chap 6

1 1 0
                                    

"Apa?! Tidak mungkin! Mana mungkin aku membiarkan orang sepertimu tinggal disini?!"

Leir mendorong-dorong tubuh Zack agar dia tidak bisa masuk. Meskipun yang  Leir lakukan itu sia-sia karena Zack terlalu kuat jika dibandingkan dengannya.

"Bukannya tidak ada salahnya juga kalau dia tinggal disini? Mungkin dia bisa membantu kita dengan memanfaatkan tenaga dan wajahnya yang tampan itu." Bujuk kakek.

"Hm, hm. Justru kaulah yang harus berterimakasih karena aku mau tinggal disini." Zack sengaja berdiri di samping kekek dengan wajah mantap.

Satu lawan dua. Leir kalah debat. Dia hanya bisa mengeluh didalam hatinya.

"Ukh, kalau begitu kakek saja yang mengurusnya. Aku mau membuat makan malam." Leir melangkah meninggalkan Zack dan kakeknya.

Dia agak kesal mengetahui kakeknya tidak berada di pihaknya. Tapi mau bagaimana lagi? Untuk seseorang seperti kakek yang jarang bertemu orang lain dan hanya tinggal bersama Leir setiap harinya, dia pasti senang ketika ada orang lain diam dirumah.

Apalagi orang yang sedang bertamu itu adalah lelaki tampan seperti Zack. Yah... apa yang diharapkan dari orang tua yang kesepian? Terkadang dia bisa bertingkah layaknya kakek genit untuk menutupi rasa bosannya.

Leir memasak sambil bersenandung. Dia merasakan kehadiran seseorang di belakang. Ketika dia menoleh kesamping untuk mengintip siapa, rupanya Zack sedang berdiri tepat di belakangnya.

Zack memakai baju kasual. Mungkin kakek masih menyimpan beberapa baju milik ayah Leir. Mungkin salah satu baju itulah yang dipakai Zack sekarang.

Zack memakai kaus sesikut putih dengan garis biru dan celana pendek coklat selutut. Memang sulit untuk mengakuinya, tapi saat itu juga Leir menyadari kalau Zack adalah lelaki yang tampan. Secara tak sengaja pipi Leir merona.

"Kenapa kau ada disini?" Tanyanya. Dia tanpa sadar merasa kesal pada Zack karena kakeknya lebih memihak cowok asing itu ketimbang dirinya sendiri. Selain itu, dia berusaha menyembunyikan rasa malunya.

"Apa yang sedang kau buat?" Tanya Zack basa-basi.

"Untuk apa kau bertanya?" Tanya Leir jutek. Sebisa mungkin dia menghilangkan rona merah dipipinya.

Mana mungkin dia membiarkan Zack melihatnya, kan? Apa yang akan dikatakan Zack nanti?

"Ayolah... sebegitu tidak sukanya kah kau padaku?" Goda Zack sembari duduk disalah satu kursi makan yang berada didalam dapur. Dia melipat tangannya diatas meja dan meletakkan dagunya diatas lipatan tangannya itu.

Leir bisa merasakan kalau Zack sedang memperhatikannya, awalnya dia ingin bertanya apa yang sedang Zack lihat darinya, tapi tidak jadi. Jadi dia hanya menjawab pertanyaan Zack barusan.

"Huh! Itu karena kau muncul tiba-tiba, menghancurkan atap seenaknya, dan juga bersikap seenaknya! Itu salahmu sendiri."

"Hmm.." Zack bergumam.

Leir diam-diam memberungut. Tanpa disadarinya, Zack sudah berada dibelakangnya, dan memeluknya dari belakang.

"Apa yang ingin kau lakukan? Jangan bertindak seenaknya!" Protesnya. Tapi Zack tidak menanggapinya. Zack mengendus lehernya.

"Ap-?!"

"Jangan ribut. Sudah kubilang. Kau ini milikku, kan?" Zack berbisik. Leir menutup matanya erat secara spontan. Pipinya memanas, pipinya juga merah padam. Lebih merah dari sebelumnya.

Menyadari reaksi Leir, Zack tersenyum, melepas pelukannya, dan tertawa.

Leir membelalak. Semua perasaan malunya bercampur aduk menjadi satu. Dia malu dengan reaksinya sendiri.

DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang