Hanya kebetulan biasa
Agam Aldric
__________________________
Sudah satu Minggu Agam pindah ke SMA Erlangga di Jakarta, Setelah masalah yang dibuatnya, hingga Agam harus dikeluarkan dari sekolah lamanya di Bandung.
Bagaimana tidak? Seorang pelajar ketahuan merokok di perpustakaan pada saat jam kosong, dan itu ia lakukan hanya karena ingin mencoba. Meski sebetulnya Agam memang cowok nakal, ia masih memiliki hal positif. Ia bukan seorang perokok.
Agam hanya menempelkan ujung bibirnya pada ujung hisap rokok. Itu semua ia lakukan untuk mencari masalah. Yang akhirnya benar-benar membuat kepala sekolah menjadi marah besar dengan sikap Agam.
Sangat disayangkan, padahal Agam termasuk murid yang masuk jejeran sepuluh besar ranking kelas seangkatan, meski sikapnya yang tidak disiplin dan suka tawuran.
Dan sekarang, mau atau tidak Agam harus mengikuti kemauan Papanya untuk kembali pulang ke Jakarta, ke tempat kelahirannya. Agam tahu Papanya hanya ingin yang terbaik untuknya. Adipati menyayanginya. Tapi Agam tidak bisa memaafkan kesalahan Papanya dulu, Agam cuma tidak ingin Mamanya kecewa di atas sana nanti. Mungkin ini sudah terlanjur, namun tidak ada kata terlambat untuk diperbaiki. Ia sudah memutuskannya dengan matang. Agam mau menuruti kemauan Adipati asal tidak tinggal di rumah besar itu lagi bersama dengannya.
Sekarang suasana kelas XI IPA 1 begitu ramai, baru saja bel istirahat berbunyi dan itu disambut suara lega para siswa yang sudah mulai bosan dengan pelajaran sejarah tadi.
Raka menepuk bahu sebelah kiri Agam pelan. "Gimana sekolah di sini? betah?"
Raka adalah teman Agam yang dulu ikut pindah bersama orangtuanya ke Jakarta waktu mereka masih SMP. Orangtua Raka ingin memfokuskan bisnisnya di kota metropolitan itu, kota yang penuh dengan keramaian serta persaingan bisnis yang ketat.
Sedang Agam sendiri tinggal di Bandung bersama Tantenya yang satu kompleks perumahan dengan Raka, mereka termasuk teman yang dekat sampai Raka harus pindah ke Jakarta mengikuti kemauan kedua orangtuanya.
"Lumayan." Agam memasukan buku-bukunya ke dalam tas tanpa berniat menjawab pertanyaan Raka lebih jauh.
"Minggir," sambungnya mendorong kursi Raka dengan kakinya agar bisa lewat.
"Duh.. duh... bentar kamvret gue masih duduk nih!"
Agam tersenyum melihat Raka yang hampir terjatuh karena ulahnya, lalu melangkah pergi meninggalkan Raka yang masih mengumpat kesal di belakang, kemudian berlari untuk menyamai langkahnya yang panjang.
"Wait, Gam. Jadi lo beneran berubah? Tampilan lo bener-bener bikin mata gue sepet."
Raka meneliti pakaian Agam dari atas sampai bawah lalu ke atas lagi, kemudian menggeleng seperti peneleti fashion artis.
Baju dimasukan rapi, sementara kacamata persegi bertengger manis di hidungnya. Agam masih terlihat ganteng, cuma hal itu tertutupi dengan kesan culun dan kuper, benar-benar bukan Agam sekali. Itu yang ada di pikiran Raka sekarang.
Agam yang merasa risih dengan tingkah Raka langsung menonyor kepala Raka. Hal itu mendapat teriakan histeris dari Raka. "Aduhhh... Si Banteng! Kalo mukul pakek tenaga banget!"
Raka mengeluh sambil menggosok kepalanya. "Gam, lo mau ke kantin apa ke perpus habis ini? Kalau ke perpus gue nggak ikut,"
Mereka berjalan beriringan menyusuri lorong sekolah yang cukup ramai. Sesekali terdengar bisikan para siswi yang membicarakan mereka, pasalnya Agam masih siswa baru mungkin itu yang mereka bicarakan. Agam tidak tahu dan tidak mau ambil pusing.
![](https://img.wattpad.com/cover/130031920-288-k663955.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETHA [Completed]
Novela JuvenilCERITA DAPAT DIBACA SECARA LENGKAP DI APLIKASI INNOVEL ATAU DREAME ...... Siapa yang tahu cerita cintamu akan berjalan seperti apa. Ini bukan tentang kisah anak SMA dengan masalah ringan seputar pacar, nongkrong dan PR dari guru yang membuat otak t...