Kisah Sang Pembohong 2/4

841 92 4
                                    

7 hari yang lalu,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


7 hari yang lalu,

Seperti hari hari biasanya, Beam datang pagi pagi ke rumah sakit tempat ia bekerja. Setelah masuk ke ruang pribadi miliknya, Beam memeriksa semua peralatan. Memastikan seluruh perlatan miliknya dalam keadaan berfungsi dengan baik.

"Beam, bisa bantu aku?" suara keras dari Phana berhasil menarik perhatian Beam.

"Sejak kapan kamu disini?!" tanya Beam dengan wajah terkejut.

"Itu urusan nanti. Bisa bantu nggak nih?"

Beam menatap Phana malas. Beam sadar temannya yang satu ini selalu punya cara untuk menyibukkan dirinya. Meski begitu, Beam tidak pernah berfikir untuk menolak permintaannya selagi memang masih bisa ia sanggupi.

"Apa lagi?" balas tanya Beam dengan nada ketus.

"Sampaikan surat ini pada Kit, ya?"

Phana mengambil sebuah amplop berwarna kuning dari sakunya. Dari melihat warna amplopnya saja, Beam sudah tahu apa yang terjadi.

"Kalian bertengkar lagi?!"

Tunggu, jangan berfikir Phana dan Kit ada dalam sebuah hubungan yang perlu dipertanyakan, mereka hanyalah 2 orang bodoh yang sangat merepotkan.

Benar benar sial memang saat kamu punya dua sahabat yang terus saja bertengkar dengan alasan konyol, dan kamu selalu diminta menjadi pihak penengah. Merepotkan.

Bulan lalu, perkara salah tag akun di Instagram.

Minggu lalu, karena Ming.

Kemarin, karena masalah snapgram.

Sekarang apa lagi?

Memangnya pantas ya pria di umur pertengahan 20 tahun bersikap kekanakan seperti itu?

Phana meletakkan sebuah surat dengan amplop berwarna kuning, warna favorit Kit, di meja Beam. Karena tahu jika pagi ini jadwalnya padat, Beam segera mengambil amplop kuning tersebut. Beam berjalan keluar, meninggalkan Phana yang sibuk bicara dengan sang kekasih, Wayo, di telepon.

Beam menyusuri lorong. Beberapa orang yang tak asing dimatanya namun tak ia kenal, menyapanya dengan lembut. Beberapa dari mereka bahkan menanyakan apakah ada yang mereka bisa bantu untuk Beam.

Masih ingat pepatah apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai?

Tak heran jika banyak orang yang memperlakukannya dengan baik. Karena Beam sendiri adalah gambaran nyata seseorang yang berhati mulia.

Tiba tiba langkah Beam berhenti.

Ruangan Kit dimana, ya?




Awalnya, Beam hanya menganggapnya sebagai suatu peristiwa biasa. Ia tak menganggap pusing perkara itu.

Hari demi hari berganti, Beam baru sadar akan satu hal,

Perlahan lahan, Beam melupakan satu demi satu ingatannya.

Beam mulai melupakan nama teman temannya,

pasien rutinnya,

dan ruangan ruangan di rumah sakit.

Jantungnya berdebar tak karuan saat menyadari perkara tersebut. Saat itu yang ia fikirkan hanyalah ia perlu waktu untuk memikirkannya dengan tenang di rumah. Dengan tangkas, Beam menelpon taxi untuk mengantarnya pulang. Ia tak ingin mengambil resiko untuk pulang sendiri.

. . .

Beam merebahkan tubuhnya di kasur. Jantungnya masih berdebar tak karuan. Tiba tiba ponsel miliknya bergetar.

Nama Forth ada di layar ponsel miliknya. Ia ingat jelas siapa Forth. Bagaimana mungkin juga Beam melupakan seseorang yang spesial di hatinya untuk waktu yang cukup lama.

Butuh sebuah tarikan napas panjang dan hembusan napas perlahan dari mulut untuk menggeser panel hijau itu.

"Kamu dimana?"

"Di rumah. Ada apa?"

"Kamu nggak lupa kan ini hari jadi kita?"

Hari jadi?

"Aku tidak bisa datang, maaf. Jangan juga datang ke rumahku hari ini."

. . .

LESS
THEN
5 0 0
words

Kisah
Sang
Pembohong↩
(2/4)

Less Than 500 Words ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang