Pertemuan Pertama

9.4K 333 123
                                    

Semua hal yang berawal dari kata ketidaksengajaan

Aletha Arabella

__________________________

Hembusan napas tidak beraturan saling bersahutan dari tiga gadis berbeda. Langkah kaki yang semakin dipercepat tak urung membuat orang lain menatap mereka aneh. Salah satu dari mereka sempat menabrak punggung pejalan kaki secara tidak sengaja. Ringisan, serta ucapan maaf keluar begitu saja hingga rasa tertunduk malu mengikuti.

Mengabaikan sejenak rasa lelah yang bergelayut, mereka berhenti sembari menengok ke belakang dengan kesal. Pandangan masih terfokus pada empat remaja lain yang mengejar di belakang sana. Seperti sedang bermain film action tanpa memperhatikan sekitar. Entah apa yang terjadi sampai mereka dalam situasi seperti ini.

"Mereka itu gila ya! Apa tendangan Aletha kurang kenceng? Ngapain coba masih ngejar? Capek banget gue, parah!" Laras memegangi perutnya yang terasa sakit akibat berlarian sepanjang jalan trotoar.

"Tha, bukannya gang ini satu jurusan sama sekolah kita?" tunjuk Tania pada gang yang memiliki jarak beberapa meter dari mereka.

Sembari menyeka keringat di sudut pelipisnya, Aletha tersenyum miring. Ada sebuah ide yang melintas begitu saja.

"Kita pisah di sini, ketemu di minimarket depan sekolah,"

Sama dengan dua temannya, ia ingin segera terlepas dari kejaran para cowok kurang ajar itu. Jelas-jelas mereka yang salah, bukannya meminta maaf malah memperpanjang masalah, membuatnya semakin pelik hingga harus menghindar dan bermain kejaran-kejaran seperti saat ini. Sangat menggelikan.

Sejujurnya, Aletha juga sudah mulai lelah. Ia bisa saja menghajar empat cowok kurang ajar tadi yang ingin melecehkan mereka pada saat menunggu di halte bus. Seenaknya memegang paha Tania secara sengaja, lalu pura-pura menjatuhkan sesuatu tepat di bawah kaki Aletha. Sedang apa kalau bukan mengintip? Masih memandang sekitar niat itu ia urungkan, cukup menendang barang berharga dua di antara mereka, lalu kabur bersama teman-temannya. Alasan terbesar yang menjadi penyebab mereka dalam situasi penuh drama film seperti sekarang ini.

"Ya ampun.. balik lagi dong kitanya! Gue capek," Laras mengeluh tidak sadar, bahwa mereka memang sudah berlari kembali menuju ke sekolah lagi. Sepanjang perjalanan ia sibuk melihat ke belakang.

"Duh, bodo amat gue sama lo, Ras." Tania memutar bola mata kesal, Laras masih saja tidak peka dengan keadaan sekitar. "Setuju aja gue, Laras sama gue lurus, lo belok ke gang. Gimana?"

"Oke,"

Mereka berpisah di ujung gang, berniat mengecoh empat remaja itu, agar mereka sadar sudah mencari gara-gara pada orang yang salah. Suatu keberuntungan besar bagi Aletha berhenti tepat di depan gang sempit yang berujung pada jalan sekolahnya.

Sementara itu, keempat cowok tadi merasa bingung bercampur aduk dengan rasa kesal. Tidak bisa menemukan apa yang mereka cari ketika sampai di depan gang. Mereka kehilangan jejak Aletha dan dua temannya. Tidak tahu jika gang sempit itu memiliki jalan terusan. Mereka bukan siswa Erlangga.

"Sial! Kita kehilangan mereka, bos." Doni mengumpat kesal, mengacak rambutnya asal.

"Dari mana mereka? Cewek kurang ajar itu bikin anu gue sakit, shit!" geram Aldo. Pandangannnya memicing penuh kesal, sementara tangannya memegangi area bawah yang menjadi korban sadis Aletha.

Doni berdeham. "Mereka cantik.. ngomong-ngomong. Gue suka yang model liar gitu, dan gue yakin lo juga." Ia tersenyum miring sembari menggosok dagunya pelan. Tahu Aldo tidak pernah secara terang-terangan mendapatkan penolakan dari seorang cewek. Aldo seorang player.

ALETHA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang