Hari ini tepat 6 bulan setelah kecelakaan itu dan aku masih belum sanggup untuk menjalani hari sendirian. Sebenarnya aku bisa saja tinggal dengan keluargaku yang lain, tanteku misalnya. Tapi aku tak mau. Aku masih ingin tinggal di sini, Busan, tempat tinggalku sedari kecil. Lagipula disini ada sahabatku, Kim Dahyun.
Tapi di mana pun aku berada, aku tak bisa menghindar dari hal yang ku benci. Hujan. Hujan membuat matahari menghilang, bersembunyi, dan menyisakan kegelapan. Hujan, ia menorehkan kegelapan itu juga pada diriku. Ia membuat kedua orang tua dan adikku menghilang, pergi untuk selamanya.
Aku menatap ke luar jendela kelas. Hujan itu datang lagi. Kenapa ia tak pernah bosan membangkitkan kegelapan di dalam diriku? Tidak lagi tahan melihatnya, aku beralih ke buku yang sedari tadi terbukaㅡmemaksa untuk dibaca. Walaupun mataku menatap tulisan di buku, aku tak benar-benar memahaminya. Pikiranku melayang jauh ke hari naas itu."Je!" Wanita yang duduk di sebelahku mengomel, memarahiku, karena sedari tadi aku tidak menghiraukannya. Aku hanya menoleh ke arahnya, malas.
"Aku mau pulang bareng Yuto. Kamu mau ikut atau pulang duluan nih?" Dia tersenyum menggodaku. Ini pertanyaan retoris. Aku menggeleng dan itu membuat kedua pipiku sakit karena ditarik olehnya.
"Makasih Zhou Jieqiong ku sayang. Kamu memang tau banget apa yang aku mau. Aku pulang duluan ya. Kamu hati-hati di jalan, di luar hujan." Wanita berambut coklat dan berkulit putihㅡdia sahabatku sejak kecil, Kim Dahyun, tadi pergi.
Kelasku memang sudah berakhir sejak setengah jam yang lalu, tapi aku tidak membawa payung hari ini dan aku juga tidak ingin bersentuhan dengan hujan. Jadi aku memilih untuk tetap di kelas. Tapi kalau aku menunggu hujan reda, mungkin aku akan pulang malam. Ku rapikan buku dan alat tulis lalu ku masukkan ke dalam ransel biru ku. Aku bangkit dari kursi, bersiap meninggalkan ruang kelas yang lenggang. Saat tiba di lobby, hujan sudah mulai redaㅡtetap saja hujan walau hanya gerimis. Hujan ini mungkin sebentar lagi akan benar benar berhenti atau semakin deras. Lebih baik aku pulang sekarang atau menunggu sebentar lagi? Saat aku memikirkan hal ini tiba-tiba ada yang menawarkan payung berwarna biru. Ku toleh ke arahnya, seorang pria. Siapa dia?"Kamu tidak mengenaliku? Baiklah aku akan memperkenalkan diri khusus untukmu. Aku Jung Wooseok, teman sekelasmu. Aku duduk di bagian pojok kiri belakang kelas, tepat dua meja ke belakang dari mejamu." Dia mengulurkan tangannya dan ku balas jabatan tangannyaㅡingin memperkenalkan diri.
"Ah, tak perlu. Aku bahkan sudah tau nama lengkap dan kebiasaanmu, Zhou Jieqiong. Kamu sering sekali melihat ke luar jendela, apalagi di saat hujan. Kamu menyukai hujan?"
"Kebalikannya. Aku sangat membenci hujan." Dia menanyaiku alasan aku membenci hujan.
"Karena dia telah membuat kedua orangtua dan adikku meninggal." Jawabku singkat. Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal, merasa bersalah karena menanyakan hal itu, dan mengalihkan topik pembicaraan, mengajakku pulang.
"Tenang aja, aku tidak bermaksud macam-macam. Aku cuma ingin memastikan kamu sampai rumah dengan selamat," dia melirik wajahku yang menatapnya dengan serius, "dan kebetulan rumah kita searah. Jadi jangan menatapku dengan tatapan seperti itu, Je." Aku mengangguk pelan, mengiyakan. Hujan rintik ini membuat kami berjalan di bawah sebuah payung biru yang mengembang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine In The Rain
FanfictionHujan. Aku membencinya. Hujan hanya akan membangkitkan kegelapan dalam diriku. Lalu kamu datang, mengusir kegelapan menjadi lebih cerahㅡ walau hanya sementara.