gadis cantik itu pergi, Raka tampak rikuh sendiri, ia hanya mengetuk-ngetukan jemarinya di punggung buku sastra yang tersusun rapi, pertemuannya dengan Khalila barusan mengingatkannya pada sesuatu, pada sebuah puisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rakhalila
General FictionKetika orang tuanya memandang apatis segala impian Raka dan mengatur seorang Raka Wijaya menjalani hidup pragmatis.Raka ingin menjadi seorang penulis dan orang tuanya menginginkan ia menjadi seorang Pegawai Negeri seperti orang-orang umumnya karena...