cloudy.

101 14 3
                                    

"Je!" suara itu menggema di sepanjang lorong sekolah yang menyebabkan semua orang menoleh ke arah asal suaraㅡ Kim Dahyun. Sedangkan dia mulai menyibukan diri dengan 'kenapa? Aku manggil Jeje, bukan kamu' ke semua orang yang menoleh. Aku hentikan langkah, menunggu nya yang sedang berlarian kecil ke arahku.

"Je, gimana kemarin?"

"Apanya?"

"Pulangnya lah."

"Seperti biasa, aku sampai rumah dengan selamat. Buktinya, sekarang aku pergi sekolah dan sedang ada di sebelahmu." Dia menepuk dahinya.

"Bukan itu yang aku maksud, Je. Ya sudahlah lupakan" jawabnya kecewa. Aku tak paham apa salahku. Kenapa dia kecewa begitu? Aku kan sudah menjawab pertanyaannya dengan benar.

Sejak beberapa minggu yang lalu saat sebelum bel masuk, bel pulang, atau pun istirahat, kelas ku selalu ramai dengan para wanita dari kelas lain. Biasa nya aku tak peduli dengan keramaian itu selama mereka tidak mengusikku. Tapi kali ini entah kenapa aku penasaran.

"Dubu.." Dahyun hanya menoleh sesaat sambil merapikan barang nya dan bersiap untuk duduk, "kenapa akhir-akhir ini kelas kita selalu ramai?"

"Kamu tidak sadar di kelas kita ada murid pindahan dari Seoul? Ah, dia memang datang saat kamu tidak sekolah karena demam beberapa minggu lalu. Dan dia sangat populer karena ketampanannya." Aku sadar kalau aku memang kurang peka dengan keadaan lingkungan. Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku mempunyai prinsip, aku tidak akan peduli selama mereka tidak mengusikku.

"Dan kebetulannya dia duduk dua bangku di belakangmu, Je. Jung Wooseok. Kamu tidak ingat? Pria yang kemarin mengantarmu pulang" lanjutnya.

"Darimana kamu tau itu?"

"Kemarin Yuto mengajakku makan di caffe dekat rumahmu. Lalu aku melihatmu. Romantisnya, satu payung berdua" Dahyun tertawa pelan menggodaku. Aku langsung menyuruhnya diam, kesal.

"Lagipula tidak ada payung lagi. Kan tidak mungkin kalau salah satu dari kami harus kehujanan." aku membela diri. Dahyun tetap saja menggodaku sampai pria yang sedang kami bicarakan duduk di depanku.

"Hai, Je. Gimana tidur kamu semalam? Nyenyak?" Kenapa dia bertanya saat kelas masih ramai? Aku jadi merasakan banyak hawa negatif yang menatapku. Dan kenapa pula dia jadi mengurusiku?
Ku lirik Dahyunㅡuntuk mendapatkan jawaban, yang ternyata sudah bergabung dengan yang lain membicarakan skincare.

"Nyenyak. Kenapa?"

"Aku kira kamu tidak bisa tidur karena terlalu memikirkan aku hingga terbawa mimpi." Dia tertawa. Aku ikut tertawa, menghargai ㅡ sebenarnya aku bingung apa yang terjadi dengan dia.

"Je, nanti mau makan di kantin?"

"Iya."

"Dengan Dahyun?"

"Iya."

"Aku ikut ya?"

"Ngapain?"

"Kalau makannya ramai-ramai kan enak. Jadi semangat."

"Kalau kamu makan dengan semua wanita itu bukannya lebih ramai?" Tanya ku sambil menunjuk semua wanita yang belum juga beranjak dari kelasku walaupun bel masuk telah berbunyi. Dia berbisik padaku.

"Tidak mau. Mereka semua genit. Dan percuma saja kalau ramai tapi tidak ada kamu disana. Kamu tidak perlu cemburu begitu." dia tersenyum, beranjak dari kursi dan duduk di bangkunya.

***

Kenapa hari ini melelahkan sekali? Padahal hari ini sama seperti sebelumnya hanya satu pria itu saja yang berbeda. Aku rebahkan badanku ke kasur biruku. Handphone-ku bergetar. Kakaotalk? Wooseok? Video call? Darimana dia dapat id kakaotalk ku? Aku tekan tombol hijau di layar handphone.

"Hai, Je!"

"Hai. Ada apa?"

"Wah, ini sudah malam ya?"

"Iya, malam."

"Malam juga, Je." Dia tertawa. Kenapa dia begini. Aku menyuruhnya menjawab pertanyaanku, ada apa.

"Aku rindu." Dia diam sejenak,"sungguh. Aku tidak bercanda. Aku sedang perjalanan menuju rumah. Macet. Lalu tiba-tiba teringat kamu."

"Kenapa aku?"

"Karena.... aku juga tidak tau. Yang ku tau hanya kamu." aku hanya diam menatap layar handphone ku. "Ah, sudah tidak macet lagi. Aku matikan ya? Kan tidak baik berkendara sambil video call-an begini. Apalagi dengan yang cantik-cantik." Dia tertawa lagi. "Kamu sebaiknya tidur, Je. Selamat malam. Semoga saja di dalam mimpi kamu ada aku."

"Iya, selamat malam. Hati-hati di jalan." Aku tersenyum singkat. Ku tekan tombol merah di layar. Ada apa lagi dengannya?

 Ada apa lagi dengannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sunshine In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang