Chap 1

14 6 0
                                    

"Tidak bisa! Aku tidak memperbolehkannya. Sekarang keluar. Masih ada banyak orang menyusahkan sepertimu disini yang harus kuladeni."

Seorang pria yang duduk disebuah kursi tahta yang megah berbicara dengan tenang. Namun perawakannya yang terlihat gagah, membuat apapun yang dilakukannya terkesan menakutkan. Semua orang sebisa mungkin menjauhinya.

Pakaiannya yang mewah memperlihatkan dia seorang bangsawan. Namun yang membuatnya berbeda adalah sebuah mahkota besar yang terpasang miring dikepalanya.

Ya, tidak hanya bangsawan, dia adalah seorang raja. Raja yang ditakuti oleh semua orang. Terkecuali orang-orang yang dipercaya olehnya.

"Ta, tapi." Seorang pria berumur puluhan duduk berlutut dengan wajah memelas sambil menatap sang raja. Sebisa mungkin membuat raja menyetujui keinginannya. Tapi wajah memelas itu mendadak berubah pucat pasi ketika melihat ekspresi sang raja. Selama dia berada dihadapan sang raja, dia hanya menatap ke bawah. Tapi setelah mendengar jawaban raja meskipun belum banyak hal yang sudah disampaikannya, secara reflek dia mengangkat wajahnya.

Pria yang duduk di singgasana itu menatap sang pria tua dengan wajah dingin. Satu matanya terlihat seolah tertutup oleh kegelapan.

Si pria tua tidak bisa mengucapkan apapun. Tekanan yang diberikan kepadanya membuatnya membisu untuk beberapa lama. Sampai akhirnya sang raja mengayunkan tangannya dan dengan cepat dua orang penjaga berpakaian pelayan dengan pedang di punggung masing-masing bergerak dan membawa pria tua itu pergi.

"Apakah ini tidak apa-apa, Yang mulia?" Seseorang dengan pakaian putih formal yang rapi berbicara. Dia berdiri tegap sambil memegang lembaran kertas disamping singgasana.

"Ya, ya. Kau ingin bilang kalau dia dengan para kaki tangannya tidak akan tinggal diam kan? Aku tahu itu."

"Tapi Yang mulia Zack."

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Orang-orang lemah seperti mereka tidak akan bisa melawanku. Kau tidak perlu khawatir."

Zack Sheesh. Seorang pria yang menjadi raja diumurnya yang masih 14 tahun. Tapi, meskipun sekarang umurnya sudah 18 tahun, dia masih belum menunjukan sifat kedewasaan yang seharusnya.

Membuat si penasehat, Ald, yang lebih tua dua tahun dari Zack merasa atasannya kekanak kanakan.

Dia memang seorang raja. Cara kerjanya pun cukup bagus. Tapi dia terlalu tidak peduli tentang keberadaan musuh yang tidak habis habisnya berusaha merebut tahta. Bahkan sebagai seorang raja, meskipun normal jika ada banyak orang yang ingin membunuhnya, tapi dia terlalu tenang. Terkadang dia juga menunjukan sikap manja--meskipun hal itu hanya ia tunjukan kepada Ald.

Hanya Ald lah satu-satunya orang yang ia percaya sepenuhnya. Ald sudah merawatnya sejak ia berumur tujuh tahun. Ald juga sudah menunjukan kesetiannya.

Zack menunjukkan wajah bosan. Dia tidak henti-hentinya menguap. Sekitar tiga puluh detik lagi, tamu lain yang menurutnya menyusahkan akan masuk. Keluhan-keluhan dan permintaan-permintaan yang tidak jauh beda antar satu dengan yang lainnya harus ia terima bagaimanapun dia menolak.

Besar kemungkinan dia akan terus duduk dikursinya selama seharian penuh. Hanya untuk mendengarkan ocehan orang-orang tak dikenal yang terkesan memaksa.

Habis ini pun, ketika malam tiba, Zack harus keluar dari istana untuk mendatangi sebuah benteng militer. Laporan mengenai serangan bandit yang kuat datang padanya tiga hari yang lalu.

Sebenarnya dia tidak ingin kesana. "Apakah tidak ada seorang pun yang bisa mewakilkanku untuk memeriksa keadaan?" Pikirnya.

Tapi berdasarkan laporan, masalah itu sangat besar sampai raja yang sibuk sepertinya pun harus langsung terjun kelapangan.

Zack menghela nafas.

«*»

"Yang mulia, Zack!" Ald memanggil sambil sesekali berdecak gemas. "Kemana sebenarnya dia?" Pikirnya.

Dari seluruh orang, hanya Ald yang bisa memanggil Zack dengan namanya. Meskipun tentu saja masih dengan cara formal. Itupun dikarenakan Zack yang memintanya. Sebagai raja yang menakutkan, dia tidak memiliki teman bicara yang sebenarnya. Jadi Zack ingin setidaknya Ald lah yang bertindak sebagai teman selain sebagai penasihat.

Ald tidak mencemaskan Zack, hal ini memang selalu terjadi setiap hari. Awalnya kemungkinan keberadaan Zack hanya ada dibeberapa tempat. Diantaranya adalah kamarnya sendiri, kamar mendiang ibunya, dapur, dan dibalik kursi tahta yang diduduki mendiang raja sebelumnya, ayah Zack.

Namun sekarang semua kemungkinan itu sudah tidak berlaku lagi sama sekali, dan tempat persemayamannya nenjadi lebih sulit ditemukan. Apalagi jika Zack menggunakan sihirnya, ia bisa berada dimanapun. Meskipun masih berada di kawasan istana.

Pagar istana diberi semacam segel yang mencegah penyusup keluar masuk. Bahkan Zack dan Ald sendiri tidak bisa melewatinya kecuali segelnya dilepas. Namun segel itu hanya bisa dilepas oleh seorang kakek tua penjaga gerbang yang merupakan orang paling merepotkan di seluruh istana. Zack sebisa mungkin tidak ingin berurusan dengan kakek itu hanya untuk keluar istana karena alasan sepele. Jadi pasti dia masih berada disini.

"Tapi dimana?" Ald berpikir keras, lalu menghela nafas. Dia merogoh kantung kemejanya untuk mengambil sebuah liontin jam. Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Matahari juga sudah mulai bergerak untuk bergantian dengan bulan.

"Kita harus segera berangkat." Gumamnya.

Ald sudah tidak peduli lagi. Dia menghela nafas sekali lagi, berdiri tenang, sambil menggumamkan sesuatu. Saat itu juga dia menghilang dari tempatnya berpijak, dan kini dia sudah tiba di taman kerajaan.

Sebuah pohon besar dengan daun yang lebat sudah ada dihadapannya. Ketika dia mengangkat wajahnya, sebuah jubah hitam berkibar-kibar di atas salah satu dahan yang sangat kuat. Kuat untuk menahan beban seorang pria besar seperti...

"Zack, kau disana?" Ald berteriak. Orang itu tidak menjawab. Dia juga tidak menunjukan respons sedikitkpun. Ald menggeleng, tak lama kemudian tubuhnya sudah melayang dan terbang keatas menghampiri pria yang sejak tadi ia cari.

"Yang mulia, sudah berapa lama kau disini, hm? Zack." Ald berbicara lembut. Dihadapannya sudah ada Zack yang sedang berbaring santai diatas dahan pohon sambil berlipat tangan. Matanya terpejam, namun perlahan terbuka setelah menyadari bahwa penasihat nya sudah berada tepat di sampingnya.

"Dua jam," katanya. "Aku bisa bertemu dengannya jika saja kau tidak mengganggu." Dia merengut. Lalu dia melompat turun dari dahan yang ia duduki. Ald ikut membatalkan sihirnya dan melompat turun mengikuti Zack.

"Perempuan itu?" Tanyanya. Dari belakang ia bisa melihat Zack mengangguk singkat dan tersenyum tipis.

Tidak ada seorangpun yang bisa membuat Zack tersenyum bahagia maupun senyum sederhana seperti barusan. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya seperti itu hanyalah seorang gadis yang hampir selalu muncul didalam mimpinya. Zack tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Mereka juga tidak saling bicara.

Dari mimpinya, Zack hanya bisa melihat gadis itu tanpa berbicara dengannya. Seolah-olah dia sedang duduk memperhatikan si gadis dari jauh. Senyum gadis itu bisa membuat hatinya menjadi sedikit tenang. Dia selalu tidur jika ia memiliki waktu yang menurutnya melelahkan. Karena dengan melihat gadis itu didalam mimpinya, dia bisa menenangkan diri.

"Ayo kita berangkat." Ujar Zack. Ald ingin protes karena atasannya itulah yang menghambat rencana-rencana yang sudah diatur untuk mempercepat pekerjaan. Tapi dia menahannya dan menggantikan rasa ingin protes dengan senyum memaklumi.

DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang