1, Garin.

32 4 0
                                    

Hujan deras mengguyur ibu kota yang keras itu. Tidak sedikit pengendara motor yang tetap melanjutkan perjalanan tanpa menggunakan jas hujan, sementara yang lain sibuk mencari emperan toko atau minimarket untuk berteduh sejenak. Gadis itu terus melangkahkan kakinya di sepanjang trotoar menggunakan payung abu abu, sesekali ia menoleh ke arah jalanan yang padat akan kendaraaan yang penuh sesak. Ia tak peduli sudah berapa kali terkena cipratan air karena para pengendara yang tak mengetahui tentang tata krama, melajukan kendaraan mereka dengan kencang sehingga genangan air itu pun mengenai Garin.
"Benar benar hari yang buruk," gumam nya. Suasana hari ini mengingatkan Garin akan satu manusia, Gibran.
"Apa kabar dia sekarang?," pikirnya.

Flashback

"Tunggu!," teriak Gadis itu. Gibran tak menghiraukan sama sekali, ia tetap terus melajukan motor besar nya itu, tak peduli ada seorang gadis yang terus mengejarnya sambil terisak.

"Kau boleh meninggalkanku, tetapi dengan tidak cara yang hina seperti ini,!" ucapan Garin membuat Gibran menghentikan motor nya.

Gibran menoleh ke belakang, gadis itu menatap nya dengan sorotan luka. Ia bisa mengetahui dengan pertama kali menatap mata nya.

"Aku tidak bisa bersamamu," ucapnya. Garin menghapus air matanya dengan kasar, lalu menahan isakan itu.

"Setelah 5 tahun kita bersama, dan kau meninggalkanku dengan cara serta alasan seperti itu?," tangis Garin meledak sudah.

"Aku melakukan ini demi kebaikanmu," Gibran ingin sekali menghapus air mata Garin, namun ia tidak memiliki keberanian yang cukup. Ia hanya mampu menggegam tangan nya sendiri, dan mengepalkan nya erat erat.

"Kalau kau ingin yang terbaik untukku, maka bukan ini jawaban nya! Kau meninggalkan aku, justru semakin membuatku hancur!," desisnya.

Flashback end.

Garin tersenyum masam mengingat memori yang baru saja terlintas di benaknya.

2 tahun sudah berlalu semenjak Gibran jmemutuskan hubungan mereka. Ia tidak tahu pasti bagaimana kabar nya, terakhir kali ia mendapat kabar bahwa Gibran kini melanjutkan studi S2 di New York, Amerika Serikat.

Garin tidak memiliki niat sama sekali untuk mencari tahu bagaimana kabar Gibran sekarang, walaupun sebenarnya dia ingin, ingin sekali.

Melupakan seseorang yang sudah bertahun tahun bersama kita, rasanya seperti sudah melekat dengan kita, bukanlah hal yang mudah.

"Moving on it doesn't mean that you forget about things. It means that you have to accept what happened and continue living."

Penggalan kutipan dari salah satu novel best seller, menjadi pegangan Garin selama ini.

Dia tahu, Gibran bukanlah segalanya, ia masih memiliki masa depan yang cerah, ia harus tetap melanjutkan hidup, walaupun ia masih menyimpan Gibran dalam dilubuk hatinya.

Lelaki yang datang silih berganti tetap tak mengubah perasaan Garin, meskipun ia dicampakkan, ia masih tetap memberikan ruangan bagi Gibran dihatinya. Betapa tegar nya seorang wanita.

Mungkin kalian berpendapat bahwa Garin adalah wanita yang paling bodoh di dunia ini. Dicampakkan, tetapi masih tetap saja mencintai, sampai sekarang. Ya, semua orang memiliki kekuatan masing-masing.

Lamunan nya buyar ketika ada suara seorang pria yang mendekat ke arahnya.

"Mbak, ini kunci nya jatuh," pria itu memberikan sebuah kunci dengan gantungan menara petronas, Malaysia.

Garin sedikit linglung akibat melamun, "Oh iya..iya, makasih ya mas,"

"Jangan sampe ngelamun lagi ya mbak, nanti sampe rumah ga bisa masuk gara gara kuncinya jatoh, hahaha,"

Manis sekali. Pria itu gemas terhadap sikap Garin yang linglung dan lugu.

"Ngelamunin apa sih, mbak? Lanangan?," tembak nya.

Kerongkongan Garin rasanya tercekat, orang yang baru dikenal nya selama 5 menit ini sudah mampu menebak beraneka macam tentang Garin.

"Nggak punya mas," pria itu tertawa kecil, lalu menyodorkan tangan nya.

"Randi," ia mengulurkan tangan nya dengan senyuman hangat. Garin yang masih linglung menjabat tangan kekar itu.

"Garin,"

To be continued.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang