Si Kecil

125 12 15
                                    

Langit terbuka, bintang-bintang bertebaraan dilangit yang gelap, bulan menyinari bagaikan lentera penunjuk jalan, udara berhembus menusuk tulang rusuk, padahal aku sudah mengenakan jaket tebal dengan tudung berbulu hangat. Apa karena aku sedang sakit ya? Yah...aku juga tidak tahu. Mama-lah yang paling tahu tetapi aku enggan bertanya karena setiap ditanya, "Kenapa aku selalu kedinginan, Ma? Padahal ini 'kan bulan Agustus?" dan jawaban yang diberikan Mama hanya, "Diam dan lihat kedepan." sambil tersenyum.

Entah kenapa aku merasa Mama merahasiakan sesuatu dariku. Yah...,  aku juga tidak terlalu peduli soalnya kata Mama anak kecil nggak boleh ikut campur urusan orang dewasa. Konyolnya....

Seketika kumemandang langit yang gelap penuh bintang. Yah, tidak ada yang men--

BWUUUUSH!

"Ma, apa itu?" entah kenapa aku penasaran terhadap sesuatu yang kulihat barusan. "Ada yang jatuh...". Mama hanya diam dan menyuruhku diam lagi. Ada apa? Apa salahku? Memangnya memberi tahu hal 'tadi' itu aneh dan menjengkelkan?

Orang tua itu aneh, ya? Mereka selalu saja mementingkan diri sendiri malah terkadang mereka melupakan anaknya. Hihi..entah kenapa aku merasa gila, mengatakan orang tua itu aneh, padahal aku juga bakal jadi orang tua.

"Rasanya...Gina ingin selalu jadi anak kecil." tepat saat aku mengatakan itu, tiba-tiba dari kejauhan arah sebelah Timur kota terjadi ledakan dengan cahaya yang terang. Bom? Tidak, pada zaman sekarang warga setempat dilarang memakai bom kecuali saat perang. Petasan? Mustahil cahayanya bakal seterang itu. Matahari? Tapi sekarang masih jam 8 malam tepat. Bulan? Masa iya Bulan jatu ke Bumi? Atau...

"...Ma..."

"Gina, sayang. Tolong, kamu pulang saja dulu. Mama ada urusan," ah..Mama menyuruhku pulang. Harus kutepati karena kalau tidak aku bisa ditampar habis-habisan. Hah~coba saja pada zaman ini organisasi ramah anak sudah tersebar luas hingga seluruh dunia. Mungkin sudah, kecuali negara tempat tinggalku.

______

Book of History Dead End 

DEAD END, Distrik XXX, Negara XXX

Tahun 186X, Negara yang dijuluki "Negara yang pernah hilang" ini sudah tak memiliki jumlah penduduk karena sering terjadi ledakan dari bawah tanah. Ilmuan mengatakan bahwa ledakan itu berasal dari bertambangan yang ada di sebelah Timur Kota Dead End, Distrik XXX. Namun, para suku pedalaman mengatakan bahwa ledakan itu berasal dari bintang yang tertanam di dalam tanah kota.

Belum dipastikan yang benar yang mana karena setiap kali para ilmuan ingin melakukan penyelidikan selalu saja gagal dan berakhir tragis. Ujar para suku pedalaman, para  intang yang ditanam adalah Kristal Cahaya Pertama Bintang Langit atau biasa disebut Bayi bintang.

Bila Bayi bintang disentuh oleh tangan yang kotor atau tidak suci (rohani/jasmani/adat)nya, maka bintang itu akan menjadi sangat sensitif dan marah/menangis sehingga menyebabkan bintang itu meledak. Dikarenakan Bayi bintang merupakan cahaya yang baru dan sangat suci jika terkena tangan yang ternodai, ibarat permen mint dijatuhkan kedalam soda dengan kadar asam yang tinggi.

"Dan...bla, bla, bla..." rasanya malas ya membaca buku sejarah yang tebal halamannya bisa menimpa orang sampai pingsan. "Ih, Gina baca yang bener donk!" celoteh Jo. Aku hanya bisa mengeluh dan membalas celotehan basinya, "Bhuu! Kamu sendiri belum baca satu huruf pun! Intropeksi diri donk!" ejekku. mungkin agak berlebihan. "Huuh, ya iya, Ma'am!"

"Oya, omong-omong kamu bawa kertas identitas diri buat kartu kelulusan SMP nggak?" tanya Jo. Aku mengangguk, membalikan badan walau dalam keadaan duduk dikursi, membuka resleting lalu meraba dalam tas. Ketemu! "Nih." sodorku kasar. "Biasa aja donk! Sini biar ku baca."

DREEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang