eight

496 128 36
                                    

Jaehwan mengurungkan niatnya untuk mengikuti perintah Dahyunㅡadiknya itu tadi menyuruhnya agar ia segera mengobati lukanya. Akibat ia dengan tidak sengaja berada di ruang kesehatan tadi, luka di hatinya malah jauh terasa lebih menyakitkan dibanding luka yang ia dapatkan dari Daniel.

Jaehwan mengambil gitarnya dari ruang musik, juga menenteng sebuah kursi plastik dari sana. Ia berhasil mendapatkan perhatian setiap orang ketika ia meletakan kursi yang ia bawa di tengah lapangan kemudian mendudukinya.

"Ada yang mau request lagu?"

Tanpa menghabiskan lebih banyak waktu lagi, orang-orang tersebut segera melingkari Jaehwan. Suara Jaehwan memang tidak perlu diragukan lagi.

▀ ▀ ▀

"Kak Jaehwan tadi ngomong sesuatu tentang aku, nggak?"

Dahyun menggeleng, "Dia cuma diem. Aku tanya kenapa mukul Kak Daniel juga gak dijawab."

Sewoon menghela nafas, "Hyun, jangan marah, ya?"

Dahyun menatap Sewoon tidak mengerti.

"Kak Jaehwan salah paham, gara-gara akuㅡ"

"I know right." Dahyun menghela nafas.

"H-hah?"

Dahyun baru saja membuka mulutnya ketika samar-samar pendengarannya menangkap suara kakaknya sedang bernyanyi.

"Kenapa, Hyun?" Bingung Sewoon ketika melihat Dahyun tiba-tiba terdiam.

"Kita nonton orang patah hati nyanyi aja, yuk."

Sewoon tidak dapat mengelak ketika tangannya ditarik oleh Dahyun.

Dahyun segera menerobos gerombolan mahasiswa di tengah lapangan, hanya sampai tengah-tengah gerombolan tersebut kemudian berhentiㅡtidak berminat berada di bagian depan.

"ㅡWe spend our time walking by the ocean side
Our hands are gently intertwined,
A feeling I just can't describe
And all this time we spent alone
Thinking we could not be lone
To something so damn beautiful,
So damn beautiful."

Mata Jaehwan bertemu dengan mata Sewoon.

Kenapa Sewoon harus datang ketika ia menyanyikan lagu ini?

"I keep craving craving,
You don't know it but its true
Can't get my mouth to say the words they wanna say to you
This is typical of love,
Can wait anymore"

Jeda satu, dua detik.

"ㅡWon't wait,
I need to tell you how I feel when I see us together forever."

Jaehwan mengambil nafas, sembari menahan nyeri yang datang dari sudut bibirㅡatau mungkin lebih tepat, hatiㅡnya. Kurang dari tiga detik lagi, semua isi benaknya akan tersampaikan melalui lagu ini. Entah Sewoon akan memahaminya atau tidak.

"In my dreams,
You're with me
We'll be everything I want us to be."

Sewoon tidak tahu apakah dia salah, namun dia yakin dia mendengar suara Jaehwan tengah bergetar.

"And from there,
Who knows maybe this will be the night that we kiss,
For the first time, or it that just me and my"

Jaehwan menghela nafas berat.

"ㅡImagination."

Sewoon berharap kali ini matanya salah. Air yang tengah melintasi pipi Jaehwan itu bukan air mata, kan? Pasti itu adalah air hujanㅡ

Orang-orang yang menggerombol di sekitar Jaehwan segera membubarkan diri ketika hujan tiba-tiba turun.

Jaehwan tidak bergerak sama sekali. Mata sendunya masih terarah pada Sewoon.

Sewoon-pun melakukan hal yang sama. Ia bahkan tidak menyadari ketika Dahyun berlari menuju Jaehwan untuk melindungi Jaehwan dari air hujan menggunakan kedua tangannya.

Suara Dahyun yang meneriaki Jaehwan untuk segera beranjak tidak didengarkan oleh kakaknya itu.

Apakah langit juga mengetahui betapa gelapnya hatinya saat ini? Apakah langit sedang menangis bersamanya?

Sewoon tersentak ketika sesuatu menutupi sebagian pandangannya.

Di sebelahnya, Daniel membawa sebuah payung yang kini tengah melindunginya dan Daniel dari air hujan.

Sebelah tangan Daniel yang berada di bahunya memaksa untuk mengikuti langkah Daniel mendekati Jaehwan dan Dahyun. Setelah Daniel melepaskan tangannya dari bahu Sewoon, tangan tersebut mengulurkan sebuah payung lain pada Jaehwan.

Daniel tersenyum ketika Jaehwan menerima payung darinya.

"Ngomong-ngomong, Kak, jangan tiba-tiba marah kayak tadi, ih. Padahal biasanya gak pernah marah, kan?" Ujar Sewoon.

"Nah, dengerin. Mana bakal Sewoon suka kalo lo kasar, iya gak, Woon?"

Kemudian terdengar aduhan Daniel akibat sikutan Sewoon.

▀ ▀ ▀

Dahyun menghampiri Sewoon yang sedang duduk seorang diri di salah satu bangku di perpustakaan.

"Gimana, Woon?"

Sewoon melirik Dahyun kemudian menggeleng.

Sewoon masih bingung. Ia tidak mengerti kenapa ia harus menghadapi situasi seperti ini.

Kenapa harus Jaehwan? Kenapa harus Daniel? Kenapa harus dirinya?

"Hyun,"

"Hm?"

"Kamu kesel gak sih sama aku?"

Dahyun mengangkat kedua alisnya, tidak mengerti maksud Sewoon.

"Mungkin, gara-gara aku nyakitin kakakmu?"

"ㅡEnggak." Dahyun menggeleng, "Kalo aku ada di posisi kamu, aku pasti juga bakal bingung."

Sewoon menatap Dahyun dalam diam. Ada satu hal yang ingin ia bicarakan pada Dahyun.

"Menurutmu, aku harus gimana? Which oneㅡ?"

"E-eh? Kalo kamu tanya aku, ya jelas aku bakal pilih Kak Jaehwan, lah, Woon."

"Hyun," Panggil Sewoonㅡlagi.

"Ya?"

"Aku kepikiran satu jalan keluar, tapi aku nggak ngerti ini baik atau enggak."

"Apa?"

"Jujur aja aku nggak mau nyakitin siapapun, aku udah berusaha cari jalan tengah berkali-kali tapi cuma ini yang menurutku paling fair."

"Iya apa, ih?"

Sewoon menghela nafas berat.

"Satu sakit, semua harus ngerasain biar adil. Iya kan, Hyun? Jadi gimana kaloㅡ


















ㅡaku aja yang pergi?"

▀ ▀ ▀

tolong jangan hujat aku kak:(

Phytagor Us +howonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang