Kisah Sang Pembohong 1/4

1.3K 89 11
                                    

Dia Beam Baramee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia Beam Baramee.

Seorang dokter muda spesialis gigi salah satu rumah sakit swasta di Bangkok.

Ngomong - ngomong,

Sudah 3 hari ini terhitung Beam mengambil cuti tanpa alasan yang jelas.

Benar benar aneh katika Beam yang terkenal sangat mendedikasikan diri pada rumah sakit, untuk pertama kalinya mengambil cuti lebih dari 2 hari.

Bahkan di perayaan hari - hari besar, Beam maksimal mengambil cuti 2 hari.

Keanehan tak berhenti sampai disitu,

Selama 3 hari ini, Beam hanya mengunci diri di dalam kamar. Sibuk dengan pena dan kertas - kertas ukuran A4 yang berserakan di lantai.

Ia menuliskan banyak hal secara acak dalam banyak kertas itu.

Menuliskan biodatanya, masa kecilnya, hingga menggambar rangka tengkorak.

Anehnya lagi ia menggambar denah rumahnya hingga denah rumah sakit.

Papa dan mama Beam, sebagai orang tua, tentu saja khawatir dengan keadaan anaknya. Apalagi Beam 3 hari ini makan dengan tidak teratur.

Saat diajak ngobrol dengan orang lain, Beam hanya bergeming.

. . .

"Beam, ayo keluar. Kamu belum makan sejak kemarin, kan?" Forth, kekasih Beam, mengetuk pintu kamar Beam dengan tak sabar. Ini ke 5 kalinya Forth berteriak dan mengetuk ngetuk pintu kamar Beam.

Karena tak kunjung dapat jawaban, Forth berusaha membuka pintu kamar Beam paksa. Cukup sekali dobrak, pintu berwarna biru itu terbuka.

Lampu kamar Beam mati. Dengan hati hati Forth berjalan ke arah saklar. Beberapa kali, Forth menginjak barang barang yang berserakan saat berjalan. Ditambah lagi ada sebuah suara aneh di pojok kamar Beam.

"Beam?" panggil Forth yang juga tak dibalas oleh Beam.

Ketika saklar dinyalakan, yang terlihat hanya pemandangan berantakan kamar Beam. Bantal dan guling tak di tempat semestinya. Hingga kertas kertas yang berhamburan.

"Apa yang kamu lakukan Beam?" tanya Forth ketika melihat Beam yang nampak acak acakan tengah sibuk di meja belajarnya.

"Beam?" panggil Forth sekali lagi.

"Ayo kita putus."

Tak ada hujan, tsunami tiba.

Itu yang Forth rasakan. Jantungnya berdebar. Fikirannya melayang entah kemana. Kalimat 'ayo kita putus' dari Beam seolah jadi belati yang menancap hati.

"Apa maksudmu, Beam?" suara Forth kini bergetar. Beam menatapnya dengan sebuah tatapan kosong.

"Ayo kita putus." jawab Beam dengan tatapan yang tak berubah.

Forth kini yakin bahwa kata kata Beam barusan bukanlah sebuah mimpi belaka. Bukan juga sebuah halusinasi nan metafora. Semuanya nyata. Benar benar nyata.

"Beam, apa alasannya?"

"Ayo kita putus."

Air mata Forth kini mengalir. Bendungan hatinya kini tak kuat tuk terus menahan.

Bisa kamu bayangkan, Forth dan Beam sudah bersama sama sebagai kekasih selama 3 tahun. Kenangan yang mereka bangun tak semudah itu untuk dilupakan. Mereka sudah pernah merasakan asam manis menjalani kehidupan berdua.

Sebuah menara penuh kenangan yang dibangun selama 3 tahun itu hancur hanya dengan 3 kata yang terlontar dari Beam.

Ayo kita putus.

. . .

LESS
THEN
5 0 0
words

Kisah
Sang
Pembohong↩
(1/4)

Less Than 500 Words ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang